Gangguan Listrik, Pasokan Oksigen Medis di Jateng dan Yogya Kembali Bermasalah. |
BORNEOTRIBUN - Gangguan listrik kembali menjadi ganjalan penyediaan oksigen bagi rumah sakit di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Kondisi kritis yang dijanjikan akan diselesaikan, tetapi ternyata tak sepenuhnya usai.
Pabrik milik produsen oksigen PT Samator di kawasan industri Kaliwungi, Kendal, Jawa Tengah, mengalami mati listrik pada Sabtu (10/7).
Listrik yang mati pada tengah hari, baru hidup kembali sekitar pukul 18.00 WIB.
Padahal mesin membutuhkan waktu 8-9 jam setelah mati, untuk dapat beroperasi lagi secara normal. Humas PT Samator Jawa Tengah, Ikhsan Fauzi, membenarkan peristiwa itu.
"Jadi otomatis kita tidak bisa produksi. Akhirnya kita kehilangan stok. Kita kan harus buat back up untuk proses jalannya sekitar 6-8 jam, itu baru keluar liquid. Jadi kalau listrik kedip saja lalu mati, kita kehilangan stok delapan jam untuk oksigen,” kata Ikhsan.
Dalam satu jam, pabrik ini mampu memproduksi oksigen cair 2.050 meter kubik.
Sesuai prosudur yang ada, menurut Ikhsan, mesin baru dapat berproduksi kembali sekitar pukul 01.00 WIB atau 02.00 WIB hari Minggu (11/7).
Jadi, setidaknya pabrik kehilangan jumlah pasokan oksigen selama 12 jam produksi, atau lebih dari 24.000 meter kubik.
“Kami butuh waktu untuk warming up sekitar 6-8 jam, baru liquid bisa diproduksi,” kata Ikhsan.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bertanggung jawab atas pasokan listrik, mengatasi persoalan tersebut dengan mengalihkan arus tegangan listrik jalur Jawa-Bali langsung ke pabrik.
Perbaikan jaringan di lingkungan pabrik, termasuk trafo juga dilakukan.
“Nanti, informasinya akan ada lagi penambahan mesin khusus, yang didatangkan dari Jakarta,” kata Ikhsan terkait upaya mereka mengatasi masalah yang berulang tersebut.
Gubernur Jateng Janji Atasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengkonfirmasi matinya aliran listrik termasuk upaya mengatasi kondisi tersebut.
"Kemarin produksi akhirnya terhenti karena listrik mati. Dari PLN sudah bergerak untuk diakali, caranya diambilkan dari sumber yang lain, karena ini masuk kategori yang sekarang sangat vital,” kata Ganjar, dalam pernyataan pada Minggu (11/7).
Ganjar langsung datang ke pabrik oksigen di Kendal, Jawa Tengah, untuk memastikan perbaikan telah dilakukan.
Menurut perhitungannya, matinya aliran listrik beberapa jam itu telah membuat cadangan oksigen di Jawa Tengah hilang sekitar 60 ton.
Agar krisis oksigen tidak terjadi dan menghindari korban jiwa di rumah sakit, Ganjar meminta pengiriman pasokan oksigen dari Jawa Barat dipercepat. Kapolda beserta tim kepolisian telah bersedia melakukan pengawalan.
"Saya kontak-kontakan dengan Pak Kapolda, dengan timnya, mereka mengawal dari Cilegon. Pak Menko Maritim dan Investasu juga menelpon saya untuk memastikan itu. Hari ini (Minggu-red) saya cek, kiriman dari Cilegon sudah datang satu. Kita pakai dulu, yang lain mungkin sebentar lagi,” ujar Ganjar.
Lebih jauh Ganjar memaparkan, dari satu tangki oksigen yang sudah datang, sebagian telah dikirim untuk memenuhi kebutuhan oksigen di Semarang dan Kabupaten Rembang.
Satu tangki lagi dalam proses pengisian, untuk memasok kebutuhan di Kabupaten Boyolali.
"Jadi prosesnya berjalan, sudah dikirim ke daerah. Saya minta ada yang memantau,” tambahnya.
Terkait masalah pasokan listrik, Ganjar mengaku sudah berkomunikasi dengan PLN. Dia meminta jaminan pasokan listrik ke pabrik oksigen aman.
"Saya sudah komunikasi, PLN langsung turun tangan. General Manager-nya langsung datang ke sini. Hari ini ada rapat dengan Direktur PLN, harapan saya, ada back up energi untuk menjaga keajegan (kepastian -red) suplai,” papar Ganjar.
Oksigen Konsentrator Tiba Sementara itu, pada Jumat (9/7), Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan memastikan, 30 unit oksigen konsentrator tiba di Indonesia.
Sebanyak 30 unit oksigen konsentrator tersebut merupakan bagian dari 10.000 oksigen konsentrator yang dibeli pemerintah Indonesia dari Singapura.
“Hari ini dikirim dari Singapura melalui penerbangan, sisanya dikirim via laut bersama dengan tabung silinder yang diisi oksigen,” kata Luhut, Jumat.
Selain oksigen kosentrator, Luhut juga mengatakan pemerintah membeli 7 unit oksigen generator dan 36.000 ton oksigen untuk kebutuhan 30 hari ke depan. Bersama dengan kedatangan 30 oksigen konsentrator, datang juga dukungan kerja sama berupa alat kesehatan dari Singapura ke Indonesia.
Dukungan itu berupa 420 ventilator, 256 silinder oksigen kosong 40 L, 756 oksigen silinder, 600 oksigen konsentrator, dan perlengkapan APD termasuk masker bedah dan masker N95.
Bantuan dari Australia, kata Luhut juga datang menggunakan pesawat udara, berupa 1.000 unit ventilator.
BUMN Ikut Atasi Krisis Terkait krisis oksigen di Pulau Jawa, PT Pupuk Indonesia (Persero) mengirimkan bantuan 96 ton oksigen untuk rumah sakit di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung.
Bantuan ini dikirim bertahap. Sebanyak 50 ton telah didistribusikan ke 18 rumah sakit di Jawa Tengah. Sedangkan 25 ton oksigen dikirim ke sejumlah rumah sakit di Yogyakarta.
Oksigen sebanyak 11,18 ton dikirim ke Rumah Sakit Fatmawati di Jakarta, dan 10,55 ton untuk sejumlah rumah sakit di Bandung.
Sementara itu, PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaannya PT Pertagas, telah mengirimkan bantuan oksigen ke lima rumah sakit di DI Yogyakarta, yaitu RSUP dr Sardjito, RS PKU Muhammadiyah Gamping, RSUD Wates, RS Panti Rapih, dan RS Bethesda sebanyak 13,1 ton pada 6 Juli 2021.
PT Pertagas juga telah mengirimkan bantuan oksigen medis ke empat rumah sakit di Jawa Tengah sebesar 14,8 ton dan 6 rumah sakit di Yogyakarta sebanyak 15,1 ton pada 28 Juni lalu. [ns/ah]
VOA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS