Pemakaman Rachmawati di Samping Ibu Fatmawati | Borneotribun.com

Minggu, 04 Juli 2021

Pemakaman Rachmawati di Samping Ibu Fatmawati

Pemakaman Rachmawati di Samping Ibu Fatmawati
Foto: Didi Mahardika selaku anak dari Rachmawati Soekarnoputri beserta keluarga memberikan salam perpisahan terakhir di pemakaman umum Karet Bivak, 3 Juli 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Rachmawati Soekarnoputri yang tutup usia hari Sabtu (3/7) pukul 06.45 WIB di RSPAD Gatot Subroto dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. 

Sesuai wasiatnya, ia dimakamkan di samping makam Ibu Fatmawati, ibundanya yang meninggal dunia pada tahun 1980. 

Upacara pemakaman berlangsung singkat dan mengikuti protokol kesehatan karena Rachmawati sebelumnya diketahui terjangkit virus corona.

Hanya keluarga inti yang datang langsung ke pemakaman, antara lain putra Rachmawati, Didi Mahardhika dan istri. 

Guntur Soekarnoputra mengutus menantunya Joy Kameron, sementara Megawati Soekarnoputri mengutus putra pertamanya Mohammad Rizki Pratama. 

Dengan berbagai pertimbangan, termasuk mematuhi protokol kesehatan dan pembatasan sosial terkait COVID-19, abang dan kakak kandung Rachmawati itu memutuskan mengikuti upacara pemakaman dari rumah secara daring. Ada pula Banyu Biru, putra sahabat keluarga Eros Djarot. 

Sekjen PDI-Perjuangan Hasto Kristayanto dalam keterangan tertulis yang dikirimkan pada VOA menyampaikan duka cita mendalam Megawati dan keluarga besar Soekarno. 

“Ibu Megawati Soekarnoputri sangat berduka. Ibu Rachmawati adalah adik beliau, yang tumbuh dan sama-sama besar di Istana Negara, belajar menarik bersama dan juga berjuang guna meneladani keseluruhan pemikiran dan perjuangan Bung Karno, proklamator dan bapak bangsa Indonesia. Semoga husnul khotimah,” demikian petikan pernyataan itu.

Lebih jauh Hasto mengatakan Megawati telah berkomunikasi langsung dengan putra tertua Rachmawati, Rommy Soekarnoputro, untuk menyampaikan belasungkawa dan doa terbaik.

 “PDI Perjuangan mengucapkan duka cita mendalam. Kami mendoakan Ibu Rachmawati dan Partai memberikan penghormatan terbaik bagi almarhumah.”   

Terjangkit COVID-19 Rachmawati menghembuskan nafas terakhirnya setelah menjalani serangkaian perawatan kesehatan selama lebih dari satu minggu karena terjangkit virus corona. 

“Beliau dirawat di RSPAD sepulangnya dari menghadiri dua acara, yaitu haul Bung Karno dan ulang tahun Polisi Militer Angkatan Darat Juni lalu. Ia merasa tidak enak badan, setelah diperiksa diputuskan dirawat di RSPAD. Penyakit bawaannya seperti stroke dan asthma semakin menyulitkan ketika ia terjangkit COVID. Kurang lebih jam 6.45 dipanggilNya,” ujar Eros Djarot, sahabat Rachmawati dan Megawati.

Dikenal Nasionalis Sejati Diah Pramana Rachmawati Soekarno lahir pada 27 September 1950. 

Ia merupakan Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Bung Karno dan salah seorang pendiri Universitas Bung Karno. 

Ia juga pernah mendirikan Partai Pelopor. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Rachmawati pada tahun 2007-2009 dipercaya menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Ia pernah bergabung dengan Partai Nasdem pada tahun 2013, namun kemudian berpisah jalan pada tahun 2014. 

Setahun kemudia ia bergabung dengan Partai Gerindra dan hingga September 2020 menjadi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang langsung berada di bawah Ketua Umum Prabowo Subianto. 

Pertengahan Juni lalu Rachmawati didaulat menjadi Ketua Dewan Pembina Tim Mutiara Hitam oleh Persipura Jayapura.

Masyarakat luas mengenal Rachmawati Soekarnoputri sebagai tokoh politik yang sangat nasionalis dan berbeda haluan dengan kakaknya, Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri. 

Perbedaan itu tampak jelas ketika Rachmawati, dalam pendeklarasian Partai Pelopor di Jakarta pada Agustus 2002, secara terang-terangan menyebut “Megawati hanyalah anak biologis Soekarno, bukan anak ideologis.” 

Sebagai orang yang dekat dengan Megawati dan juga Rachmawati, Eros Djarot mengatakan sebenarnya keduanya sama-sama sangat mencintai Indonesia, tetapi dengan cara berbeda. 

“Yang satu, yaitu Rachmawati, lebih pada menerjemahkan ideologi Bung Karno secara kesumsum – ketulang dan sumsum – begitu ya.. Sementara Mbak Mega melihatnya sebagai proses yang perlu diadaptasi dengan keadaan sekarang. Keduanya mempunyai langkah dan pandangan berbeda tentang bagaimana mengelola negeri ini. Tetapi keduanya sama-sama sangat mencintai Indonesia,” ujar Eros. [em/iy/ah]

Oleh: VOA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar