Berita Borneotribun.com: Yaman Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Yaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yaman. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Juni 2021

12 orang Tewas Ledakan dekat sebuah pom bensin di Kota Marib

12 orang tewas Ledakan dekat sebuah pom bensin di Kota Marib
Seorang kombatan pemerintah Yaman menembakkan senjata dari kendaraan militer dalam baku tembak melawan milisi Houthi di Marib, Yaman, 9 Maret 2021.

BorneoTribun Internasional -- Sedikitnya 12 orang tewas pada Sabtu (5/6) dalam ledakan dekat sebuah pom bensin di Kota Marib, Yaman. Para anggota pemerintah yang didukung Arab Saudi itu menuduh pasukan Houthi melancarkan serangan rudal.

Seorang sumber medis mengatakan kepada Reuters bahwa puluhan orang, banyak di antaranya terbakar, dibawa ke Rumah Sakit Umum Marib. Dua belas di antaranya meninggal karena luka-luka yang diderita, termasuk lima anak.

"Yang lainnya menerima perawatan dan kami perkirakan jumlah korban akan bertambah," kata sumber itu.

Kantor gubernur Marib membenarkan terjadinya ledakan itu. Mereka menuding milisi Houthi yang memerangi koalisi pimpinan Saudi, menembakkan sebuah rudal yang menyebabkan ledakan. Mereka mengatakan di Facebook bahwa 14 orang telah tewas.

Para menteri kesehatan dan informasi dalam pemerintah Yaman yang diakui internasional juga menyalahkan Houthi atas serangan itu.

"Lebih dari 17 tewas dan terluka, termasuk anak ini yang terbakar akibat serangan roket Houthi di kota Marib hari ini," kata Menteri Kesehatan Qasem Buhaibeh di Twitter, di samping sebuah foto yang memperlihatkan seorang korban terbakar.

Pasukan Houthi belum berhasil dihubungi untuk dimintai komentarnya. [vm/ft]

Oleh: VOA

Kamis, 07 Januari 2021

Houthi: Hanya 45% Kebutuhan Bahan Bakar Terpenuhi Tahun 2020

Houthi: Hanya 45% Kebutuhan Bahan Bakar Terpenuhi Tahun 2020
Pasukan Houthi di Sanaa, Yaman (foto: dok).

BorneoTribun | Internasional - Lebih dari 70 kapal minyak menjadi sasaran "kejahatan pembajakan" oleh koalisi pimpinan Saudi pada tahun 2020, kata Perusahaan Perminyakan Yaman pada hari Rabu (6/1).

Jumlah bahan bakar yang tiba di pelabuhan Hodeida tahun lalu "untuk konsumsi publik, tidak melebihi 45% dari kebutuhan sebenarnya," kata Essam al-Motawakel, juru bicara perusahaan tersebut.

Essam mengatakan, perusahaan itu harus membayar tambahan $215 juta akibat keterlambatan kapal minyak itu. Ia menambahkan, dalam beberapa kasus, kapal-kapal tanker itu ditahan lebih dari sembilan bulan.

Dalam konferensi pers itu, Menteri Perminyakan dan Mineral pemerintahan Houthi, Ahmed Abdullah Dars menyampaikan PBB mundur dari kesepakatan mengenai upaya "memelihara, melengkapi dan mempersiapkan" kapal tanker FSO Safer yang terlantar.

FSO Safer memuat 1,1 juta barel minyak mentah.

Pemberontak Houthi, yang menguasai daerah itu, menolak akses inspektur PBB ke kapal tersebut.

PBB memperingatkan bencana lingkungan, ekonomi dan kemanusiaan dari kapal tersebut, yang tidak dirawat selama lebih dari lima tahun.

Beberapa ahli khawatir kapal tanker itu dapat meledak atau mengalami kebocoran sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan besar-besaran pada biota laut di Laut Merah. [mg/ka]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno