Pemerintah Fokus Tangani Kanker Serviks di Indonesia
Ilustrasi kanker seviks (ANTARA/Pexels/Anna Tarazevich) |
JAKARTA - Kanker serviks menjadi sorotan utama pemerintah Indonesia dalam upaya menangani masalah kesehatan yang serius.
Menurut data dari Indonesia Society of Gynecologic Oncology (INASGO) periode 2022-2023, kanker serviks mendominasi proporsi kasus kanker yang umum dijumpai, mencapai sekitar 62 persen.
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Subspesialis Onkologi dari Rumah Sakit PELNI, Yuri Feharsal, menegaskan bahwa penanganan kanker serviks menjadi prioritas dalam eliminasi kanker di Indonesia.
"Kanker serviks merupakan kanker yang paling umum di Indonesia, menyumbang sekitar 62 persen dari semua kasus kanker reproduksi yang terjadi."
"Sayangnya, mayoritas kasus ini terdeteksi pada stadium lanjut," ungkap Yuri dalam sebuah diskusi daring pada Sabtu.
Biaya pengobatan kanker serviks cenderung meningkat karena proses pembedahan yang memakan waktu dan sumber daya yang besar, mulai dari peralatan medis hingga perawatan pascaoperasi.
Pasien juga sering mengalami komplikasi jangka panjang yang memerlukan perawatan intensif, seperti masalah berkemih, yang pada akhirnya menimbulkan beban finansial yang signifikan bagi negara.
Meskipun kanker serviks merupakan jenis kanker organ reproduksi yang paling umum di Indonesia, kesadaran akan pentingnya pencegahan masih belum optimal.
Banyak kasus kanker serviks terdeteksi pada stadium lanjut, yang membuat proses pengobatan menjadi lebih sulit dan meningkatkan risiko kekambuhan.
"Tata laksana kanker serviks di stadium lanjut umumnya melibatkan radioterapi dan kemoterapi, yang membutuhkan modalitas canggih dan meningkatkan biaya pengobatan secara signifikan," jelas Yuri.
Program pencegahan kanker serviks menjadi bagian integral dari rencana aksi nasional Kementerian Kesehatan dengan tujuan mempercepat eliminasi penyakit ini.
Program ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pencegahan, edukasi, evaluasi program, penelitian, hingga pengelolaan kebijakan.
Salah satu langkah yang direncanakan adalah integrasi program pencegahan kanker serviks ke dalam program kesehatan masyarakat yang telah ada.
Dengan upaya yang terkoordinasi dan konsisten, diharapkan penanganan kanker serviks dapat menjadi lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.