Berita Borneotribun.com: Kanker Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Kanker. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kanker. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Mei 2024

Vaksinasi Hepatitis B sebagai Langkah Pencegahan Penyakit Hati, Tegas Ahli dari FKUI-RSCM

Vaksinasi Hepatitis B sebagai Langkah Pencegahan Penyakit Hati, Tegas Ahli dari FKUI-RSCM
Vaksinasi Hepatitis B sebagai Langkah Pencegahan Penyakit Hati, Tegas Ahli dari FKUI-RSCM. (Gambar ilustrasi)
JAKARTA - Ketua Divisi Hepatobilier Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, SpPD-KGEH, FINASIM, menekankan pentingnya vaksinasi Hepatitis B sebagai salah satu langkah utama dalam pencegahan penyakit hati.

"Pencegahan primer dilakukan dengan vaksinasi Hepatitis B yang terbukti dapat menekan angka kejadian kanker hati," kata Rino dalam 'Webinar Aman Kanker Hati' yang dipantau di Jakarta, Sabtu.

Rino menyampaikan bahwa vaksinasi Hepatitis B secara signifikan menurunkan risiko penyakit hati. Hal ini didukung oleh riset dari tahun 1980-an hingga awal 1990-an yang menunjukkan penurunan jumlah penderita kanker hati dari tahun ke tahun.

"Saat ini, vaksin Hepatitis B telah rutin diberikan kepada bayi yang baru lahir untuk mencegah risiko penyakit kanker hati," tambahnya.

Lebih lanjut, Rino menjelaskan bahwa ibu hamil yang terindikasi positif Hepatitis B juga mendapatkan terapi khusus untuk mengurangi potensi penularan kepada bayi yang baru lahir. Selain vaksinasi, Rino juga menekankan pentingnya ultrasonografi (USG) rutin setiap enam bulan sekali sebagai langkah pencegahan dini.

Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu juga mengimbau masyarakat untuk menghindari konsumsi alkohol dalam jangka panjang untuk menjaga kesehatan hati. 

"Memang kelihatannya repot, tetapi jelas ini memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan kalau sudah terjadi kanker hati," ujarnya.

Rino juga mengingatkan masyarakat yang telah mengidap Hepatitis B, Hepatitis C, atau penyakit hati berat lainnya agar bersedia melakukan USG secara berkala. 

Hal ini penting untuk menekan risiko berkembangnya kanker hati, karena banyak pasien yang datang sudah dalam kondisi berat sehingga memerlukan upaya pengobatan tingkat lanjut.

"Kanker hati berhubungan erat dengan infeksi virus Hepatitis B dan Hepatitis C meski terdapat pula yang ditemukan tanpa infeksi virus-virus tersebut," jelasnya. 

"Pengobatan masih sulit dan mahal. Oleh karena itu, dapat dicegah dengan vaksinasi dan perilaku hidup sehat, menjaga berat badan, dan berolahraga supaya metabolisme tetap baik," pungkas Rino.

Dengan demikian, vaksinasi Hepatitis B dan perilaku hidup sehat menjadi kunci utama dalam pencegahan kanker hati, sebagaimana disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani dalam webinar tersebut.

Senin, 11 Maret 2024

Kalbe Gelar Peluncuran Serplulimab, Obat Baru untuk Kanker Paru

Kalbe Gelar Peluncuran Serplulimab, Obat Baru untuk Kanker Paru
Kalbe meluncurkan Serplulimab untuk pengobbatan kanker paru sel kecil, di Jakarta, Sabtu (9/3/2024) (ANTARA/H.O Kalbe)
JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) bersama anak perusahaan mereka, PT Kalbe Genexine Biologics (KGbio) dan PT Global Onkolab Farma (GOF), telah resmi meluncurkan obat Serplulimab dalam upaya memperluas akses kesehatan bagi mereka yang berjuang melawan kanker. 

Serplulimab merupakan produk imunoterapi terbaru yang dikombinasikan dengan kemoterapi untuk pengobatan lini pertama kanker paru-paru sel kecil stadium ekstensif (extensive stage small cell lung cancer/ES-SCLC).

"Ketersediaan Serplulimab merupakan bukti komitmen Kalbe dalam memperluas akses layanan kesehatan bagi pasien kanker paru," kata Sie Djohan, Presiden Direktur KGbio dan Direktur Kalbe, saat peluncuran Zerpidio Serplulimab di Jakarta.

Ditambahkannya, "Langkah ini juga merupakan inisiatif keberlanjutan kami dalam mendukung terciptanya ekosistem kesehatan yang terintegrasi bersama seperti rumah sakit, tenaga kesehatan profesional, asosiasi profesi kesehatan, pasien, dan para pemangku kewenangan terkait.”

Kanker paru sering kali terdeteksi pada stadium lanjut, menyisakan sedikit pilihan pengobatan. 

SCLC merupakan jenis kanker paru-paru yang paling sulit diobati, dan kasusnya menyumbang 14 persen dari total kasus kanker paru-paru. 

Lebih dari 50 persen pasien kanker paru-paru meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis, dengan angka harapan hidup hanya sebesar 17,8 persen.

"Pengelolaan kanker paru membutuhkan pendekatan komprehensif, mulai dari edukasi dan kesadaran masyarakat hingga pengobatan precison medicine seperti imunoterapi," ujar Dr. Tubagus Djumhana Atmakusuma, Ketua PERHOMPEDIN.

Kalbe terus berupaya mendukung penanganan kanker dengan menciptakan ekosistem kesehatan terintegrasi melalui ONE Onco, yang menyediakan layanan mulai dari terapi hingga dukungan nutrisi.

"Inisiatif GOF dalam membangun ekosistem onkologi terintegrasi melalui ONE Onco adalah langkah positif untuk memberikan solusi komprehensif kepada pasien kanker," kata Liliana Susilowati, President Director GOF.

Kalbe, KGbio, dan Henlius berencana untuk memperluas lisensi eksklusif pengembangan dan komersialisasi Serplulimab di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika Utara. 

"Melalui kemitraan strategis ini, kami akan memanfaatkan sumber daya dan keunggulan masing-masing untuk mempromosikan dan mengomersialisasikan Serplulimab," ujar Sie Djohan.

Pemerintah Fokus Tangani Kanker Serviks di Indonesia

Pemerintah Fokus Tangani Kanker Serviks di Indonesia
Ilustrasi kanker seviks (ANTARA/Pexels/Anna Tarazevich)
JAKARTA - Kanker serviks menjadi sorotan utama pemerintah Indonesia dalam upaya menangani masalah kesehatan yang serius. 

Menurut data dari Indonesia Society of Gynecologic Oncology (INASGO) periode 2022-2023, kanker serviks mendominasi proporsi kasus kanker yang umum dijumpai, mencapai sekitar 62 persen.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Subspesialis Onkologi dari Rumah Sakit PELNI, Yuri Feharsal, menegaskan bahwa penanganan kanker serviks menjadi prioritas dalam eliminasi kanker di Indonesia. 

"Kanker serviks merupakan kanker yang paling umum di Indonesia, menyumbang sekitar 62 persen dari semua kasus kanker reproduksi yang terjadi."

"Sayangnya, mayoritas kasus ini terdeteksi pada stadium lanjut," ungkap Yuri dalam sebuah diskusi daring pada Sabtu.

Biaya pengobatan kanker serviks cenderung meningkat karena proses pembedahan yang memakan waktu dan sumber daya yang besar, mulai dari peralatan medis hingga perawatan pascaoperasi. 

Pasien juga sering mengalami komplikasi jangka panjang yang memerlukan perawatan intensif, seperti masalah berkemih, yang pada akhirnya menimbulkan beban finansial yang signifikan bagi negara.

Meskipun kanker serviks merupakan jenis kanker organ reproduksi yang paling umum di Indonesia, kesadaran akan pentingnya pencegahan masih belum optimal. 

Banyak kasus kanker serviks terdeteksi pada stadium lanjut, yang membuat proses pengobatan menjadi lebih sulit dan meningkatkan risiko kekambuhan.

"Tata laksana kanker serviks di stadium lanjut umumnya melibatkan radioterapi dan kemoterapi, yang membutuhkan modalitas canggih dan meningkatkan biaya pengobatan secara signifikan," jelas Yuri.

Program pencegahan kanker serviks menjadi bagian integral dari rencana aksi nasional Kementerian Kesehatan dengan tujuan mempercepat eliminasi penyakit ini. 

Program ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pencegahan, edukasi, evaluasi program, penelitian, hingga pengelolaan kebijakan. 

Salah satu langkah yang direncanakan adalah integrasi program pencegahan kanker serviks ke dalam program kesehatan masyarakat yang telah ada.

Dengan upaya yang terkoordinasi dan konsisten, diharapkan penanganan kanker serviks dapat menjadi lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Dokter Yuri Feharsal: Penanganan Tepat untuk Kanker Serviks

Dokter Yuri Feharsal: Penanganan Tepat untuk Kanker Serviks
Dokter Yuri Feharsal: Penanganan Tepat untuk Kanker Serviks. (Gambar Ilustrasi)
JAKARTA - Dokter spesialis kebidanan dan kandungan sub-spesialis onkologi dari Rumah Sakit PELNI, Yuri Feharsal, dalam sebuah wawancara kesehatan daring pada hari Sabtu, menyoroti pentingnya pencegahan dalam mengatasi kanker serviks. 

Yuri menegaskan bahwa perkembangan kanker serviks bisa dicegah dengan menghentikan perilaku berisiko dan menjalani tindakan penanganan tepat.

Menurutnya, kanker serviks berawal dari infeksi human papillomavirus (HPV) pada leher rahim yang sehat. 

"Kalau daya tahan tubuh dari perempuan itu bagus dan tidak merokok atau melakukan hal yang memicu perkembangan HPV, dalam satu tahun infeksi akan sembuh sendiri, sehingga menjadi normal kembali, (ada) clearance, atau HPV akan hilang dari leher rahim," kata Yuri.

Namun demikian, Yuri menjelaskan bahwa infeksi HPV dapat kembali terjadi pada individu yang rentan atau terpapar faktor risiko. 

Jika infeksi berulang, bisa terjadi persistensi infeksi yang menyebabkan infeksi HPV berubah menjadi lesi pra-kanker pada serviks.

Yuri menyoroti bahwa dalam beberapa kasus, lesi pra-kanker dapat mengalami regresi menjadi normal kembali jika perilaku berisiko dihentikan atau daya tahan tubuh kuat. 

Namun, jika lesi pra-kanker tidak ditangani dan infeksi HPV menjadi persisten, maka lesi tersebut dapat berkembang menjadi kanker yang menyebar.

Dokter Yuri mengungkapkan bahwa proses lesi berkembang menjadi kanker yang menyebar memerlukan waktu 10 hingga 20 tahun. 

Hal ini memberikan kesempatan untuk mencegah perkembangan kanker serviks ke tahap yang lebih parah dengan tindakan pencegahan tepat.

"Proses ini sebenarnya membutuhkan waktu 10-20 tahun, suatu proses yang cukup lama. Jadi mata rantai kanker bisa diputus. Karena dia membutuhkan waktu yang lama, sehingga kita bisa mencegah perkembangan kanker," ujar Yuri, menekankan urgensi tindakan pencegahan dalam menangani kanker serviks.

Rabu, 28 Februari 2024

Waspada! Kaheksia Kanker Bisa Jadi Penyebab Kematian Pasien

Waspada! Kaheksia Kanker Bisa Jadi Penyebab Kematian Pasien
Ilustrasi makanan sehat. (Pixabay/RitaE)
JAKARTA - Dokter Spesialis Gizi Klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Wiji Lestari, M.Gizi, Sp.GK(K) menyoroti pentingnya asupan makanan sehat bagi pasien kanker dalam upaya mencegah risiko malnutrisi. 

Dalam sebuah diskusi daring di Jakarta pada hari Rabu, beliau menjelaskan bahwa asupan nutrisi menjadi krusial bagi pasien kanker, baik yang baru saja didiagnosis maupun yang tengah menjalani terapi, karena kondisi tersebut meningkatkan risiko malnutrisi.

"Dalam kasus pasien kanker, nutrisi memiliki peran penting. Pasien kanker rentan mengalami malnutrisi karena sel kanker dapat melepaskan zat-zat pro-inflamasi yang mengganggu metabolisme zat gizi dalam tubuh. Semakin tinggi laju metabolisme tubuh, semakin besar pula kebutuhan nutrisi," ujar Wiji.

Selain itu, faktor seperti efek samping terapi kanker, komplikasi penyakit, masalah psikis, dan lainnya juga dapat meningkatkan risiko malnutrisi pada pasien kanker.

Wiji juga menyoroti risiko kaheksia kanker, sebuah kondisi yang ditandai oleh penurunan berat badan yang signifikan, kelelahan fisik atau mental, anoreksia, penurunan massa otot, dan tanda-tanda inflamasi yang meningkat. 

"Kaheksia kanker bisa menjadi penyebab kematian sekitar 20-30 persen pada penderita kanker," tambahnya.

Untuk mencegah risiko malnutrisi dan kaheksia kanker, Wiji menekankan pentingnya skrining risiko malnutrisi pada pasien kanker sedini mungkin setelah diagnosis. 

Hal ini memungkinkan dokter untuk memonitor status gizi pasien dan memberikan rekomendasi makanan yang tepat.

"Pasien kanker membutuhkan asupan nutrisi yang cukup, termasuk kalori, protein, lemak, karbohidrat, serta vitamin dan mineral. Asupan protein perlu diperhatikan dengan cermat karena berkaitan langsung dengan penurunan massa otot," jelas Wiji.

Selain itu, dia merekomendasikan makanan yang mengandung asam amino rantai cabang (BCAA) dan asam lemak omega-3 untuk membantu memperbaiki selera makan dan mempertahankan massa otot pasien.

Namun, Wiji juga mengingatkan agar pemberian vitamin dan mineral tidak berlebihan karena dapat berinteraksi dengan terapi pengobatan. 

Jika terjadi gangguan makan atau tanda-tanda malnutrisi, makanan sehat dapat dimodifikasi menjadi lebih lunak atau halus.

"Diperlukan kesadaran bahwa asupan makanan yang tepat dapat memengaruhi prognosis pasien kanker. Mitos atau informasi yang salah terkait dengan asupan makanan pada pasien kanker perlu dihindari," tegas Wiji.

Terakhir, Wiji menekankan pentingnya menjaga cairan tubuh dan kebersihan rongga mulut pada pasien kanker untuk mencegah dehidrasi dan memperburuk kondisi kesehatan mereka.

Sabtu, 17 Februari 2024

Mengapa Infeksi Gigi dan Gusi Bisa Jadi Pertanda Kanker Mulut?

Mengapa Infeksi Gigi dan Gusi Bisa Jadi Pertanda Kanker Mulut. (Gambar ilustrasi)
Mengapa Infeksi Gigi dan Gusi Bisa Jadi Pertanda Kanker Mulut. (Gambar ilustrasi)
JAKARTA - Infeksi di sekitar gigi dan gusi atau rasa sakit yang terus-menerus mungkin merupakan pertanda adanya kanker mulut, sebuah kondisi serius yang dapat berkembang di seluruh bagian rongga mulut, termasuk bibir, gusi, lidah, pipi, dan langit-langit mulut.

Menjaga kebersihan mulut dengan baik sangat penting untuk mencegah pertumbuhan sel-sel abnormal di dalam mulut. Dokter merekomendasikan praktik seperti menyikat gigi secara teratur, menggunakan benang gigi, dan mengganti sikat gigi secara berkala.

Kanker mulut, yang merupakan kanker keenam yang paling umum terjadi di seluruh dunia, memiliki hubungan yang kuat dengan kebiasaan masyarakat India dalam mengunyah tembakau dan bahan lainnya seperti supari dan pan masala.

Dr. Vijay V. Haribhakti dari Rumah Sakit Sir HN Reliance Foundation mengatakan, "Barang-barang ini mudah diakses karena tersedia dalam kemasan sachet kecil dan tersebar di seluruh negeri."

Kondisi gigi yang buruk juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker mulut, termasuk kanker gusi dan rahang. Gigi berlubang atau tajam dapat melukai jaringan di dalam mulut dan menyebabkan masalah serius.

"Diperlukan perhatian khusus terhadap gejala-gejala yang berkaitan dengan kondisi gigi dan tanda-tanda kanker gusi atau rahang, termasuk luka yang tidak sembuh," kata Dr. Vijay.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi saat mengunyah sehari-hari, seperti gigi yang goyah, tukak di sekitar rahang, atau gusi yang bengkak.

"Jika seseorang memiliki kebiasaan mengunyah dalam jangka waktu lama dan mengalami infeksi di sekitar gusi dan gigi yang tidak diketahui penyebabnya, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli," tambahnya.

Dr. Mohsin Shaikh, Konsultan Rekanan, Ahli Onkologi Bedah di Punyashlok Ahilyadevi Holkar Head & Neck Cancer Institute of India, membagikan daftar gejala lain yang mungkin mengindikasikan kanker mulut, seperti perubahan suara, kesulitan menelan, benjolan di leher atau mulut, bau mulut yang tidak hilang, luka di mulut yang tak sembuh, dan perubahan gigi.

"Penting untuk mencari nasihat ahli dan melakukan diagnosis yang tepat, termasuk biopsi jika diperlukan," kata Dr. Vijay. "Jangan abaikan masalah seperti maag yang tak kunjung sembuh, dan jika ada jaringan mencurigakan, segera lakukan pencabutan gigi."

Pentingnya mengidentifikasi dan mengatasi masalah gigi dan gusi dengan cepat tidak bisa diremehkan, karena dapat membantu mencegah masalah yang lebih serius seperti kanker mulut.

Senin, 05 Februari 2024

RSUD dr. Soedarso Pontianak Gelar Seminar Awam Pencegahan Kanker

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso mengadakan Seminar Awam Terapi Dan Pencegahan Kanker Bagi Masyarakat Umum dalam rangka Hari Kanker Sedunia Tahun 2024. (Adpim Pemprov Kalbar/Borneotribun)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso mengadakan Seminar Awam Terapi Dan Pencegahan Kanker Bagi Masyarakat Umum dalam rangka Hari Kanker Sedunia Tahun 2024. (Adpim Pemprov Kalbar/Borneotribun)
PONTIANAK - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso mengadakan Seminar Awam Terapi Dan Pencegahan Kanker Bagi Masyarakat Umum dalam rangka Hari Kanker Sedunia Tahun 2024. 

Acara ini diadakan di Pendopo Kalbar pada Minggu (4/2/2024). Kegiatan tersebut diselenggarakan secara online melalui live streaming, YouTube, dan Zoom. 
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso mengadakan Seminar Awam Terapi Dan Pencegahan Kanker Bagi Masyarakat Umum dalam rangka Hari Kanker Sedunia Tahun 2024. (Adpim Pemprov Kalbar/Borneotribun)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso mengadakan Seminar Awam Terapi Dan Pencegahan Kanker Bagi Masyarakat Umum dalam rangka Hari Kanker Sedunia Tahun 2024. (Adpim Pemprov Kalbar/Borneotribun)
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Mohammad Bari, S.Sos., M.Si. Beberapa narasumber ahli di bidangnya dihadirkan dalam rangkaian acara ini, antara lain dr. Ivan Lumban Toruan, Sp., PD., (KHOM) sebagai dokter Spesialis Penyakit Dalam Hematologi, dr. Manuel Hutapea, SP., OG., (K) Onk., sebagai Spesialis Obgyn Konsultan Tumor dan Kanker Kandungan atau Organ Reproduksi, dr. Eko Rustianto Suhardiman, M.Si., Med., Sp. B. (K) Onk finacs, dan dr. Nevita Bachtiar, M. Sc., S.PA.

Pada kesempatan tersebut, Pj. Sekda Kalbar Mohammad Bari, Sos., menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan inisiatif Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang didukung oleh Dinas Kesehatan dan RSUD dr. Soedarso Pontianak. 

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker dan pentingnya deteksi dini.

Mohammad Bari mengatakan, "Kami berharap agar masyarakat lebih antusias dan sadar akan pentingnya pemeriksaan terkait kanker, termasuk kanker payudara, kanker rahim, dan jenis kanker lainnya."

Selain itu, Pj. Sekda Kalbar juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan DIVA di RSUD Soedarso untuk mendeteksi masalah kesehatan sejak dini.

Menurut Mohammad Bari, angka kejadian kanker di Kalimantan Barat cukup tinggi, terutama kanker serviks yang mencapai 20.000 - 30.000 kasus per tahun. 

Oleh karena itu, pihaknya mengkampanyekan pentingnya deteksi dini agar kasus kanker dapat diminimalkan.

Direktur RSUD dr. Soedarso, dr. Hary Agung Tjahyadi, M.Kes., menyampaikan bahwa penanganan kanker merupakan prioritas pelayanan nasional. 

RSUD Soedarso telah menyediakan layanan khusus untuk kanker, stroke, jantung, dan kesehatan ibu dan anak. 

RSUD Soedarso juga telah menjadi rumah sakit rujukan utama dalam penanganan kanker dengan menyediakan layanan operasi, kemoterapi, dan radioterapi.

Tjahyadi menambahkan, "Kami berharap kedepannya dapat membangun gedung radio nuklir untuk peralatan dari Kementerian Kesehatan, sehingga masyarakat Kalimantan Barat dapat mengakses layanan kanker secara langsung di RSUD Soedarso tanpa harus pergi ke luar Kalimantan Barat."

Kamis, 16 Februari 2023

Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker

Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker
Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker.
PONTIANAK - Dalam rangka memperingati Hari Kanker Anak Sedunia Tahun 2023, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Sekda Kalbar), dr. Harisson, M.Kes., mengikuti rangkaian kegiatan tersebut yang diselenggarakan oleh RSUD dr. Soedarso dengan dihadiri langsung Plt. Direktur RSUD dr. Soedarso, drg. Hary Agung Tjahyadi, M.Kes., beserta Jajaran RSUD dr. Soedarso di Ruang Anak, Kamis (16/2/2023).

Hari Kanker Anak Sedunia atau International Childhood Cancer Day (ICCD) digelar setiap tahun pada tanggal 15 Februari yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit kanker yang dapat mengancam nyawa anak-anak.

Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker
Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker.
ICCD juga merupakan suatu kampanye global dalam meningkatkan pemahaman tentang tantangan yang dihadapi anak-anak dan remaja penderita kanker, para penyintas dan keluarga mereka.

Dalam kesempatan ini, Sekda Prov Kalbar menyampaikan bahwa penyakit Kanker di Kalbar setiap tahun meningkat dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya lingkungan, pola perilaku, protokol kesehatan dan keturunan.

"Kami, Pemerintah Provinsi Kalbar terus bertekad untuk mempromosikan, mensosialisasikan tentang Kanker ini serta terus berupaya mendeteksi secara dini penyakit Kanker pada anak supaya dapat kita lakukan perawatan dan pengobatan yang lebih komprehensif," ujarnya.

Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker
Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker.
Lanjutnya dirinya menyebutkan bahwa Provinsi Kalbar mempunyai rumah sakit rujukan nasional yakni RSUD dr. Soedarso bagi para penderita kanker anak atau penderita penyakit lain.

"Kita akan terus tingkatkan sarana dan prasarana untuk pelayanan perawatan anak-anak dengan kanker ini maupun penyakit lain," jelas Harisson.

Sekda Harisson juga berharap agar seluruh petugas kesehatan RSUD dr. Soedarso dapat melayani pasien dengan pelayanan yang terbaik.

Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker
Sekda Kalbar Ingatkan Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Kanker.
"Mereka harus memberikan pelayanan terbaik, layani dengan kesabaran, penuh empati, penuh dengan kepedulian agar mereka (penderita) terus bersemangat untuk mengikuti rangkaian pengobatan," harapnya.

Usai mengikuti rangkaian Hari Kanker Anak Sedunia, Sekda Prov Kalbar dengan didampingi Plt. Direktur RSUD dr. Soedarso mengunjungi para pasien untuk memberikan semangat, motivasi dan mendoakan agar mereka cepat sembuh.(wnd)

Selasa, 14 Februari 2023

Kenali Gejala dan Tanda Kanker Payudara

Kenali Gejala dan Tanda Kanker Payudara
Gambar ilustrasi. Kenali Gejala dan Tanda Kanker Payudara.
JAKARTA - Dokter Bedah Onkologi (Kanker) RSUPN Cipto Mangunkusumo I Gusti Ngurah Gunawan Wibisana menjelaskan beberapa tanda dan gejala kanker payudara yang mungkin dialami perempuan.

Dalam sebuah diskusi daring yang digelar pada Senin, Gunawan mengatakan 90 persen gejala kanker payudara yang dialami pasien adalah benjolan pada payudara yang tidak terasa nyeri.

“Justru ini yang perlu diwaspadai, gejala ini paling sering terjadi namun hal itu pula yang kerap diabaikan para penderita karena tidak ada rasa nyeri yang dihasilkan dari benjolan tersebut,” kata dia.

Namun, ada gejala lain yang dapat terlihat lebih jelas dari kanker payudara, salah satunya adanya perubahan pada kulit di sekitar puting.

Perubahan ini tidak hanya sekedar berubah warna menjadi lebih gelap atau terang, melainkan timbulnya seperti luka atau kulit yang bereaksi akibat alergi.

“Terlihat seperti adanya luka dan alergi atau biasa seperti dermatitis,” ujar Gunawan.

Gejala itu tidak terjadi tepat di puting, melainkan di daerah spesifik sekitar puting yaitu daerah areola.

“Tanda itu kita sebut namanya paget’s disease, kulit area itu terasa seperti terkelupas atau bersisik dan gatal,” ujarnya menambahkan.

Pada penyakit paget pada payudara maka idealnya penderita selain waspada, harus mempertajam diagnosis, salah satunya dengan ultrasonografi (USG).

Teknologi USG yang sensitif, menurut Gunawan, akan mampu mendeteksi benjolan dalam payudara ukuran lima milimeter sekalipun.

“Maka kalau ada keraguan lebih baik meyakinkan diri dengan segera melakukan USG,” jelas Gunawan

Kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.

“Kita perlu waspada dengan kanker payudara, karena penyakit ini tidak ada vaksinnya seperti kanker serviks,” kata Gunawan.

Gunawan menambahkan 70 persen pasien yang telah terdeteksi kanker payudara sudah di tahap lanjut.

"Kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal mungkin kematiannya bisa ditanggulangi,” kata Gunawan.

Oleh : Pamela Sakina/Antara
Editor : Yakop

Rabu, 26 Oktober 2022

Mitos Dan Fakta Seputar Kanker Payudara

Mitos Dan Fakta Seputar Kanker Payudara
Mitos Dan Fakta Seputar Kanker Payudara.
Jakarta - Bulan Oktober merupakan bulan kesadaran kanker payudara yang dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penyakit kanker ganas tertinggi yang dialami perempuan di Indonesia.

Mari simak mitos dan fakta yang beredar mengenai penyakit yang bisa dicegah melalui deteksi dini ini.

Periksa payudara sendiri hanya untuk perempuan dewasa?
Tidak perlu menunggu sampai tua sebelum berinisiatif untuk memeriksa payudara meski penyakit ini lebih berisiko untuk perempuan yang berumur.

Deteksi dini penting untuk dilakukan demi menekan angka kasus di mana pasien baru datang saat penyakit sudah memburuk. Semakin lambat ditangani, pengobatan pun kian panjang.

Setelah menstruasi, remaja boleh belajar memeriksa payudara sendiri pada hari ketujuh hingga kesepuluh setelah hari pertama menstruasi. Jika ada benjolan, segera periksakan kepada dokter. Pemeriksaan payudara juga bisa dilakukan oleh tenaga medis untuk hasil yang lebih tepat.

Pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan dengan USG atau ultrasonografi yang disarankan dilakukan satu hingga dua kali dalam setahun.

Sementara itu, alat skrining utama yang sangat sensitif dalam mendeteksi adalah mammografi atau mammogram yang ditujukan untuk orang berusia 40 tahun ke atas.

Bra kawat ada kaitannya dengan kanker payudara?

Anggapan pemakaian bra berkawat dalam menyokong payudara dapat memicu kanker adalah mitos belaka. Sama sekali tidak ada hubungan antara bra dan kanker payudara.

Bra adalah pakaian dalam yang berfungsi untuk menyokong payudara. Apa pun jenis dan bahan bra, semua kembali lagi kepada kenyamanan pemakai.

Ada makanan pemicu kanker?

Ahli mengungkapkan kanker payudara muncul karena berbagai faktor, sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa makanan tertentu pasti menyebabkan kanker.

Kendati demikian, setiap orang dapat mengurangi risiko terkena kanker dengan cara menjaga gaya hidup sehat. Salah satunya, mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang dimasak dengan cara menyehatkan. Batasi makanan manis, makanan berlemak serta kurangi konsumsi makanan yang digoreng dan dibakar.

Kanker payudara hanya terjadi kepada perempuan?

Memang sebagian besar penderita kanker payudara adalah perempuan, tapi penyakit ini juga bisa terjadi kepada laki-laki meski jumlahnya sedikit, proporsinya hanya 1:100. Umumnya, kanker payudara pada laki-laki ditemukan di usia lanjut.

Gejalanya sama seperti perempuan, yakni muncul benjolan di payudara. Mengingat ukuran payudara laki-laki umumnya lebih kecil, benjolan itu bisa lebih mudah dideteksi. Benjolan yang harus diwaspadai adalah benjolan yang terus membesar dan batas permukaannya terasa tidak jelas, tidak seperti meraba sebuah kelereng.

Pewarta : Nanien Yuniar
Editor : Yakop

Selasa, 25 Oktober 2022

Keberhasilan Terapi Pasien Kanker Ditunjang Nutrisi Optimal

Keberhasilan Terapi Pasien Kanker Ditunjang Nutrisi Optimal
Keberhasilan Terapi Pasien Kanker Ditunjang Nutrisi Optimal.
Jakarta - Dokter spesialis gizi klinis dari Universitas Indonesia, dr. Cindiawaty Josito Pudjiadi, MARS, MS, Sp.GK mengatakan bahwa keberhasilan terapi dari pasien kanker ditunjang berbagai faktor, salah satunya adalah asupan nutrisi optimal,

"Kondisi kekurangan protein, energi dan zat gizi lain dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh, penurunan fungsi fisik dan mental," kata Cindi dalam konferensi pers daring, Senin.

Malnutrisi pada pasien kanker menurunkan kualitas hidup, respons terapi dan harapan hidup. Di sisi lain, malnutrisi pada pasien kanker meningkatkan risiko komplikasi, risiko infeksi dan lama perawatan.

Pada pasien kanker yang sedang menjalani terapi, nutrisi berperan dalam menambah energi, mempertahankan berat badan agar tidak turun drastis.



Asupan nutrisi yang baik juga membantu pasien menjaga toleransi tubuh menghadapi efek samping terapi serta meminimalkan risiko infeksi. Selain itu, nutrisi berperan dalam menjaga fase penyembuhan terjadi lebih cepat serta membuat pasien merasa lebih nyaman.

Pasien kanker membutuhkan nutrisi berbeda dengan orang yang sehat, jelas dia. Pemenuhan nutrisi tersebut penting untuk memperbaiki sel-sel yang rusak akibat terapi.

Pemberian nutrisi yang optimal saat terapi adalah untuk memenuhi kebutuhan energi sebesar 25 – 30 kkal/kg BB/hari, dan kebutuhan protein sebesar 1.0 – 1.5 g/kg BB/hari, serta EPA/ Eicosapentaenoic Acid (asam lemak omega 3) sebanyak 1-2 g per hari.

Namun, apabila pasien masih tidak dapat mengasup makanan sesuai kebutuhan hariannya atau sulit memenuhi kebutuhan lemak baik (EPA), protein, dan energi sesuai anjuran, maka suplementasi dengan nutrisi suplemen oral atau disebut juga makanan cair bisa menjadi salah satu solusi lainnya.”

Nutrisi suplemen oral (oral nutrition supplement) adalah makanan pengganti, umumnya dalam bentuk susu cair atau bubuk yang dilarutkan. Nutrisi suplemen ini mengandung zat gizi lengkap dengan kalori, protein tinggi serta vitamin dan mineral.

Makanan pengganti ini diberikan untuk orang yang asupan hariannya tidak mencukupi atau berisiko malnutrisi. Sementara waktu, dosis dan lama pemberian disesuaikan dengan anjuran dokter, kondisi kesehatan dan hasil terapi pasien.

Ia menambahkan pasien kanker sebetulnya boleh makan apa saja selama asupannya sehat, bergizi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Agar pasien lebih bernafsu makan, keluarga bisa memberikan makanan-makanan favorit pasien. Bila diperlukan, makanan tersebut bisa dimodifikasi dengan tambahan bahan yang lebih bergizi agar nutrisinya terjamin.

Ia berpesan kepada masyarakat untuk menjaga pola makan yang baik. Menurut Cindiawaty, meski kanker disebabkan oleh berbagai faktor risiko, masyarakat tetap harus menjaga pola makan yang baik. Batasi asupan lemak jenuh, garam dan gula agar tidak berlebihan.

Dia menyarankan untuk memilih cara memasak yang lebih sehat dengan memanfaatkan kekayaan kuliner Nusantara yang beraneka ragam jenisnya.

"Kita bisa pilih asupan lemak yang tidak jenuh seperti ikan laut atau buat pepes dengan bumbu Indonesia yang tinggi antioksidan dan menangkal radikal bebas," saran dia.

Pewarta : Nanien Yuniar/Antara
Editor : Yakop

Sabtu, 31 Juli 2021

Perlukah cek kesehatan di laboratorium untuk mendeteksi kanker dilakukan secara mandiri?

Perlukah cek kesehatan di laboratorium untuk mendeteksi kanker dilakukan secara mandiri?
Perlukah cek kesehatan di laboratorium untuk mendeteksi kanker dilakukan secara mandiri. 

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Dr.dr Andhika Rachman SpPD-KHOM, spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), memastikan bahwa orang dengan silsilah famili yang pernah memiliki riwayat kanker tidak perlu melakukan deteksi kanker di laboratorium secara mandiri.

Hal yang sama berlaku juga dengan orang yang penasaran dan ingin memastikan atau mendeteksi ada atau tidaknya kanker di dalam tubuhnya secara mandiri.

“Pemeriksaan darah untuk kanker, atau tumor di laboratorium itu hanya boleh dilakukan jika diminta oleh dokter ya. Jangan dilakukan sendiri, karena saat mendapatkan hasilnya bisa jadi anda bingung. Begitu ada hasilnya yang tinggi akhirnya jadi parno dan menjadi stres. Ini kan bisa menimbulkan kekhawatiran. Oleh karena itu, untuk pemeriksaan mandiri itu tidak disarankan,” kata dokter Andhika dalam webinar perayaan komunitas kanker untuk para penyintas dan masyarakat awam, Sabtu.

Ia menyarankan deteksi dini dilakukan oleh masyarakat dengan melakukan evaluasi atau mengecek adakah tanda- tanda gejala umum dan khusus dari sebuah kanker.

Meski demikian sebelum melakukan deteksi dini gejala kanker, masyarakat diminta mendaftar atau menyiapkan deretan kanker yang mungkin berisiko dialaminya dengan melihat silsilah riwayat kanker di keluarganya.

Misalnya kakeknya pernah mengalami kanker usus, ibunya mengalami kanker serviks. Maka dua kanker itu perlu diwaspadai gejalanya lewat deteksi dini karena kanker memang berpotensi besar berasal dari faktor keturunan.

Setelah melakukan deteksi dini dan terdapat keluhan dari hasil pemeriksaan mandiri itu maka berkonsultasi ke dokter menjadi langkah yang penting untuk dilakukan.

Ketika melakukan deteksi dini sebagai pencegahan dan pengobatan untuk penyakit kanker, disarankan masyarakat melakukan riset yang mendalam untuk setiap aktivitas atau keputusan yang diambil dan jangan melakukan kegiatan yang berdasarkan dari pengalaman orang lain atau rumor saja.

“Jadi ini baik keluarga ataupun pasiennya jangan melakukan sesuatu tuh berdasar ‘kata orang ini bagus, kata orang ini manfaatnya besar’. Manfaatkan teknologi baca yang dan cari tahu kebenarannya. Lalu jika pada saat berkonsultasi ke dokter siapkan daftar pertanyaan sehingga hal- hal yang membuat penasaran seputar kondisi kesehatannya bapak ibu bisa dapat jawabannya dari orang yang benar,” kata Andhika.

Terakhir ia pun berpesan untuk mencegah semakin meningkatnya angka kasus penyakit kanker, masyarakat diminta untuk tetap menjaga gaya hidup dan pola makan yang sehat dan seimbang.

Di Indonesia, kanker paling sering timbul karena gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dan teratur.

“Jangan stres, kita harus selalu berpikiran positif. Jika ternyata setelah diperiksa benar kanker, maka kita harus terus berpikiran positif bahwa setelah pengobatan kita pasti kembali pulih dan sehat. Kedua jangan lupa tetap beraktivitas fisik secukupnya, pastikan berat badan anda bisa terjaga dengan ideal. Ketiga terus konsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang, kalau di tengah pandemi seperti saat ini konsumsi juga makanan yang meningkatkan imun tubuh dengan makanan mengandung protein tinggi,” katanya.

ANTARA NEWS

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno