Lansia Penyintas Pandemi Flu Spanyol 1918 Disuntik Vaksin Covid-19 | Borneotribun.com

Rabu, 27 Januari 2021

Lansia Penyintas Pandemi Flu Spanyol 1918 Disuntik Vaksin Covid-19

Zelia de Carvalho Morley, yang berusia 106 tahun, mendapat vaksin Covid-19, CoronaVac, buatan Sinovac, di rumah lansia tempat dia tinggal di Rio de Janeiro, Brazil, Rabu, 20 Januari 2021. (Foto: AP)

BorneoTribun - Zelia de Carvalho Morley telah berusia 106 tahun. Ia tinggal di sebuah panti lansia di Brazil. Bersama dengan para penghuni lainnya, ia mendapatkan vaksin Covid-19, CoronaVac, buatan perusahaan farmasi China, Sinovac. Ini adalah bagian dari program vaksinasi massal yang diluncurkan otoritas setempat di wilayah Rio De Janeiro.

Lahir di Kota Rio De Janeiro pada 1914, Morley waktu itu masih anak-anak ketika pandemi Flu Spanyol menelan korban sebanyak 50 juta jiwa di seluruh dunia pada 1918-1920. Saat itu, vaksin belum tersedia.

Sambil tersenyum, Morley mengatakan kepada kantor berita Associated Press, bahwa ia merasa vaksin tersebut akan mampu melawan virus dengan baik

“Saya rasa vaksin ini akan bagus. Semua berada di tangan Tuhan,” ujar Morley.

Zelia de Carvalho Morley,106 tahun (kiri), memegang tangan Paulo Cesar Cunha Fabio, yang sedang disuntik vaksin Covid-19, CoronaVac, buatan Sinovac, di rumah lansia tempat mereka tinggal di Rio de Janeiro, Brazil, Rabu, 20 Januari 2021. (Foto: AP)

Ia merasa senang setelah mendapat suntikan vaksin pada Rabu, 20 Januari. Ia menunjukkan kegembiraannya dengan meniup ciuman kepada para anggota staf dan pengunjung dari halaman tempat tinggalnya yang dipenuhi cahaya matahari.

Kaum lansia berumur 100-tahun ke atas seperti Morley ini merupakan bagian dari para penerima vaksin yang diprioritaskan oleh banyak negara, termasuk Brazil. Pemerintah Brazil mulai program vaksinasi Covid-19 Selasa (19 Januari) pekan lalu dengan mendistribusikan vaksin Sinovac.

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, dengan lebih dari 210 ribu orang meninggal akibat Covid-19, Brazil berada pada urutan kedua setelah Amerika Serikat untuk angka kematian tertinggi.

Direktur medis rumah lansia “Vovo”, Paulo Cesar Cunha Fabiano, yang berusia 73 tahun, adalah dokter yang merawat Morley. Ia juga divaksinasi. Ia mengatakan bahwa vaksin tersebut akan memberikan ketenangan pada para staf yang memberi perawatan kepada para penghuni panti yang sudah lanjut usia.

“Akhirnya, kami semua bisa tenang, tanpa rasa takut akan ada seorang staf yang menularkan penyakit kepada para lansia kami. Itu sangat penting,” ujar Fabian. [aa/uh/ft]

Oleh: VOA Indonesia

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar