BorneoTribun.com – Tank tempur M1 Abrams melintasi sebuah jembatan di Hell, Norwegia, saat latihan militer, 21 Oktober 2018.
Para pejabat AS menyatakan Amerika Serikat akan menjual 250 tank tempur M1 Abrams ke Polandia untuk meningkatkan keamanan negara itu di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia terkait Ukraina.
Menteri Pertahanan AS Llyod Austin mengatakan kepada wartawan di Warsawa hari Jumat, ia dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah memberitahu Kongres mengenai niat mereka menjual tank tersebut.
“Kerangka waktu untuk pengiriman tank-tank itu sedang dibahas sekarang,” kata Austin.
Polandia mengumumkan rencana musim panas ini akan membeli tank-tank dari AS sebagai bagian dari kesepakatan bernilai sekitar 6 miliar dolar, tetapi penjualan tersebut terus tertunda.
Austin mengatakan pembelian oleh Polandia itu juga akan membantu “memastikan pembagian tanggung jawab pertahanan yang lebih adil” di dalam Aliansi NATO.
Austin berterima kasih kepada Polandia karena telah menerima 4.700 tentara tambahan AS yang disiapkan untuk menanggapi apabila Rusia menginvasi Ukraina. Ada 9.000-10.000 tentara Amerika di Polandia sejak Presiden Joe Biden memerintahkan pengerahan tentara tambahan awal bulan ini.
Presiden AS Joe Biden, Jumat (18/2) dijadwalkan berbicara dengan para pemimpin transatlantik mengenai krisis di Ukraina. Gedung Putih menyatakan presiden akan memberitahu para pemimpin mengenai berbagai upaya AS untuk menerapkan pencegahan dan diplomasi.
Hari Kamis (17/2), Biden mengatakan ada kemungkinan “sangat besar” Rusia akan menginvasi Ukraina dalam beberapa hari mendatang.
“Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka terlibat dalam operasi mengecoh guna mendapatkan alasan untuk menyerang,” kata Biden kepada para wartawan di Gedung Putih. “Setiap indikasi yang kami miliki adalah mereka bersiap untuk masuk Ukraina, menyerang Ukraina. Perasaan saya, ini akan terjadi dalam beberapa hari mendatang,” ujarnya.
Namun, Biden mengatakan ia masih percaya ada kemungkinan untuk menemukan solusi diplomatik yang akan meredakan kekhawatiran Rusia mengenai misil dan latihan militer NATO di Eropa Timur. Sekutu-sekutu Barat menolak tuntutan utama Rusia agar NATO mengesampingkan kemungkinan memberikan keanggotaan untuk Ukraina dan bekas republik-republik Soviet lainnya.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken kemudian menggaungkan kembali pernyataan Biden, dengan mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa dunia bisa memperkirakan akan melihat Rusia menyerang Ukraina dalam beberapa hari, dan bahwa informasi intelijen mengindikasikan serangan ini mungkin akan didahului oleh dalih yang dibuat-buat.
“Ini bisa menjadi peristiwa kekerasan yang oleh Rusia akan dipersalahkan kepada Ukraina, atau tuduhan kasar yang akan Rusia ajukan terhadap pemerintah Ukraina,” kata Blinken. “Kami tidak tahun pasti itu akan diajukan dalam bentuk apa.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Blinken “mengemukakan dalam pernyataannya di Dewan Keamanan PBB hari ini bahwa, karena kami percaya satu-satunya cara bertanggung jawab untuk menyelesaikan krisis ini adalah melalui diplomasi dan dialog, kami telah mengusulkan untuk bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov di Eropa pekan depan.”
Price mengatakan, “Rusia telah menanggapi dengan usulan tanggal akhir pekan depan, yang kami terima, asalkan tidak ada invasi lebih lanjut Rusia terhadap Ukraina. Jika mereka benar-benar melakukan invasi dalam beberapa hari mendatang, ini membuat jelas bahwa mereka tidak pernah serius mengenai diplomasi. Kami akan terus berkoordinasi dengan sekutu-sekutu dan mitra-mitra kami dan mendorong untuk dialog lebih jauh dengan Rusia melalui Dewan NATO-Rusia dan OSCE (Organisasi bagi Keamanan dan Kerja sama di Eropa).” [uh/ab]
Oleh: VOA Indonesia
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS