Seorang pembelanja melihat-lihat anggur di King & Godfree, salah satu toko bahan makanan berlisensi tertua di Australia di, Melbourne, Australia. (Foto: AP) |
BorneoTribun - China menaikkan pajak impor minuman anggur Australia, sehingga meningkatkan tekanan terhadap Australia terkait sejumlah perselisihan termasuk dukungan negeri Kanguru itu untuk penyelidikan asal usul virus corona.
Kenaikan pajak antidumping hingga 212,1 persen itu akan mulai berlaku Sabtu (28/11).
Kementerian Perdagangan China mengatakan, Jumat (27/11), keputusan itu diambil sebagai tanggapan terhadap keluhan produsen minuman anggur China yang mengatakan bahwa usaha mereka dirusak oleh minuman anggur impor Australia yang dijual dengan harga rendah, yang tidak semestinya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyatakan keputusan pemerintahnya ini sejalan dengan hukum dan peraturan China serta praktik internasional.
Pemerintah Australia membantah menyubsidi minuman anggur yang diekspornya. Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengatakan hukuman itu akan membuat anggur Australia tidak kompetitif di China, yang membeli sekitar 40 persen produksi negaranya.
China, pasar ekspor terbesar Australia, menghentikan atau memberlakukan pembatasan impor daging sapi, jelai, makanan laut, gula, dan kayu Australia setelah pemerintahnya mendukung seruan untuk menyelidiki asal muasal pandemi virus corona.
Partai Komunis yang berkuasa berusaha menangkis kritik terhadap penanganannya atas wabah tersebut dengan menyatakan virus itu berasal dari luar negeri, meskipun hanya sedikit bukti yang mendukung klaim tersebut.
Beijing juga frustrasi karena Australia memberlakukan langkah-langkah untuk memblokir pengaruh China dalam sistem politiknya dan telah melarang raksasa peralatan telekomunikasi China Huawei mengambil bagian dalam jaringan telepon generasi mendatang negara itu.
Sementara itu, Australia bergabung dengan Jepang dan negara-negara Asia Tenggara dalam mengungkapkan keprihatinan mereka terkait pembangunan pos militer Beijing di perairan Laut China Selatan yang disengketakan, salah satu rute perdagangan tersibuk di dunia.
(VOA/AB/UH)
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS