Berbagai Faktor Dorong Melonjaknya Virus Corona di Dunia | Borneotribun.com

Senin, 16 November 2020

Berbagai Faktor Dorong Melonjaknya Virus Corona di Dunia

Petugas medis melakukan protes atas lonjakan kasus Covid-19 di Athena, Yunani, Kamis (12/11).

Mulai dari Amerika, hingga ke Jerman, Pakistan dan bahkan Indonesia melaporkan peningkatan kasus baru virus corona. Berbagai faktor diduga ikut memperburuk situasi, antara lain pergantian musim, pelonggaran pedoman Covid-19 hingga rasa bosan dan lelah yang dialami banyak orang menghadapi musuh yang tidak terlihat ini selama berbulan-bulan.

Texas Rabu lalu (11/11) menjadi negara bagian pertama di Amerika yang mencatat lebih dari satu juta kasus virus corona. Tepatnya 1,02 juta kasus virus corona, termasuk lebih dari 19.000 kematian, sejak wabah meluas awal Maret lalu.

California hampir menyusul dengan peningkatan jumlah kasus baru harian di negara bagian itu.

Di New York, Gubernur Andrew Cuomo mengatakan mulai hari Jumat (13/11) semua restoran, bar dan gimnasium di seluruh negara bagian itu harus tutup jam 10 malam. Cuomo juga melarang pertemuan pribadi – di dalam rumah sekali pun – lebih dari sepuluh orang.

Amerika telah mencatat lebih dari 10,3 juta kasus virus corona, termasuk lebih dari 240.000 kematian. Yang mengkhawatirkan satu minggu terakhir ini kasus baru setiap hari berkisar di atas 100.000 kasus. Tiga hari setelah pemilihan presiden misalnya, kasus baru pada 6 November mencuat menjadi 132.811 kasus; dan terus merangkak naik hingga mencapai puncaknya hari Rabu lalu (10/11) dengan lebih dari 142.000 kasus.

Sejumlah pakar kesehatan menilai peningkatan kasus ini karena turunnya suhu udara menjelang datangnya musim dingin dan meningkatnya rasa frustrasi warga yang mulai dihinggapi rasa bosan dengan keharusan mengenakan masker dan mengikuti pedoman kesehatan lainnya. Pejabat urusan kesehatan di Integris Health Oklahoma, Dr. Julie Watson mengingatkan, “Kita dalam masalah besar, jika tidak ada yang dilakukan segera untuk memperlambat peningkatan kasus ini. Rumah sakit akan kewalahan dan kami tidak bisa selalu siap melayani semua orang yang membutuhkan perawatan kesehatan.”

Peningkatan kasus baru setiap hari terjadi di 49 negara bagian, sementara peningkatan jumlah kematian terjadi di 39 negara bagian.

Sejumlah Gubernur Negara Bagian Perketat Protokol Kesehatan


Oleh karena itu tak heran jika selain Gubernur New York Andrew Cuomo, sejumlah pejabat negara bagian lain juga mengambil tindakan tegas. Gubernur Ohio Mike DeWine mengeluarkan perintah baru keharusan mengenakan masker di seluruh lokasi bisnis dan mengancam akan menutup kembali bar, restoran dan pusat kebugaran jika kasus baru Covid-19 terus naik. Usaha yang melanggar aturan mengenakan masker akan langsung ditutup. DeWine juga mengharuskan semua usaha memasang pesan “tanpa masker, tidak ada pelayanan” atau “no mask, no service” di setiap pintu masuk.

Di Nebraska, pembatasan baru berlaku mulai hari Rabu (11/11), termasuk keharusan mengenakan masker di lokasi di mana ada kontak dekat selama lebih dari 15 menit, seperti salon dan tukang cukur; dan membatasi pertemuan di dalam ruangan hanya hingga 25% dari kapasitas gedung. Gubernur Nebraska Pete Ricketss dan istrinya juga telah menjalani karantina setelah terpapar seseorang yang positif corona.

North Carolina, Kentucky, Utah, South Dakota, North Dakota dan Maryland juga memperketat pedoman kesehatan, sebagian di antaranya bahkan mengenakan sanksi yang tegas.

Peningkatan Kasus Corona Juga Dialami Eropa & Asia


Amerika bukan satu-satunya negara yang mengalami peningkatan kasus virus corona ini. Beberapa negara di Eropa mulai merasakan hal yang sama sejak awal November ini. Presiden Perancis Emmanuel Macron dalam Forum Perdamaian Paris yang dibuka hari Kamis (12/11) membandingkan pandemi Covid-19 dengan terorisme.

“Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan kapan pandemi ini akan berakhir, atau kapan terorisme dapat dikalahkan. Jadi ketika kita melawan perang-perang penting ini, kita tidak boleh menunda membangun kembali landasan yang membuat kita melawannya dengan lebih baik,” ujar Macron.

Hanya tiga pemimpin yang datang langsung ke Istana Elysee di Paris untuk mengikuti forum ini, yaitu Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Senegal Macky Sall. Pemimpin-pemimpin lain, termasuk LSM dan organisasi masyarakat madani, hadir secara virtual.

Perkembangan memprihatinkan juga terjadi di Jerman, yang menurut Pusat Pengendalian Penyakit Jerman “Robert Koch Institute” RKI “sangat serius.” Dalam 24 jam terakhir ini Jerman mencatat lebih dari 22 ribu kasus baru. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan meskipun sudah ada potensi vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi BioNTech bekerjasama dengan Pfizer di Amerika, “ini baru langkah awal.”

Di Roma, Italia, ratusan tunawisma dan warga rentan lain yang jarang diperhatikan kini diminta mengikuti tes corona secara cuma-cuma di stasiun kereta api bawah tanah utama. Inisiatif yang digagas San Gallicano Institute bersama kelompok derma Track 95 ini berupaya mengetahui dan segera merawat “kelompok yang paling lemah di kota itu.”

Pakistan Hadapi Corona & Pencemaran Udara


Perebakan luas virus corona juga dirasakan di Pakistan, yang juga tengah dilanda masalah lain yaitu buruknya indeks kualitas udara. Otorita berwenang telah mengingatkan potensi penyakit pernafasan akut, termasuk Covid-19, dan isu kesehatan terkait mata; dan menyerukan seluruh warga untuk tinggal di rumah saja.

Indeks Kualitas Udara di beberapa daerah miskin di Lahore, Pakistan, mencapai angka 750 atau 12 kali dibanding tingkat yang direkomendasikan. Platform informasi kualitas udara yang berkantor di Swiss, Iqair, hari Kamis (12/11) menyatakan Lahore sebagai kota dengan tingkat polusi terburuk di dunia setelah New Delhi, India.

Ada hampir 350.000 kasus virus corona di Pakistan, termasuk 7.055 kasus kematian. (VOA)

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar