Foto: Seorang ibu hamil datang untuk tes swab virus corona COVID-19 di Surabaya pada 21 Juli 2020. (Foto: AFP/Juni Kriswanto) |
BORNEOTRIBUN JAKARTA - Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mencatat 536 ibu hamil terinfeksi virus corona sepanjang April 2020 hingga Mei 2021.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) merekomendasikan vaksinasi corona terhadap ibu hamil.
Ketua POGI Ari Kusuma Januarto mengatakan lembaganya mencatat setidaknya ada 536 ibu hamil yang terinfeksi virus corona sepanjang April 2020 hingga Mei 2021.
Foto: Ketua POGI Ari Kusuma Januarto. (Foto: VOA/Sasmito) |
Sekitar tiga persen di antaranya meninggal dan 4,5 persen masuk ruang gawat darurat atau Intensive Care Unit (ICU).
Selain itu, menurut Ari, 51 persen dari 536 ibu hamil tidak bergejala atau orang tanpa gejala.
Kondisi tersebut membuat virus berpotensi menular kepada keluarga ibu hamil ataupun dokter dan tenaga kesehatan.
"Dari 536 orang, 72 persen ditemui pada usia 37 minggu. Artinya terlambat diketahui atau baru datang. Padahal kita tahu itu masa akan melahirkan jelas membutuhkan fasilitas atau dirujuk," jelas Ari Kusuma Januarto dalam konferensi pers daring, Jumat (2/7/2021).
Ari menambahkan ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan tertular virus corona.
Kata dia, hal ini diperkuat data Dinas Kesehatan Jakarta yang menunjukkan sekitar 1.600 ibu hamil dinyatakan positif virus corona dari 15 ribuan ibu hamil yang dites PCR (polymerase chain reaction).
Seribu di antaranya yang dinyatakan positif membutuhkan fasilitas rujukan.
"Ini kita juga bisa bayangkan fasilitas-fasilitas. Sementara kita sekarang belum punya rumah sakit yang benar-benar khusus," tambahnya.
Foto: Dokter kandungan-ginekologi Ika Sri Purnamaningsih (tengah) dan perawat memakai alat pelindung saat memeriksa ibu hamil di RSIA Tambak, Jakarta, 22 April 2020. (Foto: AFP/Adek Berry) |
Sekjen POGI Budi Wiweko menambahkan vaksinasi terhadap ibu hamil aman dilakukan.
Hal tersebut berdasar studi observasi di Amerika Serikat terhadap 35 ribuan ibu hamil yang divaksin Pfizer dan Moderna pada Desember 2020 hingga Februari 2021.
Hasilnya sebagian besar ibu hamil merasakan nyeri pada tempat suntikan dan kelelahan.
"Yang relatif lebih tinggi pada ibu hamil adalah nyeri pada tempat suntikan. Kalau lain-lain sebanding, bahkan ibu hamil dibandingkan lebih sedikit dibandingkan pada ibu tidak hamil," jelas Budi Wiweko.
Budi menambahkan hasil studi observasi juga menunjukkan terdapat kasus keguguran berkisar 12,6 persen, kematian di bawah usia 5 bulan 0,1 persen, dan kelainan lain, seperti persalinan prematur dan bayi kecil.
Namun, menurutnya ini masih dalam kategori wajar karena berasal dari studi observasi yang dilakukan secara acak dari ibu hamil.
Selain itu, kata Budi, pihaknya juga berkaca kepada organisasi profesi di dunia seperti Royal College of Obstetricians and Gynecologists dan American College of Obstetricians and Gynecologists yang menunjukkan keamanan vaksinasi terhadap ibu hamil.
Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah masih menunggu rekomendasi dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) soal vaksinasi ke ibu hamil.
VOA sudah berusaha meminta tanggapan ke juru bicara BPOM soal rekomendasi vaksinasi kepada ibu hamil.
Namun, belum ada tanggapan dari BPOM terkait hal ini hingga berita ini diturunkan. [sm/ah]
Oleh: VOA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS