Jangan buang kotoran gajah. Di Afrika Selatan, apa yang dianggap menjijikkan ini justru menjadi salah satu bahan untuk membuat mimuman gin. |
BorneoTribun.com – Nama gin itu Indlovu, yang artinya gajah dalam bahasa daerah Nguni di Afrika Selatan. Bahan-bahan utamanya diekstraksi dari kotoran gajah kering. Minuman ini pada intinya dibuat dengan merendam kotoran gajah kering dalam air panas untuk mengambil rasanya. Rasanya itulah yang kemudian dibaurkan ke dalam gin-gin khas Afrika.
Les Ansley, pemilik usaha minuman gin Indovlu, mengatakan gajah adalah sumber ras yang baik bagi gin. Pabriknya yang berlokasi di Paarl, Afrika Selatan, semakin berkembang karena memanfaatkan kotoran hewan itu.
"Gajah itu sangat sedikit mencerna makanan, mereka adalah fermentor baik. Usus mereka tidak panjang seperti usus sapi. Proses pencernaan makanan mereka sangat cepat. Kandungan bakteri pada ususnya rendah, dan lambungnya tidak banyak menyerap makanan. Gajah juga hewan yang selektif dalam memilih makanan . Mereka dapat memilih daun, buah, bunga dan tanaman yang terbaik."
Jangan buang kotoran gajah. Di Afrika Selatan, apa yang dianggap menjijikkan ini justru menjadi salah satu bahan untuk membuat mimuman gin. |
Jadi, seperti apa rasanya? Seorang bartender bernama Johanna Jones menjawab, '”Sangat menyegarkan, sangat berasa jeruk. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, rasanya sangat bersahaja, sangat membumi. Itulah yang membuat gin ini sangat berbeda."
Indlovu mengekspor 1.500 botol sebulan ke negara-negara di Eropa, Asia dan Amerika Serikat. Sekitar 15 persen dari keuntungannya digunakan untuk usaha konservasi gajah di Afrika Selatan.
Para pakar lingkungan mengatakan, gajah yang hidup di hutan dan sabana Afrika semakin terancam punah. Para konservasionis meningkatkan seruan untuk segera menghentikan perburuan dan perusakan habitatnya.
Jangan buang kotoran gajah. Di Afrika Selatan, apa yang dianggap menjijikkan ini justru menjadi salah satu bahan untuk membuat mimuman gin. |
Penilaian terbaru oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengategorikan dua spesies gajah yang ditemukan di Afrika sebagai "sangat terancam punah" dan "terancam punah".
IUCN mengutip data yang menunjukkan populasi gajah sabana Afrika yang ditemukan di berbagai habitat telah turun setidaknya 60 persen selama 50 tahun terakhir. Sementara jumlah gajah hutan yang kebanyakan ditemukan di Afrika Tengah telah turun 86 persen selama 31 tahun terakhir. Jika digabungkan, saat ini hanya tersisa sekitar 415 ribu gajah di Afrika. [ab/uh]
Oleh: VOA Indonesia
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS