Warga Muslim India melakukan shalat jenazah korban COVID-19 sebelum dimakamkan di New Delhi (foto: Reuters). |
BorneoTribun India -- Untuk kedua kalinya sejak pandemi COVID 19 dimulai, migran dari pedesaan di India memadati bus-bus dan kereta api untuk pulang ke kampung mereka sementara kota-kota besar seperti Delhi dan Mumbai memberlakukan kembali pembatasan guna mengendalikan kenaikan infeksi yang memecahkan rekor.
Hanya beberapa bulan yang lalu, jutaan pekerja migran berdatangan ke kota besar untuk bekerja di pabrik-pabrik, restoran-restoran, dan pasar-pasar yang mulai beroperasi kembali setelah terjadi lockdown di seluruh India yang diberlakukan pada Maret tahun lalu.
Tetapi sekali lagi mereka didera oleh PHK besar-besaran di tengah-tengah pembatasan di kota-kota besar ketika India diguncang oleh gelombang kedua pandemi virus corona.
Dalam beberapa hari terakhir, infeksi harian di India telah naik melampaui 200 ribu kasus, angka tertinggi di dunia dan dobel angka-angka pada puncak dari gelombang pertama pada September.
Hari Minggu, kementerian kesehatan melaporkan 261.394 kasus, sebuah catatan rekor, dan kota-kota seperti Delhi dan Mumbai, yang menampung jutaan pekerja migran dari pedesaan, terpukul paling keras.
Sepertinya pendulum berayun ke sisi lainnya sejak awal tahun, ketika itu kasus infeksi menurun dan memicu optimisme bahwa pandemi sudah berlalu di India, dan harapan muncul ekonomi, yang terpukul oleh lockdown yang panjang, mulai pulih kembali.
Kota-kota besar India mulai kembali normal ketika konsumen berdatangan ke pusat-pusat belanja dan restoran, dan orang-orang mulai menuju ke tempat-tempat berlibur dan bisnis bangkit kembali.
Kota-kota itu kini sunyi kembali. Delhi memberlakukan jam malam sampai akhir bulan, Mumbai menutup sebagian besar industri dan pasar, serta menghentikan semua kegiatan konstruksi.
Jumlah orang miskin di India, mereka yang berpenghasilan hanya $2 atau kurang per hari atau kurang, ditaksir sudah naik 75 juta orang akibat resesi yang diakibatkan COVID-19 ini, demikian temuan dari PEW Research Center. Angka itu mewakili 60% dari kenaikan kemiskinan global.
Namun, meskipun India dilanda gelombang COVID 19 yang parah ini, PM Inggris Boris Johnson akan tetap melangsungkan lawatan ke India.
Menteri Lingkungan Inggris George Eustice memberi konfirmasi itu. “Untuk sesuatu seperti ini, saya berpendapat, ya ini tepat. Tetapi, yang pasti, langkah-langkah diambil guna memastikan lawatan ini aman dari serangan COVID.”
Ditambahkan oleh Menteri Lingkungan itu, lawatan ini penting karena alasan bisnis dan politik. [jm/lt]
Oleh: VOA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS