Polisi menyelidiki 'pembelian' gelar kehormatan Inggris dengan kedok sumbangan | Borneotribun.com

Jumat, 18 Februari 2022

Polisi menyelidiki 'pembelian' gelar kehormatan Inggris dengan kedok sumbangan

Polisi menyelidiki 'pembelian' gelar kehormatan Inggris dengan kedok sumbangan
Bill Gates (kiri) berbicara dengan Pangeran Andrew dan Pangeran Charles pada konferensi tentang Malaria di London 18 April 2018 (foto: doc).


BorneoTribun Jakarta – Polisi London telah meluncurkan penyelidikan atas tuduhan bahwa orang-orang yang terkait dengan salah satu badan amal Pangeran Charles menawarkan untuk membantu miliarder Saudi memenangkan gelar kehormatan dan kewarganegaraan Inggris. Tawaran itu dibuat sebagai imbalan atas kontribusinya untuk amal.


Penyelidikan dilakukan setelah media Inggris The Times of London menerbitkan serangkaian laporan bahwa seorang pembantu lama Pangeran Charles membantu seorang warga negara Saudi menerima gelar ksatria dan kewarganegaraan Inggris. Dia menerima dua penghargaan setelah menyumbangkan $ 2 juta.


Polisi Metropolitan Inggris pada hari Rabu memutuskan untuk membuka penyelidikan formal setelah mempelajari laporan tersebut, meninjau temuan penyelidikan Yayasan Pangeran dan mempelajari dokumen yang diberikan oleh yayasan tersebut. Tidak ada yang ditangkap, kata polisi dalam sebuah pernyataan.


Kantor Charles, Clarence House, mengatakan tidak ada bukti yang mendukung tuduhan tersebut. "Pangeran Wales tidak mengetahui tuduhan itu, bahwa ada tawaran gelar kehormatan atau kewarganegaraan sebagai imbalan atas sumbangan untuk amalnya," kata Clarence House.


Investigasi Yayasan Pangeran Charles berfokus pada pelestarian Dumfries House, sebuah perkebunan abad ke-18 di Skotlandia. Hasil penyelidikan menunjukkan bukti komunikasi dan koordinasi antara kepala eksekutif badan amal itu dan "pemecah masalah" yang berusaha mendapatkan gelar untuk donor. Peristiwa itu terjadi dari 2014 hingga 2018, dan pria yang menjadi pusat tuduhan itu mengundurkan diri tahun lalu.


Kasus yang menghubungkan Pangeran Charles telah menarik perhatian dunia pada masalah yang mengganggu monarki Inggris. Sebelumnya diberitakan tentang kasus yang melibatkan Pangeran Andrew.


Adik Charles dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap Virginia Giuffre ketika dia berusia 17 tahun. Andrew setuju untuk menyelesaikannya dengan memberikan sumbangan besar untuk badan amal penuduhnya. Selain jumlah sumbangan yang tidak diungkapkan, Andrew dikatakan telah mengakui bahwa Giuffre, 38, telah menderita sebagai korban pelecehan.


Seorang penulis biografi kerajaan, Angela Levin, memprediksi bahwa krisis seputar Andrew akan terus "membayangi" keluarga Kerajaan Inggris hingga akhir tahun dan mungkin hingga 2023. Berbicara kepada stasiun TV Sky News, Levin menyebut tindakan Andrew "memalukan." Sebelumnya Andrew mengaku belum pernah bertemu Giuffre namun belakangan mengakuinya.


"Saya pikir Ratu hanya akan membungkamnya dan berkata, 'Saya tidak bisa membiarkan ini terjadi sampai akhir tahun. Saya tidak ingin Anda merusak perayaan platinum. Saya satu-satunya ratu yang memerintah 70 tahun. Anda harus menyelesaikan masalah ini," kata Levin.


Lisa Bloom, seorang pengacara yang mewakili para korban Jeffrey Epstein, mengatakan Selasa bahwa penyelesaian kasus Virginia Giuffre oleh Pangeran Andrew adalah "kemenangan besar."


Berbicara kepada Sky News, Bloom mengatakan: "Tidak ada keraguan bahwa ini sangat tidak menyenangkan baginya, bahwa dia harus melupakannya dan meninggalkannya. Dan itu jelas merupakan hasil terbaik baginya."


Namun, Angela Levin memperingatkan, karena Giuffre masih memiliki kebebasan untuk menceritakan kisahnya dan Pangeran Andrew tidak dapat "menyerang" dia lagi, publisitas buruk akan terus muncul untuk keluarga kerajaan. [w/jam]


Oleh: VOA Indonesia

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar