Ilustrasi. Aksi unjuk rasa menolak hasil pilpres menjadi yang terbesar sepanjang sejarah kemerdekaan Belarus. (AP/Dmitri Lovetsky) |
BORNEOTRIBUN | INTERNASIONAL - Puluhan ribu warga Belarus penentang Presiden Alexander Lukashenko menggelar unjuk rasa aksi protes hasil pemilihan presiden. Aksi protes menjadi yang terbesar dalam sejarah kemerdekaan Belarus.
Melansir AFP, diperkirakan ada sekitar dari 100 ribu warga yang turun ke jalan. Situs berita independen Belarus, Tut.by menyebut aksi tersebut sebagai yang terbesar dalam sejarah Belarus setelah berpisah dari Uni Soviet.
Aksi digelar di Lapangan Kemerdekaan, di pusat ibu kota Minsk. Selama beberapa hari ke belakang, Lapangan Kemerdekaan telah menjadi titik fokus aksi demonstrasi belakang dalam merespons hasil pemilu yang dianggap tidak sah.
Aksi unjuk rasa tersebut terjadi di tengah kemarahan masyarakat atas dugaan kecurangan pemilu yang dilakukan oleh Presiden Lukashenko dan kekerasan polisi dalam aksi-aksi protes sebelumnya.
"Sekarang kami mengubah sejarah," ujar salah seorang pengunjuk rasa, Yekaterina Gorbina.
"Kami yakin Belarus baru akan dimulai. Saya sangat senang melihat ini dengan mata kepala sendiri," ujar pengunjuk rasa lainnya, Darya Kukhta (39).
Sebagai atribut, para demonstran memegang spanduk dengan slogan yang menyuarakan penentangan terhadap Lukashenko. "Lukashenko harus bertanggung jawab atas penyiksaan dan kematian [dalam aksi protes sebelumnya]," bunyi kalimat dalam spanduk tersebut.
Sebelumnya, calon presiden penantang Lukashenko, Svetlana Tikhanovskaya melarikan diri ke Lithuania setelah pemilu Belarus berakhir ricuh. Tikhanovskaya melarikan diri menyusul bentrokan di malam kedua dalam unjuk rasa menolak hasil pilpres pada Senin (10/8).
Hasil pemilu Belarus menetapkan Lukashenko sebagai pemenang dengan raihan 80,1 persen dari total suara. Sementara Tikhanovskaya hanya meraih 9,9 persen suara. Kemenangan ini menjadi yang kemenangan keenam berturut-turut bagi Lukashenko, yang telah berkuasa sejak 1994 silam.
Akibatnya, pasca-pemilu, ribuan orang melakukan aksi massa dan menuduh Lukashenko mencurangi pemungutan suara. Beberapa orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.
Demonstrasi besar-besaran sedang melanda beberapa kota besar di Belarus tersebut. Warga Belarus beramai-ramai turun ke jalan selama sepekan terakhir, mengutuk kemenangan Lukashenko dan tindakan kekerasan yang dilakukan kepolisian terhadap pengunjuk rasa dalam aksi protes sebelumnya.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko. (AFP/SERGEI GAPON) |
Aksi protes sebelumnya memicu tindakan keras aparat kepolisian terhadap pengunjuk rasa. Sebanyak 6.700 orang ditangkap, ratusan terluka, dan dua orang dilaporkan tewas dalam unjuk rasa sepekan ke belakang.
Lukashenko kini menghadapi tantangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya selama masa kepemimpinannya. Dia mengklaim mendapatkan dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjaga stabilitas keamanan Belarus. Rusia sendiri mengaku siap memberikan bantuan militer jika diperlukan.(cnn/sr)
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS