Ilustrasi. Air yang bersumber dari kubangan bekas pertambangan bauksit. (Foto: Realitas News) |
BORNEO TRIBUN | RIAU -- Sejumlah pedagang air kembali menjual air yang bersumber dari kubangan bekas pertambangan bauksit di sejumlah kawasan Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Jumat (14/3/2020).
Air yang berada di atas lumpur berwarna kuning itu disedot dengan menggunakan mesin ke dalam tangki mobil. Di dinding tangki mobil itu tertulis "Jual Air Bersih".
Sejumlah pedagang air mengaku air tersebut hanya digunakan untuk menyiram bunga di taman kota. Namun setelah diikuti, ternyata air tersebut dijual kepada pedagang rumah makan, kedai kopi dan ibu-ibu rumah tangga.
Air dengan volume 1.000 liter dijual dengan harga Rp50.000.
Pengamat lingkungan, Kherjuli, mengatakan, kualitas air yang dijual pedagang diragukan. Namun warga terpaksa membelinya lantaran membutuhkannya.
Ia mengatakan sebagian warga mengetahui bahwa air itu bersumber dari kubangan air bekas pertambangan bauksit di Senggarang Tanjungpinang maupun Wacopek, Bintan. Bagi yang mengetahuinya, air itu hanya digunakan untuk mandi, cuci dan kakus.
"Hati-hati, sebaiknya tidak dikonsumsi," ujarnya, yang juga Direktur Lembaga Air, Lingkungan dan Manusia.
Kherjuli mengatakan perdagangan air yang bersumber dari kubangan air bekas pertambangan bauksit bukan pertama kali terjadi. Bahkan tahun lalu wartawan juga berhasil mengungkapnya.
"Ada pembeli sehingga ada penjual. Air kebutuhan yang tidak dapat ditunda. Ini kebutuhan mendesak saat air sumur kering, air dari PDAM tidak mencukupi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yudiana, mengatakan, air bekas pertambangan bauksit tidak higienis sehingga tidak layak untuk dijual.
"Bahkan zat-zat kimia yang terkandung dalam air tersebut tidak layak untuk mendi, berbahaya bagi kesehatan kulit," katanya.
Sumber Asikk1/Kominfo Kepriprov
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS