Berita Borneotribun.com: Sejarah Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 April 2021

Aplikasi Realitas Virtual Hidupkan Situs Warisan Dunia

Teknologi memungkinkan para turis mengunjungi kota kuno Baalbek, salah satu situs sejarah terbesar di Lebanon di era pandemi COVID-19. (Foto: Facebook/Flyover Zone)

BorneoTribun.com -- Sebuah aplikasi realitas virtual memungkinkan para turis untuk mengunjungi kota kuno Baalbek, salah satu situs sejarah terbesar di Lebanon, meskipun pandemi telah menghentikan sebagian besar perjalanan global.

Kuil Baalbek telah hadir secara digital. Kuil itu merupakan salah satu kuil tertua yang masih berdiri dari zaman Romawi dan menarik minat turis untuk mengunjungi Lebanon.

Kini, sebuah proyek telah memindahkan kuil kuno itu ke dalam realitas virtual sehingga tempat itu dapat dijelajahi oleh siapapun dari seluruh dunia.

Institut Arkeologi Jerman bersama dengan Direktoral Jenderal Kepurbakalaan Lebanon dan perusahaan Amerika Flyover Zone, menciptakan sebuah aplikasi yang disebut “Baalbek Reborn:Temples” yang dapat membawa penggunanya mengunjungi situs itu dan sekitarnya.

Koordinator proyek tersebut, Henning Burwitz dari Institut Arkelogi Jerman mengatakan, "Ini merupakan tempat yang sangat penting dan menarik. Dan di antara kuil-kuil yang paling terawat baik yang dapat Anda temukan di situs itu adalah Kuil Bacchus. Jadi ini adalah tempat yang jangan Anda lewatkan. "

Kuil yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO itu dibangun selama dua abad lebih, yang dimulai sejak abad pertama Sebelum Masehi. Beberapa bangunan lainnya tidak pernah selesai dibangun.

Kuil Jupiter dan Bacchus di Baalek telah menjadi saksi sejarah selama dua ribu tahun. Aplikasi ini menggunakan gambar-gambar 3 dimensi (3D) termasuk pemandangan panorama situs itu. Selain itu, aplikasi itu juga dilengkapi dengan tur audio. Pengguna aplikasi dapat mengunjungi dan menjelajahi 38 lokasi di kuil itu.

Pemilik Flyover Zone, Bernard Frischer bersama CEO Nathanael Tavares. (Facebook/Flyover Zone)

Bernard Frischer adalah pemilik Flyover Zone, perusahaan yang mengembangkan aplikasi itu. Ia menggunakan cetak biru arkeologi dari Institut Arkeologi Jerman, yang telah bekerja di situs itu selama 20 tahun terakhir.

"Ini memberi banyak keuntungan karena lebih mendalam dan interaktif. Ini membuatnya lebih terlihat seperti nyata dan memberi kesan seperti hadir langsung di sana bagi penggunanya," jelasnya.

Flyover Zone juga mengembangkan aplikasi realitas virtual bagi banyak situs bersejarah lainnya, termasuk kota Romawi kuno.

Dengan pandemi yang memasuki tahun kedua, Lebanon mengalami krisis ekonomi besar-besaran dan pariwisata ke Lebanon sangat terpukul. Ini memberi ruang bagi aplikasi semacam ini untuk mengajak orang mengunjungi situs itu.

Menjelajah masa kejayaan Romawi Kuno dengan teknologi teletour yang dikembangkan oleh Flyover Zone. (Facebook/FlyoverZone).

Frischer mengatakan, realitas virtual semakin berkembang pada masa pandemi karena orang-orang dapat bepergian jauh tanpa harus meninggalkan rumah mereka.

"Kita telah memiliki teknologi ini sejak lama, namun kita tidak benar-benar menggunakannya. Bahkan jika perangkatnya gratis dan tersedia, kita tidak melakukannya," komentarnya.

"COVID-19 membuat kita terdorong untuk menggunakan dan mencoba perangkat ini. Saya kira, sama saja halnya dengan berwisata secara virtual. Dan bahkan setelah COVID-19 selesai, pariwisata virtual akan tetap bermanfaat," lanjut Frischer.

Dengan perjalanan global yang masih terbatas, realitas virtual mungkin akan menjadi hal yang terbaik saat ini. [lj/uh]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno