Polisi Pakistan Tangkap Ulama Atas Ancaman Untuk Bunuh Malala | Borneotribun.com

Sabtu, 12 Juni 2021

Polisi Pakistan Tangkap Ulama Atas Ancaman Untuk Bunuh Malala

Remaja Pakistan Malala Yousafzai, yang ditembak dan dilukai oleh Taliban karena mendukung pendidikan anak perempuan, berpose untuk fotografer setelah dianugerahi International Children's Peace Prize 2013, 6 September 2013. (Foto: AP)

BorneoTribun Internasional - Polisi Pakistan telah menangkap Mufti Sardar Ali Haqqani setelah video tentang ulama itu viral di media sosial. Dalam video itu ia terlihat mengancam Pemenang Hadiah Nobel Malala Yousafzai terkait komentarnya baru-baru ini mengenai pernikahan, kata para pejabat hari Kamis (10/6).

Haqqani, ditangkap di Lakki Marwat, distrik di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan Barat Laut, pada hari Rabu (9/6), kata kepala polisi setempat, Waseem Sajjad.

Dalam video itu, ulama tersebut mengancam akan menarget Malala dengan serangan bunuh diri apabila kembali ke Pakistan, diduga karena komentar Malala awal bulan ini kepada majalah Vogue Inggris mengenai pernikahan, yang disebut ulama itu menghina Islam.

Yousafzai tinggal di Inggris sejak 2012, setelah Taliban Pakistan menembaknya dan membuat ia terluka parah. Ia baru berusia 15 tahun ketika itu dan telah membuat berang Taliban karena kampanyenya mengenai pendidikan bagi anak-anak perempuan.

Pada salah satu bagian dalam wawancara dengan Vogue itu, Malala mengatakan, “Saya masih belum paham mengapa orang-orang harus menikah. Kalau Anda ingin memiliki seseorang dalam hidup Anda, mengapa Anda harus menandatangani dokumen pernikahan, mengapa tidak bisa kemitraan saja?”

Pernyataan itu menimbulkan kehebohan di media sosial di Pakistan serta membuat berang kalangan Islamis dan ulama seperti Haqqani. Berdasarkan syariah Islam, pasangan lelaki dan perempuan tidak boleh hidup bersama di luar pernikahan.

Ayah Malala, Ziauddin Yousafzai, membelanya di Twitter, dengan mengatakan pernyataan Malala diambil di luar konteks.

Malala, yang kini berusia 23 tahun, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2014 karena upayanya melindungi anak-anak dari perbudakan, ekstremisme, dan tenaga kerja anak. Ia berkunjung sebentar ke Pakistan pada tahun 2018.

Ia masih sangat populer di Pakistan tetapi juga dikecam luas oleh kalangan Islamis dan mereka yang berhaluan keras.

Pada Februari lalu, penyerang Malala pada tahun 2012 mengancam akan melakukan upaya kedua membunuhnya, dengan mencuit bahwa lain kali, “tidak akan ada kekeliruan lagi.” Twitter segera membekukan secara permanen akun yang berisi postingan ancaman tersebut.

Ancaman itu mendorong Yousafzai untuk menulis cuitan, meminta militer Pakistan dan PM Imran Khan untuk menjelaskan bagaimana tertuduh penembaknya, Ehsanullah Ehsan, lolos dari tahanan pemerintah.

Ehsan ditangkap pada tahun 2017, namun melarikan diri pada Januari 2020 dari apa yang disebut rumah aman di mana ia ditahan oleh dinas intelijen Pakistan. Latar belakang penangkapan dan pelariannya diliputi oleh misteri dan kontroversi. [uh/ab]

Oleh: VOA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar