Seorang perawat menyiapkan donor darah dalam penggalangan donor yang diselenggarakan oleh Rotary club dan Dinas Transfusi Darah di City Square, Kampala, Uganda, 19 September 2020. |
BorneoTribun - Pejabat kesehatan di Uganda menyatakan suplai darah anjlok sejak pandemi virus korona merebak karena warga yang bersedia menjadi donor darah makin berkurang dan sekolah-sekolah tetap tutup. Beberapa konsekuensi yang ditimbulkan terkadang mematikan.
Sebuah rumah sakit yang berada di Kampala, Ibu Kota Uganda, menjadi pusat layanan kesehatan yang penting bagi banyak warga berpenghasilan rendah dan juga melayani distrik-distrik tetangga di sekitar.
Rumah sakit itu memiliki 100 tempat tidur, tetapi sejak dibangun layanan kesehatan itu beroperasi dengan kapasitas maksimum. Rumah sakit itu merawat lebih dari 300 pasien termasuk ibu-ibu hamil, anak-anak dan kasus-kasus gawat darurat. Bertambahnya jumlah pasien berarti rumah sakit itu semakin banyak menggunakan darah, rata-rata 700 kantong darah setiap tiga bulan.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan terjadinya penurunan tajamsuplai darah dari bank darah nasional ke sejumlah rumah sakit. Dr. Emmanuel Batiibwe, direktur rumah sakit yang merawat banyak penduduk termiskin, mengatakan banyak kematian di Kampala dalam beberapa bulan terakhir akibat pasokan darah yang berkurang drastis.
Dia mengatakan pada April dan Mei, sejumlah ibu terlambat dilarikan ke rumah sakit dan kemudian meninggal karena kekurangan darah.
“Saya ingat dalam satu bulan kami kehilangan empat orang ibu. Sebagian komplikasi mereka akibat kekurangan darah, tetapi yang lainnya menderita tekanan darah tinggi selama kehamilan. Saat tiba di rumah sakit, kami tidak dapat menyelamatkan nyawa mereka,” kata Batiibwe.
Menurut Batiibwe banyak kematian terjadi pada ibu-ibu hamil yang mengalami pendarahan selama atau setelah melahirkan. Dia menuturkan anak-anak di bawah 5 tahun dan sejumlah pasien yang akan menjalani operasi juga termasuk di antara mereka yang sering membutuhkan transfusi darah.
Uganda hanya memiliki tujuh lokasi distribusi dan donor darah di seluruh negeri. Akan tetapi sejumlah pembatasan untuk menahan penyebaran Covid-19 menyulitkan kegiatan pengumpulan dan donor darah.
Sekitar 80.000 donor terdaftar di seluruh Uganda yang hanya dapat menyumbangkan darah tiga kali dalam setahun.
Kepada parlemen, pada awal 2020, dinas transfusi darah Uganda menyatakan tidak dapat memenuhi target lembaga itu. Mereka mengumpulkan 56.850 kantong darah, kurang dari 75.000 kantong yang mereka butuhkan antara April dan Juli 2020.
Rumah sakit swasta Mengo Kampala kini berfokus pada upaya peningkatan kesadaran atas kekurangan suplai darah sekaligus menambah jumlah penggalangan donor.
Ariho Franco, perekrut donoryang berada di tempat-tempat umum menjelaskan tenda-tenda didirikan di sejumlah lokasi seperti alun-alun Ibu Kota Uganda. Donor mendapatkan minuman soda dan kue-kue.
“Dari sekitar 24 tim yang mengumpulkan darah, masing-masing tim sedikitnya mengumpulkan 50 kantong darah. Akan tetapi sekarang kami mengumpulkan sekitar 20 kantong yang merupakan defisit besar. Ini berdampak pada kebutuhan suplai darah di rumah sakit,” kata Ariho.
Masyarakat Palang Merah Uganda yang membantu memobilisasi donor darah menegaskan tidak mudah untuk merekrut donor di tengah pandemi.
Pelajar, terutama siswa sekolah menengah, merupakan kelompok donor darah terbesar di negara di Afrika Timur itu. Sekolah-sekolah tutup sejak Maret 2020 untuk membendung penyebaran virus korona. Ini berarti kecil kemungkinannya untuk memenuhi target pengumpulan darah.
Karena sebagian besar donor menjauh atau sulit dijangkau selama pandemi Covid-19, sejumlah rumah sakit milik pemerintah mendesak beberapa lembaga agar menemukan cara baru dalam pengumpulan donor darah untuk menyelamatkan nyawa. (VOA)
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS