Berita Borneotribun.com: Planet Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Planet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Planet. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 Februari 2024

NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars

NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
JAKARTA - NASA telah mengungkap jejak-jejak sungai kuno yang berkelok-kelok di permukaan Mars melalui pengamatan yang dilakukan oleh Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). 

Gambar yang diperoleh dari misi ini menunjukkan formasi sungai kering di Aeolis Planum, yang memberikan bukti kuat akan keberadaan air di planet tersebut pada masa lampau.

Dalam gambar-gambar tersebut, terlihat pola sungai yang jelas berkelok-kelok di tengah dataran Mars. 

Para ilmuwan memperhatikan bahwa formasi dasar sungai terdiri dari batu kerikil, sementara sekitarnya tertutup oleh endapan berbutir halus. 

Fenomena ini dijelaskan oleh para ahli sebagai hasil dari apa yang mereka sebut sebagai "saluran terbalik", yaitu ketika sungai mengering, endapan berbutir halus akan tersapu meninggalkan lapisan kerikil yang terlihat seperti punggung bukit.

Dr. Maria Zuber, seorang ilmuwan planetary dari Universitas Harvard, mengatakan, "Ini adalah bukti yang sangat penting tentang sejarah air di Mars. 
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
Temuan ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kondisi permukaan planet ini telah berubah seiring waktu."

Gambar-gambar ini diambil dari ketinggian hampir 267 kilometer menggunakan HiRISE, sebuah kamera canggih yang dipasang pada MRO. 

Kemampuan resolusi tinggi kamera ini memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan detail yang sangat halus dari formasi permukaan Mars, memungkinkan mereka untuk memahami lebih dalam tentang sejarah geologis planet tersebut.

Penemuan ini menambah daftar panjang bukti bahwa Mars memiliki masa lalu yang kaya akan air cair, yang mendukung kemungkinan adanya kehidupan mikroba di masa lalu. 

Hal ini juga memberikan petunjuk penting bagi penelitian masa depan, termasuk misi berawak yang diusulkan untuk menjelajahi lebih jauh potensi keberadaan kehidupan di planet tetangga kita ini.

Minggu, 20 Juni 2021

China Rilis Rekaman Mars dari Pesawat Antariksa Tianwen-1


BORNEOTRIBUN.COM - Badan Antariksa China (China National Space Administration/CNSA) merilis dua video yang memberikan gambaran sekilas tentang Mars pada hari Jumat (12/2). Gambar tersebut ditangkap saat pesawat Tianwen-1 memasuki orbit Mars dan mengirimkan ucapan selamat Tahun Baru Imlek ke Bumi.

Setelah menempuh perjalanan selama 6,5 bulan melintasi ruang angkasa, Tianwen-1 pada Rabu (10/2), melambat ke kecepatan yang dapat ditangkap oleh tarikan gravitasi Mars. Hal tersebut menjadikan Tianwen-1 sebagai pesawat ruang angkasa kedua yang mencapai Mars pada bulan ini, bersama pesawat luar angkasa AS.

Kedua klip itu, berdurasi kurang dari satu menit, adalah yang pertama dirilis oleh CNSA.

“Berkah Tahun Baru Tianwen-1 datang dari Mars yang jauh,” kata CNSA pada hari Jumat (12/2), hari pertama Tahun Baru Imlek.

Rekaman diambil dari kamera yang terpasang pada pesawat yang tidak berawak. Terlihat garis besar Mars dan kawah di permukaan tersebut.

"Panel surya, antena pengarah, atmosfer Mars, dan topografi permukaan terlihat jelas," kata CNSA. [na/ah]

Oleh: VOA

Senin, 20 April 2020

Planet Mirip Bumi Ukuran dan Temperaturnya Serupa

Exoplanet Kepler-1649c Ditemukan, Ukuran dan Suhunya Mirip Bumi (Foto: NASA/Ames Research Center/Daniel Rutter)

BORNEOTRIBUN -- Kepler, wahana pencari planet baru milik NASA mungkin telah dipensiunkan. Tapi penemuannya tetap berguna dan menarik perhatian astronom.

Ilmuwan yang menganalisis data dari Keppler menemukan sesuatu yang mengejutkan, yaitu exoplanet yang memiliki ukuran dan suhu mirip Bumi. Exoplanet tersebut dinamakan Kepler-1649 dan lokasinya berada 300 tahun cahaya dari Bumi.

Dikutip dari CNN, Jumat (17/4/2020) Kepler-1649c berukuran 1,06 kali lebih besar dari Bumi dan menerima sekitar 75% cahaya yang didapat Bumi dari Matahari. Ini menandakan temperatur permukaan di exoplanet tersebut bisa jadi mirip seperti Bumi.

Lokasi planet ini juga berada di lokasi yang tepat dengan bintangnya, dengan jarak yang sesuai untuk agar air bisa muncul di permukaannya. Ini juga menandakan bahwa Kepler-1649c bisa mendukung kehidupan.

Tapi exoplanet ini mengelilingi bintang katai merah yang jauh lebih kecil dan lebih dingin dibanding Matahari kita. Jaraknya dengan bintang tersebut juga jauh lebih dekat dibanding jarak Bumi ke Matahari.

Kepler-1649c hanya membutuhkan 19,5 hari untuk mengorbit bintangnya. Artinya, exoplanet ini bisa saja dihujani pancaran radiasi dari lingkungannya dan mengancam potensi kehidupan di permukaannya. Tapi saat ini belum ditemukan adanya pancaran tersebut.

"Dunia yang menarik dan jauh ini memberi kita harapan yang lebih besar bahwa Bumi kedua berada di antara bintang-bintang, menunggu untuk ditemukan," kata Associate Administrator Science Mission Directorate NASA Thomas Zurbuchen.

"Data yang dikumpulkan oleh misi seperti Kepler dan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) akan terus menghasilkan penemuan yang luar biasa karena komunitas sains memperbaiki kemampuannya untuk mencari planet menjanjukan dari tahun ke tahun," sambungnya.

Selain temuan di atas, ilmuwan tidak banyak mengetahui soal Kepler-1649c atau atmosfernya, yang bisa mengubah perkiraan tentang atmosfernya. Tapi mereka tahu bahwa ada planet kedua dalam sistem ini, yang jaraknya lebih dekat lagi dengan bintangnya.

Exoplanet ini menambah panjang daftar planet yang memiliki ukuran mirip dengan Bumi. Seperti TRAPPIST-1f yang berjarak 39 tahun cahaya dari Bumi serta TRAPPIST-1D dan TOI 700d yang temperaturnya dinilai sama dengan Kepler 1649-c. (vmp/fay)

Sumber: Detikcom

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno