Miss Muslimah AS, Kontes untuk Berdayakan Perempuan | Borneotribun.com

Sabtu, 31 Oktober 2020

Miss Muslimah AS, Kontes untuk Berdayakan Perempuan

Sejumlah perempuan Muslim berswafoto usai Salat Idul Fitri di Staten Island, New York, 25 Juni 2017. (Foto: Reuters)


BorneoTribun - Ada berbagai upaya digelar untuk memberdayakan Muslim di Amerika, khususnya perempuan. Sejumlah aktivis perempuan Muslim di AS melakukannya dengan menggelar kontes kecantikan perempuan Muslim. Apa yang membedakan kegiatan itu dengan kontes-kontes kecantikan lain yang kerap digelar di AS?


Maghrib Shahid mengaku prihatin dengan perkembangan situasi terkait Muslim dalam beberapa tahun terakhir.


“Saya perhatikan banyak perempuan Muslim melepas hijab mereka karena khawatir terlihat sebagai Muslim saat berada di keramaian publik. Orang-orang Muslim tidak berbeda dengan orang-orang lainnya. Hanya saja, kepercayaan kami berbeda," ujar Maghrib.


Keprihatinan ini pula yang melatarbelakangi usahanya menyelenggarakan Miss Muslimah USA, kontes kecantikan bagi perempuan Muslim di Amerika Serikat. Telah empat kali diselenggarakan, kegiatan tahunan ini bertujuan memberdayakan perempuan Muslim sekaligus memperkenalkan kepada publik bahwa Muslim tidak ada bedanya dengan masyarakat umum Amerika.


Namun, Shahid menegaskan, jangan keliru mengartikan kontes itu sebagai kompetisi kecantikan fisik. Miss Muslimah USA, menurutnya, lebih menekankan pada kecantikan nonfisik, kecerdasan, dan pengetahuan yang luas mengenai Islam.

Shahid menceritakan misi dari organisasi ini adalah mengangkat dan memberdayakan perempuan.


“Perempuan Muslim Amerika sebelumnya tidak memiliki platform itu. Lewat platform ini mereka bisa mengubah miskonsepsi mengenai mereka sendiri dan meruntuhkan pandangan-pandangan stereotipe," tutur Shahid.


Pada 2016, Maghrib Shahid mengatakan ia tidak senang dengan bagaimana perempuan Muslim dipandang dan diperlakukan. Suatu hari ia pernah berbelanja di sebuah toko kelontong, dan mendapati seseorang mengatakan agar ia pulang ke negara asalnya. Pernyataan tersebut mengejutkannya dan membuatnya bertekad untuk mengubah keadaan. Ia merasa yakin, banyak perempuan Muslim mengalami perlakuan seperti itu.


Muslim merupakan bagian signifikan dari penduduk Amerika Serikat. Hasil riset Pew Research Center pada 2020 menunjukkan, sekitar 1,1 persen penduduk AS atau 3,5 juta adalah Muslim


Ketika pertama kali menyelenggarkan Miss Muslimah USA, Shahid terpaksa menguras tabungannya karena sulitnya mencari sponsor. Namun pada tahun-tahun berikutnya banyak pihak bersedia menjadi penyandang dana.


Penyelenggaraan Miss Muslimah USA 2020 sempat direncanakan ditunda akhir Agustus lalu karena wabah virus corona. Apalagi ada sekitar 50 kontestan yang menyatakan mundur karena khawatir tertular virus itu. Namun karena mengingat pentingnya misi yang diemban, organisasi itu bersikeras tetap menyelenggarakanya dengan sejumlah pembatasan dan pemberlakuan protokol kesehatan.


Organisasi yang didirikan di Columbus, Ohio, ini dengan terpaksa mengalihkan tempat penyelenggaraan acara itu dari sebuah balairung besar yang tertutup ke sebuah tenda di ruang terbuka.


Halimah Abdullah adalah Miss Muslimah USA 2017. Ia mengatakan, kontes ini membantu menumbuhkan kepercayaan dirinya. Ia berharap Miss Muslimah bisa menjadi teladan bagi para perempuan Muslim, khususnya mereka yang masih di bawah umur.


“Ikut kontes ini dan akhirnya memenangkan gelar menunjukan pada diri saya bahwa kecantikan itu bukan sebatas penampilan lahiriah. Kecantikan perempuan seharusnya dilihat dari apa yang ada di balik permukaan. Saya kini percaya diri dan tak lagi sungkan mengenakan hijab di mana saja," ujar perempuan asal Somalia yang tinggal Columbus dan mengenyam Pendidikan di Ohio State University.

Zehra Abukar, Miss Muslimah USA 2020, memiliki pandangan serupa. Perempuan berusia 23 tahun asal Somalia yang aktif di media sosial itu ingin gelar yang baru disandangnya bisa membantunya memberdayakan perempuan Muslim.


“Saya ingin perempuan Muslim memiliki pilihan karir yang sesuai dengan apa yang diidamkannya. Banyak perempuan Muslim ketika datang ke negara ini tidak bisa berbahasa Inggris, tidak bisa bekerja, tidak nyaman berada di luar rumah. Organisasi ini menawarkan pelatihan mengenai bagaimana membuka bisnis, dan mengembangkan kemampuan diri.” (VOA)

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar