Jumat, 09 Agustus 2024
Senin, 11 Maret 2024
Laporan UNRWA: Israel Intimidasi Beberapa Karyawan agar Akui Terkait dengan Hamas
Seorang perempuanPalestina dan seorang anak melihat lokasi serangan udara Israel di sebuah gedung di Rafah di selatan Jalur Gaza, 9 Maret 2024. (Foto: Reuters) |
Warga Palestina menunggu bantuan kemanusiaan dijatuhkan oleh Angkatan Udara AS di Kota Gaza, Jalur Gaza, pada Sabtu, 9 Maret 2024. (Foto: AP) |
Operasi dalam Krisis
Seorang pekerja UNRWA mendorong gerobak di kamp pengungsi Aida di Betlehem di Tepi Barat yang diduduki Israel, 5 Februari 2024. (Foto: REUTERS/Mussa Qawasma) |
Interogasi
Seorang tentara Israel berlari ke dalam lubang yang membuka jalan masuk terowongan kecil ke kompleks UNRWA, Gaza, Kamis, 8 Februari 2024. (Foto: AP) |
Penutupan UNRWA
Senin, 29 Januari 2024
Tuduhan Israel Picu Negara Barat Hentikan Pendanaan UNRWA
Pengungsi Palestina menerima bantuan makanan di kantor UNRWA di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Minggu (28/1). |
Menteri Luar Negeri Israel Ajak Negara-Negara Hentikan Pendanaan UNRWA
Anak-anak mengamati puing-puing bangunan yang dihancurkan oleh Israel dalam pengeboman di Rafah, Gaza, Sabtu, 27 Januari 2024. (Foto: AFP) |
Sabtu, 27 Januari 2024
Kecaman Jokowi Terhadap Pernyataan PM Israel
Presiden Jokowi (Foto: BPMI Setpres) |
Antony Blinken Minta Perlindungan Warga Sipil di Gaza, Serangan Israel di Gaza: 20 Orang Tewas dan 150 Cedera
Warga Palestina berdiri di tengah puing-puing masjid dan bangunan yang runtuh akibat pemboman Israel di sekitar kota Rafah di selatan Jalur Gaza pada 24 Januari 2024. (Foto: AFP) |
Jumat, 26 Januari 2024
Afrika Selatan Tuntut Israel di ICJ atas Serangan Gaza
Dengar pendapat publik mengenai kasus genosida Afrika Selatan terhadap Israel dimulai di ICJ di Den Haag, Belanda, pada 11 Januari 2024. ANTARA/Dursun Aydemir-Anadolu |
Kamis, 16 Februari 2023
Indonesia Kecam Keras Pengumuman Israel Bangun Permukiman Baru Yahudi di Tepi Barat
Selasa, 14 Februari 2023
Tentang Perombakan Sistem Peradilan, Puluhan Ribu Warga Israel Berunjuk Rasa di Parlemen
ISRAEL - Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan untuk memprotes rencana perombakan sistem peradilan yang diusulkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Kritikus menilai rencana itu akan menjadikan Israel negara diktator.
Puluhan ribu warga Israel berunjuk rasa, Senin (13/2) di depan gedung parlemen Israel (Knesset), Yerusalem, untuk menentang rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu merombak sistem peradilan di negara itu. Mereka mengibarkan bendera Israel sambil meniup terompet dan meneriakkan kata “demokrasi” dan “tidak pada kediktatoran” dalam unjuk rasa tersebut.
Kepada kantor berita Associated Press, Eliad Shraga, ketua Gerakan untuk Pemerintahan Berkualitas, kelompok masyarakat sipil yang mengorganisir unjuk rasa itu, mengatakan bahwa mereka berkumpul untuk mendukung Mahkamah Agung Israel dan memberi peringatan kepada Knesset.
“Kami datang untuk berunjuk rasa menentang sebuah rancangan undang-undang yang sangat agresif, yang akan mengubah Israel dari negara demokrasi liberal menjadi negara diktator fasis. Rakyat [Israel] tidak siap dan tidak mau menerima perdana menteri, yang seorang terdakwa, mencoba melarikan diri dari proses peradilan dan, demi kepentingannya, mencoba mengubah seluruh sistemnya, untuk merusak cabang peradilan, merusak Mahkamah Agung,” jelasnya.
Mantan perdana menteri Israel Yair Lapid dan Ehud Olmert ikut berunjuk rasa.
Dalam orasinya, Lapid, yang memimpin pihak oposisi, mengatakan, “Kita tidak akan bersembunyi di rumah ketika mereka mencoba mengubah Negara Israel menjadi negara diktator yang kelam dan membungkam kita. Mereka tidak akan menutup mulut kita.”
Netanyahu, yang saat ini diadili atas tuduhan korupsi yang dibantahnya, mengatakan bahwa perubahan itu diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan di dalam sistem peradilan dan mengekang para hakim aktivis yang telah melampaui batas kewenangan mereka dalam mencampuri urusan politik.
Rancangan undang-undang, yang akan memberi Netanyahu wewenang lebih besar untuk menunjuk hakim dan melemahkan kemampuan Mahkamah Agung dalam membatalkan legislasi atau regulasi yang bertentangan dengan cabang eksekutif pemerintahan, telah memicu gelombang demonstrasi di seantero Israel selama berminggu-minggu.
Pada Senin (13/2), setelah pemungutan suara, Komite Konstitusi Knesset memilih untuk mengirim bab pertama RUU tersebut ke sidang pleno untuk pemaparan pertama. Itu dilakukan setelah pada awal pertemuan, sebelum pemungutan suara, para anggota saling adu argumen dan berteriak, di mana beberapa anggota diusir secara paksa dengan teriakan “memalukan, memalukan.”
RUU itu telah mengungkap perpecahan mendalam dalam masyarakat Israel, mengadu kekuatan ekonomi dan sebagian kalangan yang lebih liberal dengan para pendukung Netanyahu dan sekutu koalisi keagamaan dan nasionalis sayap kanannya.
Menanggapi unjuk rasa di gedung parlemen, Netanyahu merilis sebuah video hari Senin. Ia menuduh lawan politiknya menghasut dan “sengaja menyeret negara ke dalam anarki.”
Namun ia juga mengisyaratkan kemungkinan kompromi.
“Saya mengimbau kepada para pemimpin oposisi: hentikan. Berhenti dengan sengaja menyeret negara ini ke dalam anarki. Kendalikan diri Anda, tunjukkan rasa tanggung jawab dan kepemimpinan, karena Anda melakukan yang sebaliknya. Satu lagi, sebagian besar warga Israel tidak menginginkan anarki. Mereka menginginkan dialog yang substantif dan pada akhirnya mereka ingin persatuan,” jelasnya.
Kritikus mengatakan RUU tersebut berisiko menghancurkan mekanisme check and balances atau prinsip pemisahan kekuasaan dalam negara demokrasi, serta mengisolasi Israel dari dunia internasional karena pelemahan sistem peradilan, menyerahkan kekuasaan tak terkendali kepada cabang eksekutif dan membahayakan hak asasi manusia dan kebebasan sipil.
Pada Minggu (12/2) malam, dalam intervensi yang jarang terjadi, kepala negara Israel, Presiden Isaac Herzog, tampil di televisi menyampaikan permohonan untuk mencapai mufakat. Ian mengatakan bahwa amarah dan kekecewaan telah membuat Israel berada di ambang “keruntuhan konstitusional dan sosial.” [rd/ka]
Oleh: Voa Indonesia
Editor: Yakop
Senin, 11 April 2022
Jet Tempur Israel Melancarkan Serangan Ke Latakia Suriah - Pusat Rekonsiliasi Rusia
Ilustrasi. Jet tempur Israel melancarkan serangan ke Latakia Suriah - pusat rekonsiliasi Rusia. |
BorneoTribun Jakarta -- Empat jet tempur F-16 Israel menembakkan lima rudal ke sasaran di provinsi Latakia Suriah dari wilayah udara Lebanon. Rudal-rudal itu dicegat oleh pertahanan udara Suriah.
Hal tersebut dikatakan Oleg Zhuravlev, wakil kepala Pusat Rekonsiliasi Rusia dari Pihak-pihak yang Berlawanan di Suriah, Minggu (10/4) kemarin.
"Dari pukul 18:45 hingga 18:52 waktu setempat pada 9 April, empat jet tempur taktis F-16 angkatan udara Israel menembakkan lima peluru kendali ke fasilitas di wilayah provinsi Latakia Suriah," katanya.
Menurut Zhuravlev, sistem pertahanan udara Suriah menghancurkan tiga rudal.
Dia juga mengatakan bahwa dua tentara Suriah tewas dan satu lagi terluka akibat tembakan penembak jitu yang dilakukan oleh teroris dari Jdar al-Gab di posisi pasukan pemerintah di dekat pemukiman Dadih.
Pusat rekonsiliasi Rusia terus memenuhi tugas yang diberikan setelah selesainya kampanye militer di Suriah.
Petugas pusat secara teratur melakukan perjalanan di sekitar wilayah negara yang dibebaskan untuk menilai situasi kemanusiaan.
Upaya utama militer Rusia kini difokuskan pada bantuan kepada para pengungsi yang kembali ke rumah mereka dan evakuasi warga sipil dari zona de-eskalasi.
(YK/ER)
Senin, 28 Februari 2022
Rusia: Israel Tawarkan Diri Tengahi Krisis Ukraina
Asap mengepul dari tank Rusia yang dihancurkan oleh pasukan Ukraina di sisi jalan di wilayah Lugansk pada 26 Februari 2022. (Foto: AFP) |
BorneoTribun.com - Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, Minggu (27/2), menawarkan diri untuk menjadi mediator untuk menengahi permusuhan Moskow. Kremlin mengatakan tawaran itu muncul dalam percakapan melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Tawaran itu terjadi menyusul permintaan Ukraina kepada Israel selama berbulan-bulan untuk menjadi perantara. Israel memiliki hubungan baik dengan Moskow dan Kyiv, dan Bennett secara terbuka telah menahan diri untuk memberikan komentar tentang pertempuran di Ukraina.
Seorang pejabat Israel mengatakan Bennett mengatakan kepada Putin bahwa Israel "siap membantu kapan saja, dan seperti yang diminta, untuk membantu menyelesaikan krisis dan mendekatkan kedua pihak."
Sementara menteri luar negeri Israel telah menggemakan kecaman Barat atas invasi Rusia ke Ukraina, Bennett memilih tidak berkomentar. Israel waspada terhadap bentrokan dengan Moskow, yang memiliki kekuasaan militer atas tetangganya Suriah.
Pernyataan Kremlin mengutip Putin yang mengatakan bahwa Rusia siap untuk mengadakan pembicaraan dengan Ukraina di Belarus, tetapi pihak Ukraina "tidak mengambil kesempatan itu." Minsk selaras dengan Moskow. Ukraina sejauh ini menolak mengadakan pembicaraan di Belarus, tetapi tetap membuka pintu untuk hal tersebut.
Israel adalah tempat bagi ratusan ribu imigran dari Rusia dan Ukraina. [ah]
Oleh: VOA Indonesia
Senin, 23 Agustus 2021
Israel Dapati Booster Vaksin COVID-19 Sangat Mengurangi Risiko Infeksi
Israel Dapati Booster Vaksin COVID-19 Sangat Mengurangi Risiko Infeksi. |
Rabu, 30 Juni 2021
Israel Resmi Buka Kedutaan Besar di Uni Emirat Arab
Israel Resmi Buka Kedutaan Besar di Uni Emirat Arab. |
Sabtu, 19 Juni 2021
Serangan Israel Terhadap Hamas Mengancam Gencatan Senjata
Ilustrasi Gambar iStock. |
Anggota tim olahraga Bar Woolf Gaza tampil dengan api di atas reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel baru-baru ini, di Beit Lahia, pada 26 Mei 2021. (Foto: AFP) |
Senin, 24 Mei 2021
Hizbullah Peringati Penarikan Mundur Israel dari Lebanon
Ribuan warga Palestina di Lebanon melambaikan bendera Palestina pada aksi mendukung Palestina di Beirut, Lebanon (18/5) lalu. |
BorneoTribun Internasional - Pendukung Hizbullah hari Minggu (23/5) memperingati berakhirnya pertempuran di Gaza baru-baru ini dan sekaligus 21 tahun penarikan pasukan Israel dari Lebanon Selatan, dengan pawai di perbatasan Lebanon dan Israel.
Para pejuang dan pendukung kelompok militan itu berkumpul di pagar perbatasan yang menghadapi ke kota Metula, Israel. Mereka melambai-lambaikan bendera Palestina dan spanduk Hizbullah yang berwarna kuning terang, sambail meneriakkan slogan-slogan.
Kendaraan-kendaraan pasukan penjaga perdamaian PBB tampak berpatroli di kawasan itu selama acara pawai tersebut.
Anggota parlemen Lebanon dari blok Hizbullah, Ali Fayyad, menyamakan konflik di Gaza itu dengan konflik bersejarah Lebanon dan Israel, khususnya pada “siklus pencegahan dan penangkisan”
“Tidak ada keraguan lagi bahwa apa yang terjadi di Palestina merupakan peristiwa besar dan dalam beberapa hal menunjukkan apa yang telah dialami Lebanon selama bertahun-tahun. Sekarang ini merupakan hal normal di Palestina untuk melakukan hal-hal terakit keseimbangan dan penangkalan serupa dengan yang kami lalui. Saya ingat pada Juli 1983 dan April 1996, menuju pembebasan pada tahun 2000.”
Pasukan Israel ditarik dari Lebanon Selatan pada tahun 2000 setelah pendudukan selama 18 tahun sejak perang tahun 1982. [em/jm]
Oleh: VOA
Minggu, 23 Mei 2021
Usai Genjatan Senjata, Ini Langkah Menhan Israel
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz. |
BorneoTribun Internasional -- Usai genjatan senjata, ini langkah Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz.
Dia mengatakan akan melakukan tindakan politik untuk memulai gerakan jangka panjang.
Hal ini untuk melemahkan ekstremis dan memperkuat hubungan kaum moderat.
"Genjatan senjata telah terjadi usai desakan dari berbagai negara," ungkapnya.
Diketahui, sedikitnya 230 warga Palestina dan 12 Warga Israel telah menjadi korban.
"Pada titik ini kampanye militer telah berakhir, dan waktunya telah tiba untuk aksi politik. Direruntuhan rumah anggota senior Hamas dan reruntuhan terowongan sepanjang lebih dari 100 km ini, akan menjadi tugas kita untuk membangun realitas yang berbeda." tutupnya.
Reporter: Er