Tim Nasional Kamerun Sumbang Korban Insiden Terinjak-injak di Stadion Olembe. |
BorneoTribun Younde, Kamerun - Tim nasional sepak bola Kamerun, Indomitable Lions, pada Minggu (30/1) menyumbangkan $85.000 atau sekitar Rp1,2 miliar dan mendedikasikan kemenangan mereka atas tim nasional Gambia untuk para korban insiden terinjak-injak di Stadion Olembe, Kamerun, yang menewaskan 8 orang dan terluka 38 lainnya pada pekan lalu.
Timnas Kamerun mengaku tidak mungkin tidak peduli pada orang-orang yang tewas dan terluka untuk mendukung tim mereka dalam turnamen Piala Afrika di Kamerun.
Anggota tim sepak bola Kamerun, Indomitable Lions, membawakan lagu bahwa Tuhan memberkati para korban insiden terinjak-injak di Stadion Olembe, Yaoundé, pekan lalu.
Lagu tersebut mereka bawakan pada Sabtu (29/1) lalu di kota Douala, usai mengalahkan tim nasional Gambia, Scorpions, di perempat final Piala Afrika Nasional (AFCON) - 2022.
Dalam pernyataan pasca-pertandingan, juru bicara Indomitable Lions Serge Guiffo mengatakan para pemain memberikan sumbangan $85.000 dan mendedikasikan kemenangan mereka atas Scorpions untuk para korban insiden tersebut. Insiden itu menewaskan delapan orang dan melukai 38 lainnya.
Pernyataan itu tidak merinci bagaimana sumbangan akan disalurkan kepada para korban, meskipun dikatakan bahwa anggota keluarga yang meninggal akan menerima bagian.
Setelah pertandingan di Stadion Japoma, Douala, Menteri Olahraga dan Pendidikan Jasmani Kamerun, Narcisse Mouelle Kombi, mengatakan kepada para pemain.
Kombi mengatakan bahwa warga Kamerun senang para pemain timnas telah membantu orang-orang yang kehilangan nyawa atau dan terluka saat berjuang menyaksikan pertandingan Indomitable Lions. Ia mengatakan, warga Kamerun senang donasi itu diberikan setelah kemenangan bersejarah atas timnas Gambia, Scorpions.
Insiden terinjak-injak itu terjadi ketika para penonton kesulitan memasuki Stadion Olembe di ibu kota Yaoundé. Presiden Kamerun Paul Biya memerintahkan agar perawatan korban luka digratiskan.
Ndukong Edward, keluarga salah seorang korban, mengatakan presiden tidak memberikan pernyataan apapun soal bantuan kepada keluarga korban tewas.
Ndukong berharap pemerintah akan membantu para korban dan keluarga yang ditinggalkan. Ia menduga kegagalan pengamanan oleh kepolisian Kamerun menjadi penyebab insiden mematikan itu.
“Apabila gerbang dibuka seperti seharusnya, tidak akan terjadi insiden karena orang-orang akan bisa memasuki stadion. Tapi jika gerbang itu ditutup oleh para petugas keamanan yang melakukannya secara berlebihan untuk alasan apapun, maka mereka harus bertanggung jawab,” harapnya.
Pihak berwenang Kamerun pada hari Jumat (28/1) menyalahkan terjadinya insiden itu pada membludaknya jumlah penonton tanpa tiket yang tiba di lokasi pertandingan dan mencoba memaksa masuk ke stadion untuk menghindari pemeriksaan keamanan dan prosedur pendeteksian COVID-19.
Nasseri Paul Bea, gubernur wilayah Pusat Kamerun di mana Stadion Olembe berada, mengatakan bahwa pemerintah akan membantu para korban setelah turnamen selesai. Ia meminta penonton pertandingan-pertandingan Piala Afrika untuk menghentikan perilaku tidak beradab seperti melompati pagar untuk masuk ke stadion.
“Kami menyerukan kepada para penduduk agar mengikuti dan menghormati pemerintah, untuk dapat bekerja sama memastikan Kamerun tidak tampil dengan citra buruk dengan cara bersikap sangat patriotik dan bertanggung jawab. Insiden ini tidak boleh terulang. Warga Kamerun harus ingat bahwa apa yang terjadi di Olembe tidak boleh terulang,” ujarnya.
Bea mengatakan, beberapa menteri, pejabat senior pemerintahan hingga simpatisan telah menyalurkan bantuan keuangan bagi para korban dengan semangat solidaritas.
Setelah insiden terinjak-injak itu, Konfederasi Sepak Bola Afrika menangguhkan pertandingan Piala Afrika di Olembe hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Kamerun menjadi tuan rumah Piala Afrika untuk pertama kalinya dalam 50 tahun terakhir. Turnamen sepak bola terbesar di benua itu mulanya dijadwalkan digelar pada tahun 2019. Akan tetapi, pihak konfederasi membatalkan penyelenggaraannya tahun itu di Kamerun karena belum siapnya stadion-stadion yang akan digunakan.
Turnamen yang akan berakhir pada 6 Februari itu dimulai sejak 9 Januari lalu. [rd/ka]
Sumber: VOA Indonesia
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS