2 Calon Vaksin Covid-19 Masuki Uji Coba Fase 3 | Borneotribun.com

Selasa, 01 September 2020

2 Calon Vaksin Covid-19 Masuki Uji Coba Fase 3

Ilustrasi vaksin corona(Shutterstock)


BORNEOTRIBUN - Dua calon vaksin virus corona memasuki tahap akhir pengujian minggu lalu. Secara keseluruhan kini ada lima vaksin yang sedang dalam tahap pengujian. Para ilmuwan berharap selambatnya akhir tahun ini mereka dapat mengetahui apakah di antara vaksin itu ada yang aman dan manjur.


Minggu lalu dilakukan tes vaksin di 120 lokasi di seluruh dunia. Vaksin dikembangkan oleh perusahaan obat BioNTech, Pfizer dan Fosun Pharma China. Di Amerika Serikat, 89 tempat mengadakan tes untuk vaksin buatan Moderna. 


Tes-tes itu merupakan uji klinis terakhir sebelum disetujui. Frank Eder memimpin penelitian di situs Moderna di New York. “Setelah kita melewati percobaan ini, vaksinnya dapat kita berikan ke masyarakat umum dan memproduksinya secara massal,” jelasnya. 


2 Calon Vaksin Covid-19 Masuki Tahap Akhir Uji Coba pada Manusia


Namun, sebelum hal itu terjadi, uji coba ini akan mengukur seberapa baik vaksin bekerja dan seberapa aman vaksin itu pada manusia. Meskipun teknik-teknik baru membantu menyiapkan ampul-ampul vaksin itu dalam waktu singkat, para pejabat mengatakan semua pemeriksaan keamanan normal harus dilakukan. Tes yang baru dimulai adalah bagian penting dari proses itu, kata dokter ahli penyakit menular Universitas Vanderbilt, William Schaffner. 


"Ini adalah vaksin teknologi baru untuk virus baru pada manusia. Kita harus sangat berhati-hati dengan hal itu dan meneliti keamanan vaksin dengan sangat baik. Informasi itu didapat dari percobaan yang besar, kita menyebutnya percobaan 'fase tiga'. Percobaan itu lah yang saat ini sedang berlangsung,” ujarnya.


Uji coba fase 3 itu melibatkan puluhan ribu partisipan, untuk melihat apakah ada efek samping yang kurang baik. Para ilmuwan berharap hasilnya akan diperoleh sebelum akhir tahun. 


Vaksin COVID Masuki Uji Coba Fase 3


Vaksin lain dalam fase 3 berasal dari Universitas Oxford dan perusahaan obat AstraZeneca. Seperti vaksin Moderna dan BioNTech, vaksin buatan Oxford memicu respons kekebalan pada tes awal. Tetapi itu tidak cukup, kata pimpinan proyek Oxford, Sarah Gilbert. 


“Kami tidak tahu seberapa kuat respons imun itu. Jadi kami tidak bisa mengatakan hanya dengan melihat respons imun, apakah vaksin ini akan melindungi orang atau tidak. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan percobaan besar-besaran fase tiga,” jelas Sarah. 


Seorang sukarelawan menerima suntikan vaksin uji COVID-19 yang dikembangkan di Universitas Oxford di Inggris, di rumah sakit Chris Hani Baragwanath di Soweto, Johannesburg, Afrika Selatan, 24 Juni 2020.


Bahkan sebelum uji coba itu membuahkan hasil, pemerintah Inggris telah memberi perusahaan-perusahaan jutaan dolar dan pemerintah Amerika mengeluarkan miliaran dolar untuk mengusahakan vaksin itu. Dengan cara demikian, sebagian dosis akan segera siap jika hasilnya positif. 


Setidaknya 17 vaksin lain sedang dalam uji klinis di seluruh dunia. Para ahli mengatakan lebih banyak lebih baik, karena vaksin yang berbeda mungkin bekerja paling baik untuk kelompok orang yang berbeda. [lt/ii] 

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar