Perayaan Festival Cap Go Me di Singkawang, Kalimantan Barat (foto: dok). |
BorneoTribun Jakarta - Tanggal 1 Februari lalu diperingati sebagai Tahun Baru Imlek, yang sejak tahun 2003 menjadi hari libur nasional. Selang dua minggu setelah peringatan itu, dirayakan pula Cap Go Meh atau Festival Lampion.
VOA - Menurut National Geography, beberapa ilmuwan memperkirakan jumlah warga Tionghoa berkisar 6 juta jiwa atau sekitar 2,2 persen dari penduduk Indonesia.
Perayaan Imlek pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dibatasi dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No 14/1967 tentang pembatasan agama, kepercayaan dan adat istiadat China. Peraturan terhadap warga Tionghoa pada masa Orde Baru itu membuat perayaan Imlek sempat menghilang di Indonesia.
Puluhan Marga Tionghoa
Baru pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid yang akrab disapa dengan Gus Dur - Inpres Soeharto dicabut pada 17 Januari 2000.
Gus Dur menerbitkan Keppres No 6/2000 yang memberi kebebasan kepada warga Tionghoa untuk menganut agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya. Gus Dur kemudian diberi gelar "Bapak Tionghoa Indonesia".
Wakil Ketua Umum Pariwisata di Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Johnnie Sugiarto mengatakan kepada VOA.
Johnnie Sugiarto (foto: courtesy). |
“Sejak diizinkan oleh pemerintahan Gus Dur untuk boleh merayakan Imlak, maka masyarakat Tionghoa berlomba menghidupkan kembali, sehingga ada 70 sampai 80 marga. Sekarang marga-marga itu punya kantor sekretariat sendiri, perpustakaan, asal usul marganya, keanggotaan dan punya kegiatan sembahyang kepada leluhur,” ungkapnya.
Kini sudah lebih dari 20 tahun warga Tionghoa di Indonesia, seperti halnya di negara-negara lain bisa merayakan Tahun Baru Imlek.
Bahkan kini Cap Go Meh atau 15 hari setelah tahun Baru Imlek juga dirayakan sebagai acara penutup tahun baru.
“Cu Ie itu hari pertama tahun baru Imlek, dan cap go itu tanggal 15-nya Imlek, jadi 15 hari setelah Imlek,” jelas Johnnie.
Viral Lagu Imlek Indonesia
Tepat pada hari Imlek tahun ini, banyak warga Tionghoa mendapat ucapan selamat Imlek dari teman dan sanak saudara melalui media sosial. Salah satu yang menjadi viral adalah lagu Imlek Fa Fa Da Cai Yo.
Alena Wu - salah seorang penyanyi "Fa Fa Da Cai Yo" (foto: courtesy). |
Ditemui VOA, penulisnya, Icun Lin, 43 tahun mengatakan, “Sayapun tidak tau, tiba-tiba meledak begitu saja... saya mendapat kiriman banyak WA.
Jadi lagu Imlek ini karya sendiri, original, awalnya itu untuk exist, setiap tahun harus membuat satu lagu Imlek dengan gaya apapun, bisa rock atau gaya Arabia.
Saya mencoba untuk mengkaji pengalaman musik saja.”
Padahal kata Icun Lin, lagu ini merupakan lagu Imleknya ke-8. Namun kali ini dengan lirik bahasa Indonesia, maka dianggap orang sebagai lagu Imlek yang pertama di Indonesia.
Penulis lagu kelahiran Jambi itu menambahkan, “Awalnya itu kan semua full Mandarin, mungkin karena lebih khas ada bahasa Indonesianya. Mudah-mudahan lain kali ada bahasa Jawanya. Rencana saya kalau sudah sampai 10 lagu, akan saya jadikan album Tribute to Chinese New Year.”
Lagu Imlek Tampilkan Warga Tionghoa dari berbagai profesi
Satu hal menarik yang bisa diambil dari video lagu “Fa Fa Da Cai Yo” ini, menampilkan warga Tionghoa dari segala profesi, dari Walikota, polisi dan pembawa acara, seperti dijelaskan salah seorang penyanyinya, Alena Wu: “Saya bangga sekali bisa ikut dalam lagu ini, karena pesan keragamannya. Di sini ada 2 polisi, ada yang bergerak di bidang politik, MC, jadi tidak semuanya penyanyi dan tidak semuanya beragama Kristen atau Budha, ada yang Muslim juga.”
Grup penyanyi Fa Fa Da Cai Yo (foto: courtesy). |
Perayaan Imlek akan ditutup dengan Cap Go Meh yang berlangsung tanggal 15 Februari. Biasanya perayaan yang paling meriah berlangsung di Singkawang, Kalimantan Barat.
“Singkawang secara tetap merayakan Cap Go Meh. Jadi sebenarnya itu peristiwa budaya yang ditarik ke pariwisata. Makanya begitu hari pertama Imlek sampai Cap Go (hari ke-15) kota itu ramai pengunjung. Jadi bisnis semuanya berjalan karena di Singkawang sebagian besar penduduknya Tionghoa dan sudah sekian periode, Walikota Singkawang adalah orang Tionghoa,” ujar Johnnie Sugiarto yang menangani pariwisata dalam Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
Kini penduduk Jakarta pun bisa ikut merayakan Cap Go Meh dengan nuansa Tionghoa, sejak Pecinan atau kota Cina dibangun di kawasan Pantai Indah Kapuk dengan nama PIK Pancoran yang diresmikan November 2020. [ps/em]
Oleh: VOA Indonesia
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS