Berita Borneotribun.com: Recep Tayyip Erdogan Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Recep Tayyip Erdogan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Recep Tayyip Erdogan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Februari 2022

Erdogan Puji Pemimpin Uni Emirat Arab di Dubai Expo

Erdogan Puji Pemimpin Uni Emirat Arab di Dubai Expo
Presiden Turki Tayyip Erdogan bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 14 Februari 2022. (Kantor Pers Presiden/Handout via REUTERS)


BorneoTribun Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Selasa melanjutkan kunjungannya ke Uni Emirat Arab, sebuah perjalanan yang menandai pencairan lebih lanjut dalam hubungan yang lama tegang oleh pendekatan kedua negara terhadap gerakan Islam setelah Musim Semi Arab 2011.


Erdogan tiba di Abu Dhabi, ibu kota UEA pada hari Senin setelah kunjungan pada November 2021 ke Turki oleh pemimpin de facto negara itu, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.


Pemimpin Turki itu mengunjungi Dubai Expo sebelum mengakhiri perjalanannya.


Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama Erdogan ke UEA sejak 2013. [mg/lt]


Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 04 Februari 2022

Turki Tawarkan jadi Tuan Rumah Pembicaraan Ukraina-Rusia

Turki Tawarkan jadi Tuan Rumah Pembicaraan Ukraina-Rusia
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ketika bertemua Presiden Rusia Vladimir Putin di kota resor Sochi, Rusia September tahun lalu (foto: dok).

BorneoTribun.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Kamis (3/2) menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pembicaraan antara Ukraina dan Rusia.

"Saya menekankan bahwa kami akan dengan senang hati menjadi tuan rumah pertemuan puncak tingkat pimpinan atau tingkat teknis," kata Erdogan pada konferensi pers bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Sebaliknya, Zelenskyy mengatakan Ukraina siap menggunakan format apa pun demi mencapai perdamaian. "Tidak masalah di mana tepatnya Anda menghentikan perang. 

Penting bahwa semua orang dengan tulus siap untuk itu," kata Zelenskyy.

Erdogan menegaskan lagi komitmen Turki terhadap integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina. 

Turki dan Ukraina juga menandatangani delapan perjanjian dalam pertemuan itu, termasuk perjanjian perdagangan bebas, menurut kantor berita resmi Turki, Anadolu Agency.

Pertemuan itu terjadi sementara Rusia terus mengerahkan militer di sekitar Ukraina. Kini, sudah lebih dari 100.000 tentara yang ditempatkan Rusia di dekat perbatasan utara dan timur Ukraina, meningkatkan kekhawatiran bahwa Rusia akan menyerang lagi, seperti terjadi pada 2014, dan mengacaukan ekonomi Ukraina. Pejabat Rusia menyangkal berencana menyerang.[ka/jm]

Rabu, 19 Mei 2021

Erdogan: Biden Berlumur Darah karena Dukung Israel

Erdogan: Biden Berlumur Darah karena Dukung Israel
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

BorneoTribun Internasional -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan hari Senin (17/5) mengatakan, tangan Presiden AS Joe Biden "berlumur darah" karena mendukung Israel dalam konflik di Jalur Gaza.

Komentar presiden Turki tersebut merupakan salah satu kecaman terkerasnya terhadap Biden sejak Biden menjabat di Gedung Putih pada Januari.

Erdogan selama beberapa bulan terakhir berupaya memperbaiki hubungan dengan Washington dan menjangkau sekutu Barat lainnya setelah setahun berselisih keras.

Tapi ia secara langsung mengecam Biden dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional.

"Anda sedang menorehkan sejarah dengan tangan yang berlumuran darah. Anda memaksa kami untuk mengatakan ini. Karena kami tidak bisa diam lagi mengenai hal ini," kata Erdogan dalam pidatonya yang ditujukan kepada presiden AS.

Sementara itu, Presiden Joe Biden Senin (17/5) mengatakan akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Netanyahu mengenai kekerasan Israel.

"Saya akan berbicara dengan perdana menteri Netanyahu dalam satu jam dan saya akan memberi tahu Anda setelah itu," katanya Senin pagi kepada wartawan di Gedung Putih, ketika ditanya apakah ia akan bergabung dengan seruan internasional lainnya untuk gencatan senjata di Israel.

Erdogan mendapat dukungan di seluruh Timur Tengah dengan secara vokal membela perjuangan Palestina selama 18 tahun pemerintahannya. Ia pekan lalu menuduh Israel melancarkan "terorisme" dan berjanji untuk menggalang dunia untuk membela Gaza.

"Hari ini kita menyaksikan Biden menandatangani penjualan senjata ke Israel," kata Erdogan, Senin mengacu pada laporan media AS tentang pengiriman senjata baru yang disetujui oleh pemerintahan Biden.

"Wilayah Palestina dilanda penganiayaan, penderitaan dan darah, seperti banyak wilayah lain yang kehilangan kedamaian dengan berakhirnya kekaisaran Ottoman. Dan Anda mendukungnya," kata Erdogan kepada Biden. [my/jm]

Oleh: VOA

Jumat, 09 April 2021

Proyek Terusan Istanbul diperkirakan memakan biaya hingga 75 miliar atau Setara Rp133 triliun

Kanal Istanbul, Mega Proyek Ambisius Erdogan, Tuai Kontroversi.

BorneoTribun Turki, Internasional -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengumumkan bahwa persiapan untuk tender proyek pembangunan Terusan Istanbul hampir selesai. Proyek ini diketahui menuai kritikan terkait biaya dan dampak lingkungannya.

Seperti dilansir Reuters dan Daily Sabah, Kamis (8/4/2021), proyek bernama Kanal Istanbul ini akan menghubungkan Laut Hitam yang ada di bagian utara Istanbul dengan Laut Marmara yang ada di bagian selatan kota tersebut. Proyek ini diperkirakan memakan biaya hingga 75 miliar Lira (Rp 133 triliun).

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Dalam pernyataan pada Rabu (7/4) waktu setempat, Erdogan mengumumkan bahwa Turki akan segera menggelar tender untuk kanal besar tersebut dan melakukan peletakan fondasi pada musim panas mendatang.

Pembangunan kanal ini, yang disebut Erdogan sebagai proyek infrastruktur terbesar dan paling strategis di Turki, akan segera dimulai.

"Laporan soal Asesmen Dampak Lingkungan (EIA) terkait proyek itu telah diselesaikan dengan kontribusi 56 institusi dan organisasi, lebih dari 200 ilmuwan, media dan warga negara kita," ujar Erdogan.

Kanal Istanbul nantinya akan berfungsi sebagai jalur perairan internasional yang akan berkontribusi pada kekuatan logistik dan infrastruktur Turki dengan memainkan fungsi penting dalam perdagangan maritim global.

Lebih lanjut, disebutkan otoritas Turki bahwa kanal itu akan mengurangi kepadatan lalu lintas di Selat Bosforus -- salah satu jalur maritim tersibuk di dunia -- dan mencegah insiden yang mirip dengan insiden beberapa waktu lalu di Terusan Suez, Mesir.

Namun, para pengkritik menyebut kanal itu akan memicu malapetaka lingkungan dan mencemari sumber daya air. Otoritas Turki menyetujui rencana pengembangan untuk proyek ini pada bulan lalu.

Berbicara kepada para anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang menaunginya, Erdogan menegaskan Turki akan terus melanjutkan rencana ini tidak peduli 'apakah Anda suka atau tidak'. 

Penegasan itu merujuk pada kritikan dari oposisi dan rival politik lainnya.

Kanal Istanbul yang akan mencapai panjang 45 kilometer ini, rencananya akan dibangun di koridor Küçükçekmece-Sazlıdere-Durusu. 

Kanal ini diperkirakan akan mampu dilalui 160 kapal dalam sehari dan diperkirakan bisa menghasilkan nilai ekonomi yang signifikan dengan mengurangi waktu transit dan biaya. (YK/DK)

Sabtu, 30 Januari 2021

Oposisi Turki Tantang Erdogan Terkait Pembungkaman Uighur

Oposisi Turki Tantang Erdogan Terkait Pembungkaman Uighur
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara kepada media setelah salat Jumat, di Istanbul, 15 Januari 2021. (Foto: AP)

BORNEOTRIBUN | TURKI - Nasib puluhan ribu pengungsi Uighur di Turki yang kemungkinan menghadapi deportasi ke China,terancam menjadi bencana politik yang memalukan bagi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang telah lama menganggap dirinya sebagai pembela hak-hak Muslim yang diakui secara global.

"Mereka mengatakan kepada kita sebagai pembela Muslim terbesar, tetapi mereka gagal mendengar tangisan saudara-saudari kita yang disiksa karena mengatakan mereka adalah Muslim Turki," kata Meral Aksener dari Partai Baik Turki yang beraliran kanan-tengah dalam pidatonya Rabu kepada para anggota parlemennya yang mengecam anggota parlemen Partai AKP Erdogan yang berkuasa.

Tayangan pidato yang disiarkan televisi pemerintah Turki itu, dihentikan saat Aksener mengundang pengungsi Uighur, Nursiman Abdurasid, untuk berbicara. Stasiun penyiaran pemerintah itu tidak memberikan penjelasan atas insiden tersebut, tetapi kejadian itu menjadi viral di media sosial yang diberi label dengan tagar "AKPsilenceUigh."

Platform media sosial menyiarkan sisa pidato Abdurasid, yang berbicara mengenai bagaimana saudara dan orang tuanya ditempatkan di kamp-kamp penahanan China dan menyerukan dunia Muslim dan kemanusiaan untuk membantu komunitasnya.

Namun Erdogan, yang kerap mencela Barat karena penganiayaan terhadap Muslim dan mengutuk meningkatnya Islamofobia, menahan diri untuk tidak secara langsung mengecam perlakuan China terhadap minoritas Uighurnya. Diaspora Uighur paling banyak di Turki sejak negara itu membuka pintunya bagi etnis minoritas Muslim yang melarikan diri dari penganiayaan politik di China. Turki sekarang menampung komunitas diaspora Uighur terbesar di dunia.

Para ahli sebelumnya sudah memperingatkan mengenai hak-hak dari sekitar 50 ribu orang Uighur yang mendapat suaka di Turki, di mana mereka memiliki kesamaan bahasa, budaya dan agama warisan, terancam oleh perjanjian vaksin virus corona baru-baru ini antara Ankara dan Beijing.

Pada akhir Desember, para pendukung hak menyuarakan kekhawatiran atas kedatangan vaksin COVID yang lama tertunda dari Sinovac yang berbasis di China, yang terjadi hanya beberapa hari setelah Beijing tiba-tiba meratifikasi kesepakatan ekstradisi 2017 dengan Ankara. [my/pp]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno