Seorang warga memasukan kertas suara ke kotak suara yg tersedia usai mencoblos di TPS 01 Cibinong, Kab. Bogor, 27 Juni 2018. (Foto: Ahadian Utama/VOA) |
BorneoTribun Jakarta - Berbeda dengan daerah lain yang menjadi basis parpol tertentu, Jawa Barat memiliki karakteristik politik sendiri. Survey Saiful Mujani Research & Consulting SMRC terbaru menunjukkan situasi politik di Jabar yang dinamis, di mana empat tokoh bersaing ketat menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Elektabilitas PDI Perjuangan dan Partai Gerindra masih menempati peringkat teratas di Jawa Barat jika pemilu digelar saat ini. Hasil survei SMRC yang dilakukan pada tanggal 5-8 Februari melalui telpon atas 801 responden menunjukkan elektabilitas PDI-Perjuangan mencapai 16 persen, disusul Partai Gerindra dengan 14,8 persen, Partai Keadilan Sejahtera 9,2 persen, dan Partai Golkar 8,1 persen.
Ketika memaparkan temuan survei bertajuk “Partai, Gubernur, dan Presiden: Pandangan Publik Jawa Barat” hari Selasa (15/2), Manager Program SMRC, Saidiman Ahmad mengatakan Jawa Barat memiliki karakteristik yang berpengaruh di peta politik nasional.
"Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak, sekitar 18 persen dari total populasi nasional. Dengan populasi pemilih yang besar, suara pemilih di Jawa Barat berkontribusi signifikan dalam menentukan peta politik nasional. Karena itu, kecenderungan sikap dan perilaku pemilih Jawa Barat penting diamati,” ujar Saidiman.
Meskipun hasil survei SMRC ini menunjukkan PDI-Perjuangan masih memiliki elektabilitas tertinggi, Saidiman tidak memungkiri merosotnya dukungan publik Jawa Barat pada PDI-Perjuangan hingga 11 persen pasca pernyataan anggota DPR dari fraksi partai berlogo banteng moncong putih, Arteria Dahlan, yang dinilai menyinggung etnis Sunda.
"Kasus Arteria Dahlan terkait etnis Sunda berdampak negatif terhadap elektabilitas PDI Perjuangan,” ujar Saidiman.
Juru Bicara DPD PDIP Jawa Barat, Yunandar, mengatakan sebagai warga Jawa barat, dirinya juga merasa tersinggung dengan pernyataan politikus PDIP tersebut.
"Saya sebagai orang Sunda juga merasa marah, kami sudah menyerahkan permohonan ke DPP PDIP agar memberi teguran atau sanksi berat,” tegas Yunandar.
Namun demikian 89 persen responden survei ini mengapresiasi langkah DPD PDI-Perjuangan Jawa Barat yang mengirim nota protes dan permintaan ke pimpinan pusat agar Arteria Dahlan dijatuhi sanksi.
22 Persen Responden Dukung Ridwan Kamil Jadi RI 1
Survei SMRC ini juga memberi temuan menarik karena menunjukkan empat tokoh politik yang populer di kalangan masyarakat Jawa Barat. Dua puluh dua persen responden mendukung Ridwan Kamil menjadi orang nomor satu di Indonesia. Disusul Prabowo Subianto dengan selisih tipis 21,9 persen. Anies Baswedan didukung oleh 19,3 persen responden dan Ganjar Pranowo dengan 17,8 persen. Jika Ridwan Kamil tidak ikut bersaing, maka suaranya tersebar cukup merata pada ketiga calon lain, ujar Saidiman, yang juga menilai sosok figur atau ketokohan menjadi dasar bagi publik di Jawa Barat untuk menentukan pandangan politiknya.
"Ridwan Kamil adalah tokoh yang paling dikenal oleh warga Jawa Barat yaitu 96 persen responden. Jauh diatas tokoh nasional dari Jawa Barat lainnya, Dedy Mulyadi, Dede Yusuf, Deddy Mizwar, dan sebagainya. Di samping lebih dikenal, Ridwan Kamil juga lebih disukai dibanding tokoh lainnya,” ujar Saidiman.
Besarnya dukungan bagi tokoh yang akrab disapa dengan Kang Emil ini tampak jelas ketika ia menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, yang bahkan disebut-sebut berpeluang melanjutkan masa jabatannya kelak.
Terpilihnya Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat yang diusung antara lain PPP, PKB, Hanura, dan Partai Nasdem menjadi pengalaman berharga bagi PDI-Perjuangan yang batal mengusungnya dan akhirnya calonnya kalah di Pilkada 2018 lalu.
Peta Politik di Jawa Barat Dinamis
Juru Bicara DPD PDI-Perjuangan Jawa Barat, Yunandar, mengatakan pengalaman dalam Pilkada Jawa Barat 2018 lalu menjadi catatan penting dalam pesta demokrasi itu.
"Cagub Jawa Barat berdasarkan pengalaman kami selalu dari kader PDI-Perjuangan dan di Pilkada lalu calon kami kalah. Ini pelajaran berharga bagi kami. Penting sekali bagi kami menjalin kerjasama dengan parpol lain,” kata Yunandar.
Pilpres dan Pilkada 2024 masih dua tahun lagi, namun partai politik mulai melirik tokoh-tokoh yang berpotensi menang dalam pesta demokrasi itu.
Anggota DPR Dapil Jawa Barat dari Partai Keadilan Sejahtera PKS, Netty Prasetyani, mengungkapkan parpolnya akan melakukan kolaborasi karena warga Jawa Barat terbuka dan obyektif dalam berpolitik.
"Hasil survei kandidat Pilpres belum ada nama-nama baru, masih sama dengan hasil yang lama. Belum ada kejutan. Semua tokoh itu ada kaitannya dengan Jawa Barat, Ridwan Kamil jelas Gubernur, Anies Baswedan kaitannya dengan Kuningan, Prabowo pernah berkarir di Jawa Barat. Nah ini, ada Ganjar Pranowo dari Jawa Tengah. Ini menggambarkan masyarakat Jawa Barat melihat dari kiprahnya tokoh itu, bukan asal usul daerah. Ini pemikiran masyarakat kosmopolitan,” jelas Netty.
Ditambahkannya, kemenangan Ahmad Heryawan, calon yang diusung PKS menjadi gubernur, akan menjadi pengalaman berlaga di pemilihan gubernur Jawa Barat nanti.
Sementara itu, anggota DPR dari Partai Golkar Dapil Jawa Barat, Ace Hasan Syadzily, menegaskan Partai Golkar menutup peluang kandidat lain selain ketua umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto maju di Pilpres 2024. Sedangkan untuk Pilgub Jawa Barat, imbuh Ace, masih memiliki peluang mencari kandidat.
"Sesuai instruksi dari Partai Golkar, calon di Pilpres yang kami usung sudah jelas, Ketua Umum kami, Pak Airlangga Hartarto,” jelas Ace.
Manager Program SMRC, Saidiman Ahmad, mengatakan mengingat pandangan politik warga Jawa Barat yang dinamis, setiap tokoh dan partai dapat melakukan beragam strategi.
"Saat ini masih sangat banyak warga Jawa Barat yang belum tahu partai atau calon yang mau dipilih.Dukungan warga Jawa Barat terhadap partai politik, calon presiden, dan calon-calon gubernur masih bisa berubah,” pungkas Saidiman. [ys/em]
Oleh: VOA Indonesia
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS