Berita Borneotribun.com: Haiti Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Haiti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Haiti. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Agustus 2021

Istri Presiden Haiti: Pelaku Mengira Saya Sudah Mati

Istri Presiden Haiti: Pelaku Mengira Saya Sudah Mati
Istri Presiden Haiti: Pelaku Mengira Saya Sudah Mati. 

BorneoTribun Internasional -- Istri dari presiden Haiti yang dibunuh, sempat mendengarkan pembicaraan para pelaku bersenjata yang menyerbu rumahnya dan membunuh suaminya. 

Martine Moise menyampaikan hal itu dalam wawancara pertamanya sejak serangan yang membuatnya luka serius itu. 

Para pembunuh pada akhirnya menemukan yang mereka cari di kediaman Presiden Jovenel Moise dan kemudian mengecek apakah ibu negara masih hidup. 

"Ketika mereka pergi, mereka pikir saya sudah mati," katanya kepada New York Times (NYT), seperti dikutip oleh kantor berita AFP. 

Wawancara diterbitkan pada Jumat (30/7), beberapa minggu setelah peristiwa 7 Juli yang menimbulkan krisis baru di negara Karibia yang rentan itu. 

Martine selamat dan dilarikan ke Amerika Serikat (AS) untuk mendapat perawatan darurat. Di AS, dia berbicara kepada harian NYT sambil didampingi petugas keamanan, diplomat, dan keluarga. 

Moise bertanya-tanya apa yang terjadi pada 30 hingga 50 pria yang biasanya bertugas untuk menjaga suaminya di rumah. Tidak ada satupun dari penjaga itu yang tewas, ataupun terluka. 

"Hanya oligarki dan sistem yang bisa membunuhnya," katanya. 

Polisi Haiti telah menangkap kepala pasukan pengawal presiden (paspampres), serta sekitar 20 pembunuh bayaran asal Kolombia. 

Polisi mengatakan plot itu diorganisasi oleh satu kelompok Haiti dengan dukungan asing. [vm/ft]

VOA

Minggu, 18 Juli 2021

Tujuh Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Pernah Ikut Latihan Militer Amerika

Tujuh Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Pernah Ikut Latihan Militer Amerika
Tujuh Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Pernah Ikut Latihan Militer Amerika. 

BORNEO TRIBUN INTERNASIONAL - Setidaknya tujuh warga Kolombia yang ditangkap otoritas Haiti sehubungan pembunuhan Presiden Jovenel Moise pernah dilatih militer atau polisi Amerika.

Seorang pejabat Amerika, yang tidak mau disebut namanya karena sensitifnya penyelidikan, mengatakan kepada VOA Jumat bahwa ketujuh orang itu adalah anggota militer Kolombia ketika mereka mengikuti pelatihan di Amerika.

Pejabat itu mengatakan Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan terus meninjau catatan mereka untuk mencari tahu apakah ada tersangka lain dalam pembunuhan itu yang memiliki hubungan dengan Amerika.

“Tuduhan keterlibatan mereka dalam insiden ini sangat kontras dengan perilaku dan kinerja luar biasa dari ratusan ribu siswa militer asing yang telah mendapat manfaat dari program pelatihan pendidikan Amerika selama 40 tahun terakhir,” kata pejabat itu. 

Moise ditembak tewas pada dini hari 7 Juli di kediaman pribadinya di pinggiran kota Port-au-Prince.

Istrinya, Martine, terluka dalam serangan itu dan dalam pemulihan dari operasi di rumah sakit Miami, Florida. [ka/pp]

VOA

Minggu, 11 Juli 2021

Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya', dan Latar Belakang Para Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Mulai Terkuak

Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya', dan Latar Belakang Para Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Mulai Terkuak

Latar Belakang Para Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Mulai Terkuak


BORNEOTRIBUN INTERNASIONAL - Perincian baru telah muncul mengenai para tersangka pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise.

Di antara mereka yang ditahan adalah dua warga Amerika Serikat (AS) keturunan Haiti.

Salah seorang di antaranya pernah bekerja bersama aktor AS Sean Penn pasca gempa bumi 2010 yang menghancurkan di negara itu.


Polisi Haiti juga telah menahan atau menewaskan belasan bekas anggota militer Kolombia.

Sebagian tersangka ditangkap dalam sebuah penyerbuan di Kedutaan Taiwan dimana mereka diduga mengajukan suaka. 

Kepala Kepolisian Nasional Léon Charles mengatakan delapan tersangka lain masih buron.

Para pejabat Kolombia telah mengatakan para laki-laki itu direkrut oleh empat perusahaan dan datang ke Haiti lewat Republik Dominika.

Para tentara Kolombia yang pernah dilatih AS seringkali direkrut oleh perusahaan-perusahaan keamanan dan tentara bayaran di zona konflik karena pengalaman mereka dalam perang puluhan tahun melawan para pemberontak dan kartel narkoba.

Belum diketahui siapa yang mendalangi serangan itu. Dan belum diketahui bagaimana para pelaku bisa menembus kediaman presiden dengan berpura-pura sebagai agen-agen Badan Pemberantasan Narkoba AS.

Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya'



Para pelaku yang menembak mati Presiden Haiti Jovenel Moïse di kediamannya bertujuan "untuk membunuh mimpi, visi, ideologinya," menurut isterinya.

Itu adalah pernyataan publik pertama Martina Moise sejak penembakan hari Rabu (7/7) di pinggiran Port-au-Prince yang menyebabkan negara miskin di Karibia itu bergejolak.

Berbicara dari rumah sakit di Miami dimana dia dirawat karena luka-lukanya dalam serangan itu, Martine menceritakan rincian baru mengenai peristiwa itu.

"Dalam sekejap mata, tentara bayaran memasuki rumah saya dan menembaki suami saya dengan peluru ... bahkan tanpa memberinya kesempatan untuk mengucapkan sepatah kata pun," kata Martine dalam pernyataan audio berbahasa Kreol yang diposting ke Twitter pada hari Sabtu (10/7).

"Saya masih hidup, terima kasih kepada Tuhan," katanya, "tapi saya mencintai suami saya Jovenel. Kami berjuang bersama selama lebih dari 25 tahun. 

Selama waktu itu, cinta bersinar di dalam rumah. Tapi tiba-tiba, tentara bayaran datang dan menghujani suami saya dengan peluru.

"Kamu pasti kriminal terkenal tak bernyali karena membunuh seorang presiden seperti Jovenel Moïse dengan impunitas tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara," katanya, merujuk pada belasan orang yang ditangkap sejak serangan itu terjadi. 

Separuh pelakunya adalah mantan tentara Kolombia.

Polisi Haiti, yang masih memburu para tersangka lain dari kawanan beranggotakan 28 orang, mengatakan masih belum jelas siapa yang menyuruh mereka dan apa motifnya. [vm/ah/f]

VOA

Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya'

Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya'
Jovenel Moise berbicara kepada media di samping istrinya Martine setelah memenangkan pemilihan presiden 2016, di Port-au-Prince, Haiti. (Foto: REUTERS/Jeanty Junior Augustin)

BORNEOTRIBUN INTERNASIONAL - Para pelaku yang menembak mati Presiden Haiti Jovenel Moïse di kediamannya bertujuan "untuk membunuh mimpi, visi, ideologinya," menurut isterinya.

Itu adalah pernyataan publik pertama Martina Moise sejak penembakan hari Rabu (7/7) di pinggiran Port-au-Prince yang menyebabkan negara miskin di Karibia itu bergejolak.

Berbicara dari rumah sakit di Miami dimana dia dirawat karena luka-lukanya dalam serangan itu, Martine menceritakan rincian baru mengenai peristiwa itu.

"Dalam sekejap mata, tentara bayaran memasuki rumah saya dan menembaki suami saya dengan peluru ... bahkan tanpa memberinya kesempatan untuk mengucapkan sepatah kata pun," kata Martine dalam pernyataan audio berbahasa Kreol yang diposting ke Twitter pada hari Sabtu (10/7).

"Saya masih hidup, terima kasih kepada Tuhan," katanya, "tapi saya mencintai suami saya Jovenel. Kami berjuang bersama selama lebih dari 25 tahun. 

Selama waktu itu, cinta bersinar di dalam rumah. Tapi tiba-tiba, tentara bayaran datang dan menghujani suami saya dengan peluru.


"Kamu pasti kriminal terkenal tak bernyali karena membunuh seorang presiden seperti Jovenel Moïse dengan impunitas tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara," katanya, merujuk pada belasan orang yang ditangkap sejak serangan itu terjadi. 

Separuh pelakunya adalah mantan tentara Kolombia.

Polisi Haiti, yang masih memburu para tersangka lain dari kawanan beranggotakan 28 orang, mengatakan masih belum jelas siapa yang menyuruh mereka dan apa motifnya. [vm/ah]

VOA

Amerika Kirim Pejabat FBI dan Keamanan Dalam Negeri Untuk Bantu Haiti

Amerika Kirim Pejabat FBI dan Keamanan Dalam Negeri Untuk Bantu Haiti
Amerika Kirim Pejabat FBI dan Keamanan Dalam Negeri Untuk Bantu Haiti.

BORNEO TRIBUN - Pemerintah Biden mengirim pejabat senior Biro Penyidik Federal FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri DHS ke Ibu Kota Port-au-Prince, menjawab permintaan pemerintah Haiti untuk memberikan bantuan keamanan dan penyelidikan pasca pembunuhan Presiden Jovenel Moise. 

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki pada Jumat (9/7) mengatakan pada wartawan bahwa sejumlah pejabat Amerika akan “mengkaji situasi dan bagaimana kami dapat membantu.” 

Ditambahkannya, “Amerika masih melakukan konsultasi erat dengan mitra-mitra internasional dan di Haiti untuk mendukung rakyat Haiti pasca pembunuhan presiden itu.”  

Haiti berada dalam kekacauan sejak Moise ditembak mati di kediaman pribadinya, Rabu (7/7) dini hari. Pejabat-pejabat Haiti telah meminta bantuan Amerika untuk menjaga keamanan dan membantu penyelidikan untuk menemukan mereka yang bertanggungjawab atas pembunuhan itu.

Duta Besar Haiti Untuk Amerika Bocchit Edmond telah mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri Amerika Anthony Blinken, meminta dijatuhkannya sanksi terhadap mereka yang terlibat dalam kejahatan itu. 

“Selanjutnya kami meminta pemerintahan Biden untuk menjatuhkan sanksi berdasarkan UU Magnitsky Global terhadap semua pelaku yang secara langsung bertanggungjawab atau membantu dan bersekongkol dalam eksekusi pembunuhan Presiden Moise.  

Kami berharap dapat bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika di Port-au-Prince saat mencari kebenaran dan keadilan bagi Presiden Moise dan rakyat Haiti,” demikian petikan surat tersebut. 

Psaki mengatakan Haiti tahun ini sedianya menerima bantuan bernilai 75,5 juta dolar dari Amerika, untuk menjalankan “pemerintahan yang demokratis, layanan kesehatan, pendidikan, pembangunan pertanian, penguatan kegiatan pra-pemilu, penguatan perdamaian, dan penegakan hukum.” 

Ditambahkannya, memperkuat “kapasitas penegakan hukum” tetap menjadi prioritas utama Amerika.

Pemerintahan Biden telah mengalokasikan sekitar lima juta dolar untuk pasukan Kepolisian Nasional Haiti PNH, yang telah menerima bantuan dari Biro Urusan Penegakan Hukum dan Narkotika Internasional di Departemen Luar Negeri Amerika.

Anggaran itu akan digunakan untuk mengatasi kekerasan antar geng. Dalam beberapa tahun terakhir ini Kepolisian Haiti telah dikecam karena pelanggaran HAM, korupsi dan salah urus sumber daya.

Di bidang imigrasi, Psaki mengatakan Amerika telah memperpanjang Status Perlindungan Sementara TPS untuk warga Haiti yang saat ini tinggal di Amerika dan telah memenuhi syarat.

Keputusan itu diumumkan oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas bulan Mei lalu.

Untuk membantu Haiti mengatasi lonjakan Covid-19 sejak bulan lalu, Psaki mengatakan Amerika berencana mengirimkan vaksin virus corona ke Haiti “paling cepat minggu depan.” 

Bandara Haiti ditutup beberapa jam setelah pembunuhan presiden ketika aparat penegak hukum berupaya memotong rute pelarian para tersangka.

Psaki mengatakan pengiriman vaksin akan tergantung pada status bandara. [em/ah]

VOA

Sabtu, 10 Juli 2021

Siapa Tersangka Pembunuh Presiden Haiti?

Siapa Tersangka Pembunuh Presiden Haiti?
Siapa Tersangka Pembunuh Presiden Haiti?.

BORNEOTRIBUN - Kepolisian Kolumbia mengatakan beberapa warga negaranya yang terlibat dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise direkrut oleh empat perusahaan dan melakukan perjalanan ke negara di Karibia itu dalam dua kelompok, melalui Republik Dominika.

Kepolisian Nasional Haiti Leon Charles mengatakan 17 tersangka telah ditangkap dalam pembunuhan itu.

Dalam konperensi pers di Ibu Kota Bogota, Jendral Jorge Luis Vargas Valencia, mengatakan empat perusahaan telah terlibat dalam “merekrut, mengumpulkan orang-orang” yang terlibat dalam pembunuhan ini, meskipun ia tidak mengidentifikasi perusahaan-perusahaan itu karena namanya sedang diverifikasi. 

Dua tersangka melakukan perjalanan ke Haiti melalui Panama dan Republik Dominika, ujar Vargas.

Sementara kelompok kedua yang terdiri dari 11 orang tiba di Haiti pada tanggal 4 Juli melalui Republik Dominika.

Vargas menjanjikan kerja sama penuh Kolumbia setelah Haiti mengatakan sekitar enam tersangka, termasuk dua dari tiga yang tewas, adalah pensiunan personil tentara Kolumbia yang dilatih Amerika. 

Tentara Kolumbia banyak direkrut oleh perusahaan keamanan swasta di zona konflik dunia karena pengalaman mereka dalam memerangi pemberontak sayap kiri dan kartel narkoba.

Istri seorang mantan tentara Kolumbia yang ditahan mengatakan ia direkrut oleh sebuah perusahaan keamanan untuk melakukan perjalanan ke Republik Dominika Juni lalu.

Perempuan, yang diidentifikasi hanya sebagai Yuli ini, mengatakan kepada Radio W Kolumbia bahwa suaminya, Fransisco Uribe, telah disewa seharga $2.700 dolar oleh sebuah perusahaan bernama CTU, untuk melakukan perjalanan ke Republik Dominika. Di sana ia diberitahu bahwa ia akan memberi perlindungan pada beberapa orang keluarga kuat.

Yuli terakhir kali berbicara dengan suaminya pada pukul 22.00 waktu setempat pa hari Rabu (7/7), hampir sehari setelah pembunuhan Moise, dan ia sedang berjaga-jaga di sebuah rumah di mana ia dan beberapa orang lainnya tinggal. “Keesokan harinya ia menulis pesan yang mengisyaratkan perpisahan,” ujar perempuan itu.

“Mereka buron. Mereka telah diserang. Itu kontak terakhir yang saya punya.” Perempuan itu mengatakan ia hanya tahu sedikit tentang kegiatan suaminya dan tidak menyadari bahwa Uribe bahkan telah melakukan perjalanan ke Haiti.

Uribe sedang diselidiki atas dugaan perannya dalam pembunuhan di luar proses hukum oleh tentara Kolumbia lebih dari sepuluh tahun lalu.

Catatan pengadilan Kolumbia menunjukkan ia dan beberapa tentara lain pada tahun 2008 dituduh membunuh seorang warga sipil, yang kemudian mereka coba klaim sebagai penjahat yang tewas dalam pertempuran.

Selain warga Kolumbia itu, di antara mereka yang ditahan polisi adalah dua warga Amerika keturunan Haiti, yang digambarkan sebagai penerjemah bagi para penyerang.

Beberapa tersangka ditangkap dalam penggerebekan di Kedutaan Besar Taiwan di mana mereka diyakini mencari perlindungan. [em/ah]

VOA

PBB: Kerusuhan di Haiti Perburuk Krisis Kemanusiaan

PBB: Kerusuhan di Haiti Perburuk Krisis Kemanusiaan
Juru bicara PBB, Stéphane Dujarric.

BORNEOTRIBUN - Juru bicara PBB, Stephane Dujarric hari Jumat (9/7) mengatakan seorang utusan khusus badan dunia itu telah menghubungi para pemimpin Haiti untuk menyerukan dicapainya “kompromi politik inklusif guna menjaga stabilitas dan memetakan jalan ke depan.” 

Pernyataan ini disampaikan dua hari setelah pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise oleh sejumlah tersangka tentara bayaran.

“Utusan Khusus Sekjen PBB Helen La Lime telah menghubungi para pemimpin Haiti dan tokoh-tokoh lain yang berselisih di sana untuk menekankan perlunya mencapai kompromi politik yang inklusif guna menjaga stablitas dan memetakan jalan ke depan bagi Haiti. Solusi untuk tantangan Haiti akan datang dari Haiti sendiri. Kami terus mendukung Haiti dan rakyatnya.” 

Dujarric menambahkan penerbangan bantuan kemanusiaan telah dibatalkan minggu ini karena masalah keamanan. Lebih jauh Dujaric mengatakan akibat pembunuhan itu, upaya mengatasi lonjakan kasus virus corona menjadi berisiko.

“Situasi ini juga mengancam upaya memberikan bantuan kemanusiaan, khususnya makanan dan air bersih, pada orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang lebih aman karena serangan-serangan kelompok kriminal. Beberapa penerbangan bantuan 'UN Humanitarian Air Service' pada tanggal 7 dan 8 Juli telah dibatalkan dan Departemen Keamanan dan Keselamatan PBB telah membatasi perjalanan darat staf kemanusiaan PBB," ujarnya.

Ia menambahkan, bahwa anggota-anggota Humanitarian Country Team sedang mengkaji kesiapsiagaan dan rencana kontijensi.

Organisasi Migrasi Internasional IOM dan mitra-mitra kemanusiaan kami memperkirakan, hingga 4 Juli lalu sekitar 18.000 orang terpaksa mengungsi dari daerah metropolitan Port-au-Prince.

Dari jumlah itu 14.700 orang telah mengungsi sejak pecahnya bentrokan antar kelompok pada awal Juni.

Mitra-mitra kami untuk urusan kemanusiaan sedang merancang strategi dan anggaran untuk mendukung strategi itu.

Pihak berwenang Haiti telah menangkap lebih banyak tersangka dalam insiden pembunuhan Presiden Jovenel Moise, dengan menyerbu Kedutaan Besar Taiwan di mana beberapa tersangka diyakini berlindung di sana.

Dua warga Amerika keturunan Haiti dan sejumlah mantan tentara Kolombia yang diduga terkait dengan plot itu juga telah ditangkap.

Kepala Polisi Nasional Haiti Leon Charles mengatakan secara keseluruhan 17 orang telah ditahan dan 8 lainnya sedang dicari. [em/pp]

VOA

Lebih dari 12 tersangka ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise

Lebih dari 12 tersangka ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise
Lebih dari 12 tersangka ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise.

BORNEOTRIBUN INTERNASIONAL -- Lebih dari 12 tersangka telah ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, kata para pejabat pada Kamis malam (8/7).

Pihak berwenang Haiti menyebut satu tim pembunuh bersenjata berat yang terdiri dari 28 “tentara bayaran”, terlibat dalam pembunuhan Moise di kediaman pribadinya di pinggiran ibu kota, Port-au-Prince pada Rabu lalu.

Tim pembunuh itu terdiri dari 26 warga negara Kolombia dan dua warga Amerika keturunan Haiti.

Direktur Kepolisian Nasional Haiti Leon Charles, Kamis (9/7) mengatakan bahwa 17 lelaki telah ditahan, terdiri dari dua warga negara Amerika dan 15 warga Kolombia.

Charles mengatakan tiga tersangka tewas dan delapan lainnya masih diburu. Sebelumnya polisi mengatakan empat tersangka telah tewas.

Charles maupun para pejabat kepolisian tidak menjelaskan mengenai selisih angka tersebut.

“Pengejaran terhadap tentara-tentara bayaran itu berlanjut,” kata Charles.

“Nasib mereka sudah pasti: Mereka akan mati dalam pertempuran atau ditangkap.”

Jumat pagi (9/7), Taiwan merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa 11 tersangka ditangkap di halaman kedutaan besar di Port-au-Prince setelah berusaha meloloskan diri dari polisi.

“Polisi melancarkan operasi sekitar pukul 4 sore hari Kamis (8/7) dan berhasil menangkap 11 tersangka,” kata pernyataan dari Kedutaan Taiwan.

Mathias Pierre, menteri pemilu Haiti, hari Kamis (8/7) mengidentifikasi dua warga Amerika keturunan Haiti itu sebagai James Solages (35), dan Joseph Vincent (55). 

Departemen Luar Negeri AS belum mengukuhkan laporan bahwa dua warga negara AS kini berada dalam tahanan. 

Kamis malam, pemerintah Kolombia mengukuhkan bahwa sedikitnya enam tersangka, termasuk dua yang tewas, tampaknya adalah pensiunan anggota militer Kolombia.

Para tersangka itu tidak diidentifikasi. Perdana menteri sementara Claude Joseph menetapkan negara dalam “keadaan terkepung”, atau praktis dalam keadaan darurat militer. [uh/ab]

VOA

Jumat, 09 Juli 2021

Haiti Buru Lebih Banyak Tersangka Pembunuh Presiden

Haiti Buru Lebih Banyak Tersangka Pembunuh Presiden
Haiti Buru Lebih Banyak Tersangka Pembunuh Presiden.

BORNEOTRIBUN - Haiti dilanda kekacauan sehari setelah Presiden Jovenel Moise tewas akibat dibunuh.

Sementara pihak berwenang bertekad untuk memburu lebih banyak lagi tentara bayaran yang diduga menembak presiden sampai mati di kamar tidur rumahnya.

Polisi, Rabu malam (7/7), mengatakan telah membunuh empat tersangka dalam baku tembak di ibu kota Port-au-Prince, menangkap dua lainnya, dan membebaskan tiga petugas yang disandera.

Setidaknya dua tersangka lainnya menurut polisi, ditangkap Kamis (8/7).

"Pengejaran tentara bayaran terus berlanjut," kata Léon Charles, direktur Kepolisian Nasional Haiti. 

"Nasib mereka sudah ditentukan: Mereka akan mati dalam pertempuran atau akan ditangkap" ujarnya.

Perdana Menteri Sementara Haiti, Claude Joseph menempatkan negara itu dalam situasi “keadaan pengepungan” yang secara efektif merupakan darurat militer.

“Kematian ini tidak akan luput dari hukuman,” kata Joseph kepada negara miskin berpenduduk 11 juta orang itu dalam pidato Rabu.

Tetapi para pejabat tidak memberikan rincian mengenai mereka yang tewas dalam baku tembak atau tersangka yang ditahan, atau apa yang mengarahkan polisi kepada para tersangka itu. Pejabat hanya mengatakan serangan itu dilakukan oleh "kelompok yang sangat terlatih dan bersenjata lengkap," dengan para penyerang berbicara bahasa Spanyol atau Inggris.

Motivasi pembunuhan itu masih belum jelas, tetapi Haiti telah lama mengalami kemiskinan dan kekacauan politik.

Carl Henry Destin, seorang hakim Haiti, kepada surat kabar Nouvelliste mengatakan para penyerang menyamar sebagai agen Badan Penegakan Narkoba AS, tetapi pejabat AS dan Haiti mengatakan orang-orang bersenjata itu tidak memiliki kaitan dengan badan tersebut.

Destin kepada surat kabar itu mengatakan para penyerang mengikat seorang pembantu dan pekerja staf rumah tangga lainnya saat mereka menuju ke kamar tidur presiden, di mana mereka menembak Moise setidaknya 12 kali. [my/jm]

VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno