Berita Borneotribun.com: Kapal Selam Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Kapal Selam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kapal Selam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Mei 2021

Penampakan KRI Nanggala-402 dari Bawah Laut Hasil Kerja Sama Operasi TNI AL-China

Penampakan KRI Nanggala-402 dari Bawah Laut Hasil Kerja Sama Operasi TNI AL-China
Penampakan KRI Nanggala-402 dari Bawah Laut Hasil Kerja Sama Operasi TNI AL-China.

BorneoTribun Jakarta - Sebanyak tiga kapal China membantu Indonesia mengrvakuasi kapal selam KRI Nanggala-402.

Tim dari China itu sudah belasan kali menggelar operasi bawah laut.

“Alat penyelam sudah melakukan 13 kali operasi di bawah laut,” kata Kadispen Koarmada II Kolonel Laut Akhmad Alif Saifudin dalam keterangan tertulis, Selasa kemarin (18/5/2021).

Penampakan KRI Nanggala-402 dari Bawah Laut Hasil Kerja Sama Operasi TNI AL-China.

Seluruh temuan langsung diserahkan ke TNI AL. Pihak China dan TNI AL telah menggelar empat kali rapat koordinasi untuk menjaga komunikasi ihwal misi tersebut.

Saat ini, tugas tiga kapal China telah beralih dari observasi ke tahap pengangkatan puing dari laut dalam. Pasalnya, proses tersebut bukan hal mudah.

Kapal China yang diterjunkan, yakni Ocean Salvage and Rescue Yongxingdao-863, Ocean Tug Nantuo-185, dan Scientific Salvage Tan Suo 2. Seluruh kapal berupaya mencari puing-puing KRI Nanggala-402.

“Mengumpulkan banyak gambar, video, dan sukses mengangkat bagian yang ringan,” sambungnya.

Seluruh temuan langsung diserahkan ke TNI AL. Pihak China dan TNI AL telah menggelar empat kali rapat koordinasi untuk menjaga komunikasi ihwal misi tersebut.

Saat ini, tugas tiga kapal China telah beralih dari observasi ke tahap pengangkatan puing dari laut dalam. Pasalnya, proses tersebut bukan hal mudah.

Sejumlah Bagian KRI Nanggala-402 Berhasil Diangkat

Sejumlah Bagian KRI Nanggala-402 Berhasil Diangkat
Liferaft. (Foto: TNI AL)

BorneoTribun Jakarta -- Sejumlah bagian kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali Utara telah berhasil diangkat dari dasar laut.

Tim evakuasi berhasil mengangkat liferaft (alat bantu keselamatan dalam kapal) dengan berat sekitar 700 kilogram yang menjadi bagian dari kapal selam KRI Nanggala yang tenggelam di perairan utara Bali.

Panglima Komando Armada II Laksmana Muda Iwan Isnurwanto mengatakan pengangkatan tersebut dibantu kapal militer China. Namun, untuk bagian besar kapal lainnya masih belum bisa diangkat. Kapal China juga sudah mencoba mengangkat bagian anjungan kapal, tetapi seling pengikat putus.

Sejumlah peralatan dari KRI Nanggala 402 dipajang saat konferensi pers antara TNI AL dan AL China di pangkalan Angkatan Laut di Denpasar, Bali, Selasa, 18 Mei 2021. (Foto: Sonny Tumbelaka/ AFP)

"Tan Suo Er Hao (nama kapal China) sudah mengangkat bagian liferaft KRI Nanggala. Posisinya sekarang ada di KRI Teluk Banten sudah kami simpan sebagai bukti bahwa kapal dari China sudah melakukan tugasnya," jelas Iwan Isnurwanto dalam konferensi pers daring, Selasa (18/5/2021).

Selain liferaft, Iwan Isnurwanto menambahkan tim juga berhasil mengangkat sejumlah bagian kecil dari KRI Nanggala-402. Antara lain peralatan, kabel, botol, dan buku. Menurut Iwan, China mengirim tiga kapal yang memiliki kemampuan survei dan pengangkatan di dasar laut. Tiga kapal tersebut, yaitu Yongxindao 863, Nantuo 195 dan, Tan suo 2.

Sedangkan dari pihak TNI AL mengerahkan 6 kapal perang yaitu KRI Rigel 963, KRI Yos Sudarso-353, KRI Hasan Basri-382, KRI Teluk Banten-516, KRI Pulau Rengat-711, KRI Soputan-923.

Upaya Maksimal

Sementara Atase Pertahanan Kedutaan Besar China untuk Indonesia Kolonel Senior Chen Yongjing mengatakan telah melakukan 13 kali proses evakuasi KRI Nanggala-402 di bawah laut. Kata dia, hasil temuan barang terkait kapal selam sudah diserahkan ke Indonesia.

"Saat ini tugas kapal kami sudah beralih dari tahap observasi ke tahap pengangkatan," jelas Chen Yongjing.

Chen menuturkan akan melakukan upaya maksimal meski pengangkatan kapal di kedalaman laut merupakan hal yang sulit di seluruh dunia.

Kapal selam KRI Nanggala-402 buatan Jerman hilang kontak dan telah dinyatakan tenggelam saat melakukan latihan torpedo di perairan sebelah utara pulau Bali pada Rabu (21/4) pagi. Kapal ini membawa 53 awak yang terdiri dari 49 anak buah kapal, satu komandan dan tiga orang arsenal.

Menurut situs web Sekretariat Kabinet Indonesia, KRI Nanggala-402 yang berbobot 1.395 ton dibangun di Jerman pada 1978. Kapal itu menjalani perbaikan selama dua tahun di Korea Selatan yang tuntas pada 2012.[sm/em]

Oleh: VOA

Rabu, 19 Mei 2021

Kapal Selam dan Mobil milik Hamas Target Ledakan Israel

Kapal Selam dan Mobil Target Ledakan Israel
Ledakan terjadi dijalur Gaza setelah Israel melakukan serangan udara.

BorneoTribun Internasional - Kapal selam milik Hamas melepaskan roket ke arah kapal angkatan laut Israel.

Dikutip Mail Online, IDF (Israeli Defence Forces) mengatakan para militan di dalam mobil telah tewas kena target rudal.

Foto-foto mobil tersebut kemudian menunjukkan atapnya robek dalam pola yang menunjukkan sebuah rudal "Ninja" terbelah enam.

Rudal tersebut rirancang untuk menembus mobil, membunuh target dengan kerusakan yang cukup parah.

Selain itu, Pasukan pertahanan Israel tidak merinci apa yang akan ditargetkan Hamas dengan kapal selam mereka yang penuh dengan bahan peledak itu.

Kapal selam yang dihancurkan itu dioperasikan dari pantai di Gaza, kedalamannya beberapa meter dan diarahkan ke target, yang bisa jadi pantai israel atau kapal angkatan laut Israel.

Israel juga mengklaim berhasil menghancurkan 65 target lainnya milik Hamas di jalur Gaza.

Sabtu, 24 April 2021

7 Insiden Kapal Selam Tragis di Dunia

Kapal Selam ARA San Juan, kapal diesel-listrik buatan Jerman, saat dekat berada di dekat Buenos Aires, Argentina. Kapal selam ini hilang pada 15 November 2017, menewaskan seluruh awak yang berjumlah 44 orang. (Foto: Angkatan Laut Argentina via AP).

BorneoTribun Jakarta -- Hilangnya kapal selam KRI Nanggala 402 dengan 53 awak di perairan Selat Bali sejak hari Rabu (21/4) menyusul puluhan bencana serupa di kedalaman laut. 

Pihak militer umumnya membatasi akses publik atas rincian kecelakaan semacam ini, suatu hal yang menunjukkan bahwa kemajuan teknologi masih belum dapat menandingi risiko mengerikan di kedalaman laut.

Upaya pencarian KRI Nanggala 402, kapal selam buatan Jerman tahun 1977 yang mulai dioperasikan TNI Angkatan Laut sejak 1981, terus dilakukan seiring berlalunya tenggat persediaan udara di dalam kapal selam itu. 

Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono hari Kamis (22/4) mengatakan cadangan oksigen mampu bertahan untuk tiga hari ke depan, sejak kapal dinyatakan hilang, atau berarti Sabtu dini hari (24/4).

Belum adanya indikasi penemuan kapal selam naas itu ketika tenggat itu berakhir mengingatkan akan kecelakaan kapal selam di masa lalu. Berikut beberapa di antaranya :

1. Rusia

Empat belas pelaut tewas di dalam kapal selam nuklir Rusia di Laut Barents pada 2 Juli 2019 karena asap beracun akibat kebakaran. Kremlin tidak mengungkapkan nama kapal selam itu, tetapi media Rusia menyebut nama kapal selam penelitian bertenaga nuklir adalah “Losharik,” yang dirancang untuk misi sensitif hingga ke kedalaman 910 meter.

Sebelumnya pada 8 November 2008, Rusia juga kehilangan 20 pelaut yang ada di dalam kapal selam bertenaga nuklir “Nerpa,” yang merupakan bagian dari Armada Pasifik negara itu, setelah terpicunya secara tidak sengaja sistem pemadam kebakaran di kapal naas itu.

Awak kapal selam nuklir Rusia "Kurzk" berbaris di dek kapal, 30 Juni 2000. (REUTERS).

Namun kecelakaan kapal selam yang paling banyak menelan korban jiwa di Rusia adalah tenggelamnya kapal selam “Kursk” pada 12 Agustus 2000 yang menewaskan 118 awaknya.

2. Argentina

Kapal selam Argentina “San Juan” hilang pada 15 November 2017 dan menewaskan seluruh awak yang berjumlah 44 orang ketika sedang dalam perjalanan pulang ke pangkalannya di Mar del Plata setelah mengikuti latihan militer. Puing-puing kapal selam itu ditemukan setahun kemudian dalam operasi pencarian “Ocean Infinity of the US” di kedalaman sekitar 900 meter, di bagian timur Semenanjung Valdes, Patagonia.

Kapal selam militer Argentina ARA San Juan dan awaknya terlihat meninggalkan pelabuhan Buenos Aires, Argentina 2 Juni 2014. (Armada Argentina / Handout via REUTERS)

Suatu penyelidikan menemukan bahwa bencana itu disebabkan ketidakefisienan komandan Angkatan Laut dan keterbatasan anggaran, bukan karena serangan atau tabrakan. Kapal selam yang sebelumnya terpotong dalam dua bagian itu disatukan kembali pada tahun 2008-2014, dan para pakar sudah mengingatkan bahwa hal itu dapat membahayakan keselamatan awak. Tetapi peringatan itu tidak diindahkan.

3. China

Kapal selam China “Great Wall Ming 361” dilaporkan hilang pada 16 April 2003 di wilayah antara Shandong dan Korea Utara. Tujuh puluh orang di dalamnya tewas ketika mesin diesel kapal itu tidak berfungsi dan menyerap semua oksiden di dalam kapal. Untuk pertama kalinya China mengungkapkan kecelakaan kapal selam fatal itu,

4. Insiden Khusus Tahun 1968

Perancis, Israel, Amerika dan Rusia secara bersama-sama kehilangan kapal selam pada tahun 1968. Kapal selam Perancis “Minerve” baru ditemukan tahun 2019 di perairan sebelah timur pelabuhan asalnya, Toulon. Kapal selam itu tenggelam di laut yang ganas dua hari setelah hilangnya kapal selam Israel “INS Dakar” di bagian timur Laut Tengah dengan lebih dari 60 orang di dalamnya.

"Minerva", kapal selam kelas "Daphne". "Minerve" dan "Eurydice" menghilang di laut pada 27 Januari 1968 dan 04 Maret 1970, menyebabkan kematian 109 kapal selam. (Foto: STF / AFP)

Lokasi kapal selam itu baru diketahui tahun 1999, yaitu di kedalaman 2.900 meter di antara Kreta dan Siprus. Kapal selam Uni Sovyet dan Amerika “USS Scorpion” juga hilang di tahun yang sama.

5. Perancis

Setelah insiden tahun 1968 itu, Perancis juga kehilangan kapal selam lain pada tahun 1970 karena meledak di pesisir Toulon. Lima puluh tujuh awak tewas dalam insiden itu.

6. Amerika

Insiden kapal selam Amerika yang paling banyak menelan korban jiwa adalah tenggelamnya kapal selam bertenaga nuklir “USS Thresher” pada 10 April 1963 yang menewaskan 129 pelaut dalam uji penyelaman di Samudera Atlantik, sekitar 360 kilometer Cape Code, di Massachusetts.

Kapal selam bertenaga nuklir USS Thresher diluncurkan di Portsmouth Naval Shipyard, Kittery, Maine, 9 Juli 1960. (Foto: Angkatan Laut AS/AP)

Dokumen-dokumen yang diklasifikasikan untuk publik pada tahun 2020 menunjukkan kapal itu tenggelam di kedalaman lebih dari 240 meter. Bencana ini mendorong perbaikan pedoman keselamatan penyelaman.

7. Australia

Pemerintah Australia kehilangan kapal selam “AE1” di lepas pantai Pulau Nugini pada September 1914 yang menewaskan 35 awak berkebangsaan Australia, Selandia Baru dan Inggris. Ini merupakan insiden kapal selam Sekutu pertama dalam Perang Dunia Pertama.

Ikan berenang di sekitar kemudi kapal selam Australia HMAS AE1 di lepas pantai pulau New Britain di Papua Nugini. (Foto: Departemen Pertahanan Australia via AP)

Kapal ini ditemukan 103 tahun kemudian, tepatnya pada Desember 2017 di kedalaman 300 meter. [em/es]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno