Oleh : Robiantinus Hermanto
BORNEOTRIBUN I SAINS - Belum banyak masyarakat yang tahu apa sebenarnya penyebab fenomena hujan es tersebut, ternyata hujan es salah satu bagian dari proses transisi ( Pancaroba musim ) atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Salah satu penyebabnya yaitu terjadinya kondensasi uap air yang sangat dingin akibat presipitasi melalui kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan diatas titik beku.
Pada masa pancaroba, akan terjadi pembentukan awan konvektif yang mengakibatkan udara basah terangkat ke atas dan membentuk awan yang puncaknya melebihi level dingin dan terjadinya proses pengintian es.
Hujan es juga dapat turun dengan berbagai ukuran dan jika disertai dengan angin kencang dapat mengakibatkan korban jiwa seperti yang terjadi pada 30 april 1888 di india yang menewaskan 230 orang.
Sebelumnya pada 23 juli 2010 pernah terjadi juga hujan es dengan ukuran terbesar yakni mencapai 20 centimeter di Vivian, Dakota Selatan, Amerika Serikat.
Dampak yang fatal dari hujan es dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan lahan pertanian yang beresiko akan gagal panen.
Kendati demikian, seperti halnya hujan es yang terjadi dikabupaten sekadau pada 22 agustus 2020 malam tidak perlu dikhawatirkan meskipun telah mengakibatkan sejumlah bangunan rusak, karena biasanya hujan es hanya berlangsung singkat dan jarang ada hujan es susulan. Hanya saja warga juga wajib waspada karena kita ketahui perubahan alam terkadang tidak selalu bisa terdeteksi.
Untuk diketahui, ciri-ciri akan terjadinya hujan es dan angin puting beliung diprediksi udara akan tersa panas, bila siang akan gelap bagai malam dan ditandai dengan adanya petir yang menggelegar. Dan bila hal tersebut terjadi, hendaknya masyarakat segera berlindung dan mawas diri akan segala sesuatu yanb terjadi
Editor : Redaksi
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS