BORNEOTRIBUN.COM - Meningkatnya Tajam Virus COVID-19 di Bangladesh, Banyak Masyarakat Berbondong-bondong Tinggalkan Kota, menyebabkan Penuhnya Terminal Kapal Feri.
Akibat tidak seorang pun di Bangladesh akan diizinkan meninggalkan rumah mereka Selama tujuh hari sejak Kamis (24/6), kecuali dalam keadaan darurat.
Sehingga orang-orang mengungsi dari ibu kota yang sibuk ke rumah mereka di kota-kota dan desa-desa.
Kasus virus COVID-19 di negara tersebut telah melonjak, banyak yang terkait dengan varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di negara tetangga India.
Gelombang virus terbaru di Bangladesh dimulai sekitar enam minggu lalu.
Pada 15 Mei ada 261 kasus baru dan 22 kematian dilaporkan.
Pada Jumat (25/6) ada 5.869 kasus baru dan 108 kematian - jumlah kematian harian tertinggi kedua di negara itu dari seluruh pandemi.
Banyak rumah sakit kewalahan dengan pasien dan berjuang untuk mengatasinya, terutama yang berada di perbatasan dengan India.
Penguncian awalnya akan dimulai pada Senin (28/6) ini, namun ditunda hingga Kamis (1/7).
Kendati demikian, para pejabat mengatakan beberapa pembatasan masih akan mulai berlaku pada ini waktu setempat.
Karena peningkatan kasus yang tajam, layanan kereta api dan bus sudah dihentikan, dengan pengecualian untuk layanan darurat.
Orang-orang yang menginginkan untuk meninggalkan kota terpaksa menyewa kendaraan pribadi, atau bahkan berjalan kaki, karena penutupan transportasi.
Editor BBC Asia Selatan Jill McGivering melaporkan para pekerja berpenghasilan rendah dan pekerja harian akan menjadi yang paling terpukul oleh penguncian ketat.
Banyak dari orang-orang yang melarikan diri adalah pekerja migran yang berusaha untuk pulang.
Surat kabar Dhaka Tribune melaporkan bahwa ada ribuan orang hanya di satu terminal feri, dengan sedikit atau tanpa ruang di antara mereka.
Kepala polisi lalu lintas setempat Zakir Hossain mengatakan kepada surat kabar itu bahwa terminal Shimulia jauh lebih sibuk pada hari Minggu daripada pada hari Sabtu, dan bahwa "tidak ada yang mengikuti protokol keselamatan Covid-19".
Kantor berita AFP melaporkan total puluhan ribu orang berusaha untuk pergi. Keterangan ini mengutip seorang pejabat senior perairan Bangladesh yang mengatakan setidaknya 50.000 orang telah meninggalkan kota itu dengan feri pada Minggu (27/6) saja. Saat ini, situasi semakin "tidak terkendali".
Beberapa layanan feri telah beroperasi 24 jam sehari, dengan lebih dari 1.000 penumpang berdesakan di setiap perjalanan.
"Kami tidak ingin mereka memadati feri, tetapi mereka tidak mendengarkan. Ada orang-orang yang terburu-buru,” terang sub-inspektur polisi Mohammad Raza kepada AFP.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Informasi Pers (PID) Bangladesh mengatakan semua kantor, termasuk kantor pemerintah, semi-pemerintah dan swasta, juga akan ditutup dalam penguncian.
Juru bicara departemen kesehatan Robed Amin mengatakan kepada AFP jika polisi dan penjaga perbatasan akan dikerahkan untuk menegakkan penguncian dan menghentikan orang meninggalkan rumah mereka.
Editor: Yakop
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS