Berita Borneotribun.com: Hamas Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Hamas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hamas. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Januari 2024

Adina Moshe Berbagi Pengalaman Selama Ditawan Hamas

Warga Palestina membawa sandera Adina Moshe dari rumahnya di Kibbutz Nir Oz menuju Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. (Foto: AP)
Warga Palestina membawa sandera Adina Moshe dari rumahnya di Kibbutz Nir Oz menuju Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. (Foto: AP)
JAKARTA - Adina Moshe, seorang perempuan Israel berusia 72 tahun yang ditawan oleh militan Hamas selama hampir 50 hari, memberikan kesaksiannya kepada saluran televisi Israel Channel 12. 

Dia mengungkapkan pengalamannya yang menakutkan selama masa tawanan, termasuk pertemuannya dengan pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, Yehya Sinwar.

Moshe menjelaskan bahwa dia ditahan pada 7 Oktober setelah rumahnya di Kibbutz Nir Oz diserbu oleh militan Hamas, yang juga menembak suaminya hingga tewas. 
Dia kemudian dibawa ke Gaza dengan motor bersama dua anggota militan bersenjata, yang memaksa dia melepaskan perhiasan dan kacamata yang dipakainya.

Setelah perjalanan panjang, Moshe dan sejumlah sandera lainnya tiba di jaringan terowongan Hamas yang gelap dan lembab. 

Mereka diarahkan ke sebuah ruangan rahasia di bawah tanah, di mana mereka diberi tahu bahwa mereka akan dibebaskan dalam waktu yang belum ditentukan.

Pernyataan Moshe muncul saat upaya sedang dilakukan untuk mencapai kesepakatan baru yang dapat membebaskan sisa-sisa sandera yang masih ditawan. 

Dia berbagi bahwa selama masa tawanan, mereka mendengarkan informasi yang diberikan oleh sesama sandera, namun menunggu dengan harapan akan pembebasan dari Israel.

"Halo. Bagaimana kabarmu? Semuanya baik-baik saja?" kata Sinwar kepada Moshe dalam bahasa Ibrani, yang dia pelajari selama ditahan di Israel. Moshe menceritakan bahwa mereka hanya diam dan menundukkan kepala sebagai tanggapan.

Keterangan Moshe memberikan gambaran baru tentang kondisi sulit yang dialami para sandera selama disandera oleh Hamas. 

Ini juga terjadi ketika upaya dilakukan untuk mencapai kesepakatan pembebasan lebih lanjut sebagai bagian dari gencatan senjata sementara.

"Mereka mengatakan kepada kami bahwa itu adalah hal pertama yang akan dilakukan oleh Israel," ujarnya, menunjukkan rasa harapan mereka akan pembebasan.

Sabtu, 19 Juni 2021

Serangan Israel Terhadap Hamas Mengancam Gencatan Senjata

Serangan Israel Terhadap Hamas Mengancam Gencatan Senjata
Ilustrasi Gambar iStock.

BORNEOTRIBUN.COM - Pesawat Israel menyerang lokasi-lokasi Hamas di Gaza pada Kamis (17/6) malam setelah bom-bom balon diluncurkan dari wilayah kantong Palestina, untuk kedua kalinya pekan ini, sejak gencatan senjata yang rapuh mengakhiri 11 hari pertempuran maut bulan lalu.

Kekerasan ini merupakan ujian awal bagi pemerintahan perdana menteri baru Israel Naftali Bennett, yang koalisinya mulai berkuasa pada hari Minggu yang lalu dengan janji akan berfokus pada isu-isu sosial ekonomi dan menghindari pilihan kebijakan sensitif terhadap Palestina.

Gencatan senjata yang ditengahi Mesir yang menghentikan pertempuran antara Israel dan militan Gaza tampaknya tidak terancam langsung oleh serangan ini. Situasi tenang pada pagi hari setelah serangan udara Israel pada Kamis malam.

Anggota tim olahraga Bar Woolf Gaza tampil dengan api di atas reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel baru-baru ini, di Beit Lahia, pada 26 Mei 2021. (Foto: AFP)

Tidak ada laporan mengenai korban pada salah satu pihak.

Kekerasan pada Rabu (16/6) dan Kamis (17/6) malam itu menyusul pawai di Yerusalem Timur pada hari Selasa (15/6) yang dilakukan kelompok-kelompok ekstrem kanan Israel, yang mengundang ancaman pembalasan oleh Hamas, kelompok militan yang berkuasa di Gaza.

Pekerja memindahkan puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel, di Kota Gaza, Selasa, 15 Juni 2021. Bangunan itu rusak bulan lalu selama perang 11 hari antara Israel dan kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza. (Foto: AP)

Militer Israel menyatakan pesawatnya menyerang kompleks Hamas yang dipersenjatai di Gaza.

Militer menyatakan serangan-serangan itu dilakukan sebagai tanggapan atas peluncuran balon-balon yang bermuatan bahan pembakar. Dinas pemadam kebakaran Israel menyatakan bom balon itu menyebabkan lebih dari 20 kebakaran di lahan terbuka di komunitas-komunitas dekat perbatasan Gaza sejak Selasa.

Radio Militer Israel pada hari Rabu (16/6) melaporkan, Israel telah memberitahu para mediator Mesir bahwa keterlibatan langsung HAMAS dalam peluncuran balon itu akan membahayakan pembicaraan gencatan senjata jangka panjang. Para pejabat Israel tidak segera mengukuhkan laporan itu. [uh/ab]

Oleh: VOA

Minggu, 16 Mei 2021

Israel Bom Rumah Pemimpin Hamas di Gaza

Israel Bom Rumah Pemimpin Hamas di Gaza
Asap mengepul dari serangan udara Israel di kompleks Hanadi di Kota Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, pada 11 Mei 2021. (Foto: AFP/Mohammed Abed)

BorneoTibun Internasional -- Israel mengebom rumah pemimpin Hamas di Gaza Minggu pagi (16/5), sementara kelompok militan itu meluncurkan sejumlah roket ke Tel Aviv. Pertikaian antara pasukan Israel dan militan Palestina itu memasuki hari ketujuh tanpa tanda-tanda akan mereda.

Sedikitnya empat warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di daerah kantong pantai, kata para pejabat kesehatan. Banyak orang terluka, sementara suara bombardir terdengar semalaman.

Warga Israel berbondong-bondong memasuki tempat perlindungan sementara sirene yang memperingatkan datangnya roket pecah di Tel Aviv dan sebelah selatan kota Beersheba. Sekitar 10 orang terluka ketika lari menuju tempat perlindungan, kata paramedis.

Sedikitnya 149 orang tewas di Gaza sejak kekerasan dimulai pada Senin (10/5), termasuk anak-anak, kata para pejabat kesehatan. Israel telah melaporkan 10 tewas, termasuk dua anak.

Para utusan dari AS, PBB dan Mesir berusaha memulihkan ketertiban, tapi belum memperlihatkan tanda-tanda kemajuan. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu pada Minggu (16/5) untuk membahas kekerasan terburuk antara Israel dan Palestina dalam beberapa tahun.

Baik Israel dan Hamas berkeras mereka akan melanjutkan serangan lintas batas, sehari setelah Israel menghancurkan gedung 12 lantai di Kota Gaza yang ditempati media AS Associated Press dan media Qatar Al Jazeera. [vm/ft]

Oleh: VOA

Kamis, 13 Mei 2021

40 orang di Jalur Gaza dan Yerusalem tewas dalam pertempuran Hamas dan Israel

Peluncuran roket menuju Israel dari Kota Gaza, dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, pada 11 Mei 2021. (Foto: AFP/Mahmud Hams)

BorneoTribun Internasional -- Sedikitnya 40 orang di Jalur Gaza dan Yerusalem telah tewas dalam pertempuran antara Hamas dan pasukan keamanan Israel yang meningkat hari Rabu (12/5).

Israel meluncurkan serangan udara baru terhadap Gaza pada Rabu (12/5) pagi, menarget instalasi polisi dan keamanan. Sebuah bangunan tempat tinggal dan kantor berlantai banyak rusak berat akibat serangan itu. Tidak seorang pun berada di dalam bangunan itu pada waktu serangan udara.

Serangan sebelumnya pada hari Selasa (11/5), meratakan bangunan hunian beberapa tingkat yang juga dihuni beberapa kantor Hamas. Warga di gedung itu dan daerah sekitarnya diperingatkan untuk mengungsi sebelum bangunan itu dihancurkan.

Serangan udara itu, yang menurut pasukan militer Israel menarget lokasi-lokasi peluncuran roket, kantor-kantor intelijen dan rumah para pemimpin Hamas, telah menewaskan 35 orang di Gaza, termasuk 10 anak-anak, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Lebih dari 200 lainnya cedera akibat serangan udara itu.

Sementara itu, lima orang Israel tewas dalam serangan roket Hamas hari Selasa dan Rabu pagi, termasuk dua orang di kota Ashkelon. Hamas telah menembakkan ratusan roket ke arah kota Tel Aviv, Israel, dan sekitarnya sejak Senin, termasuk peluncuran 130 misil pada Selasa malam sebagai tanggapan atas penghancuran bangunan tinggi di Gaza.

Serangan maut dengan saling menembakkan roket dan serangan udara, pertempuran terbesar antara kelompok militan Palestina itu dan pasukan Israel sejak perang 2014 di Gaza, dipicu oleh kerusuhan yang kian besar terkait kontrol atas Yerusalem dan upaya-upaya pemukim Yahudi untuk mengambil alih komunitas yang dikuasai warga Arab.

Ketegangan meluas ke Tepi Barat, di mana ratusan warga di komunitas Arab di berbagai penjuru Israel melancarkan protes semalam menentang aksi pasukan keamanan Israel baru-baru ini terhadap warga Palestina.

Lebih dari 700 orang Palestina cedera dalam pertempuran di kota Yerusalem yang diperebutkan dan di berbagai penjuru Tepi Barat.

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, Selasa (12/5), mengatakan AS mengecam serangan roket oleh Hamas dan kelompok-kelompok teroris lainnya, dan mengatakan dukungan Presiden Joe Biden bagi keamanan Israel, atas hak sahnya untuk membela diri dan rakyatnya, merupakan hal mendasar dan tidak akan goyah.”

Ia menambahkan pemerintahan AS yang sekarang mendukung solusi dua negara bagi konflik puluhan tahun ini. [uh/ab]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno