Berita Borneotribun.com: Dunia Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Dunia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Maret 2025

Tabrakan Dua Jet Militer Prancis saat Latihan Atraksi

Tabrakan Dua Jet Militer Prancis saat Latihan Atraksi
Tabrakan Dua Jet Militer Prancis saat Latihan Atraksi. 

JAKARTA -- Dua jet militer Prancis mengalami tabrakan saat melakukan latihan atraksi udara. Insiden ini terjadi di salah satu pangkalan udara militer di Prancis dan menimbulkan keprihatinan terkait keselamatan dalam latihan akrobatik udara.

Kronologi Kejadian

Menurut laporan militer, kecelakaan terjadi saat kedua jet sedang berlatih untuk sebuah pertunjukan udara yang dijadwalkan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Kedua pesawat sedang melakukan manuver berisiko tinggi ketika tiba-tiba terjadi tabrakan di udara.

Saksi mata melaporkan bahwa setelah bertabrakan, satu pesawat berhasil melakukan pendaratan darurat, sementara yang lain mengalami kerusakan lebih parah dan jatuh di area tak berpenghuni.

Kondisi Pilot dan Dampak Insiden

Beruntung, kedua pilot berhasil keluar dengan selamat menggunakan kursi pelontar sebelum pesawat jatuh. Tim penyelamat segera dikerahkan ke lokasi untuk memberikan pertolongan dan memastikan tidak ada korban tambahan.

Militer Prancis telah memulai penyelidikan untuk mengetahui penyebab pasti insiden ini. Faktor cuaca, kesalahan manusia, dan kemungkinan gangguan teknis sedang diteliti lebih lanjut.

Reaksi Pemerintah dan Militer

Pemerintah Prancis menyatakan keprihatinannya atas kejadian ini dan menegaskan pentingnya evaluasi ulang prosedur keselamatan dalam latihan udara.

Sementara itu, Angkatan Udara Prancis berjanji akan meningkatkan protokol keamanan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Tabrakan dua jet militer Prancis ini menjadi pengingat bahwa latihan udara, terutama atraksi akrobatik, memiliki risiko yang sangat tinggi. 

Meskipun tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, kejadian ini tetap menjadi pelajaran berharga bagi dunia penerbangan militer untuk meningkatkan keselamatan dalam setiap latihan dan pertunjukan udara.

Rabu, 26 Maret 2025

Kebakaran Hutan di Korea Selatan: 24 Tewas, 12 Luka Parah

Kebakaran Hutan di Korea Selatan: 24 Tewas, 12 Luka Parah
Kebakaran Hutan di Korea Selatan: 24 Tewas, 12 Luka Parah. (Gambar ilustrasi)

KORSEL -– Kebakaran hutan yang melanda Korea Selatan terus memakan korban. Hingga saat ini, jumlah korban tewas telah mencapai 24 orang, sementara 12 orang lainnya mengalami luka parah.

Jumlah ini kemungkinan masih akan bertambah karena kobaran api belum sepenuhnya bisa dikendalikan.

Menurut laporan dari Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan, kebakaran ini telah berlangsung selama lima hari berturut-turut dan menyebabkan kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Presiden sementara Korea Selatan, Han Duck-soo, mengatakan bahwa situasi ini sangat serius sehingga pemerintah harus mengambil langkah luar biasa, termasuk memindahkan ribuan narapidana dari penjara di wilayah terdampak.

“Kami telah menaikkan peringatan krisis ke tingkat tertinggi untuk mengatasi kebakaran hutan ini,” ujar seorang pejabat kementerian, seperti dikutip dari AFP, Rabu (26/5/2025).

Kebakaran ini telah menghanguskan sekitar 17.398 hektar lahan, dengan wilayah Uiseong menjadi daerah yang paling terdampak, mencakup 87 persen dari total kebakaran.

Asap tebal dan panas ekstrem membuat upaya pemadaman semakin sulit.

Pemerintah Korea Selatan kini bekerja sama dengan tim pemadam kebakaran, militer, dan sukarelawan untuk memadamkan api secepat mungkin.

Namun, cuaca kering dan angin kencang memperparah situasi, membuat api terus menyebar ke berbagai wilayah.

Sebagai langkah antisipasi, ribuan warga telah dievakuasi ke tempat yang lebih aman. 

Pemerintah juga telah menyediakan bantuan darurat bagi korban terdampak, termasuk makanan, air bersih, serta layanan kesehatan bagi yang mengalami luka-luka.

Para ahli memperingatkan bahwa kebakaran hutan yang semakin sering terjadi di Korea Selatan kemungkinan besar dipicu oleh perubahan iklim, yang menyebabkan suhu lebih panas dan kelembaban lebih rendah.

Kebakaran hutan di Korea Selatan telah menimbulkan dampak yang sangat besar, baik dalam hal korban jiwa maupun kerusakan lingkungan.

Pemerintah setempat terus berupaya untuk mengendalikan situasi dan mencegah lebih banyak korban berjatuhan.

Ombudsman Selidiki Dugaan Intimidasi Polisi terhadap Demonstran di Belanda

Ombudsman Selidiki Dugaan Intimidasi Polisi terhadap Demonstran di Belanda
Ombudsman Selidiki Dugaan Intimidasi Polisi terhadap Demonstran di Belanda. 

JAKARTA -- Ombudsman Nasional Belanda, Reinier van Zutphen, mengumumkan akan menyelidiki kasus kunjungan polisi ke rumah para demonstran. Van Zutphen ingin berdiskusi langsung dengan Kepala Kepolisian terkait hal ini. Menurutnya, kunjungan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. "Saya belum pernah melihat polisi datang ke rumah seseorang hanya untuk bertanya soal demonstrasi," ujarnya.

Polisi Datangi Rumah Demonstran di Amersfoort

Kasus ini mencuat setelah seorang wanita di Amersfoort didatangi dua polisi akhir pekan lalu. Wanita tersebut merekam percakapan dan mengunggahnya ke media sosial. Dalam rekaman, salah satu polisi berkata, "Kami melihat bahwa Anda sering hadir dalam demonstrasi, dan kami ingin bertanya sedikit soal itu jika Anda tidak keberatan."

Wanita itu mengaku merasa terintimidasi, terutama ketika polisi membahas rencana kepindahannya ke rumah baru. "Itu memberi kesan bahwa saya diawasi melalui media sosial oleh polisi," katanya kepada media lokal, AD.

Ombudsman: "Apakah Ini Benar-benar Terjadi?"

Van Zutphen mengaku terkejut dengan kejadian ini. "Yang pertama kali terlintas di benak saya adalah: apakah ini benar-benar terjadi?" katanya. Sebagai mantan hakim pidana, ia merasa situasi ini seperti seorang tersangka yang sedang diinterogasi. "Kalau seseorang diberitahu bahwa mereka tidak harus menjawab pertanyaan, itu seperti ada dugaan kesalahan yang sedang diselidiki."

Menurutnya, kasus ini bisa berdampak buruk bagi kebebasan berpendapat dan berkumpul. "Jika seseorang mengalami hal seperti ini, bisa saja mereka takut untuk ikut demonstrasi lagi di kemudian hari. Ini disebut efek mencegah atau chilling effect," jelasnya.

Polisi Minta Maaf

Setelah mendapat kritik dari berbagai pihak, kepolisian Belanda akhirnya meminta maaf kepada wanita tersebut. Kepala Polisi Nasional, Janny Knol, menyatakan, "Hal seperti ini tidak boleh terjadi. Kami tidak seharusnya menanyai seseorang tentang partisipasi mereka dalam demonstrasi atau pandangan politik mereka. Kami bukan polisi pemikiran."

Namun, pihak kepolisian tidak menjelaskan alasan di balik kunjungan tersebut dengan alasan privasi. "Apapun alasannya, cara ini tidak boleh digunakan untuk mendekati seseorang," tambah Knol.

Amnesty International dan XR Soroti Privasi Demonstran

Kelompok aktivis lingkungan, Extinction Rebellion (XR), menyebut bahwa polisi sering melakukan kunjungan serupa kepada para demonstran. XR bahkan telah mengajukan gugatan hukum terhadap kepolisian, menuntut agar praktik ini segera dihentikan.

Organisasi hak asasi manusia, Amnesty International, juga telah lama mengkhawatirkan isu ini. Dalam laporan mereka tahun 2022, disebutkan bahwa beberapa orang melaporkan menerima kunjungan polisi setelah identitas mereka diperiksa saat demonstrasi.

Penyelidikan Ombudsman

Van Zutphen sebenarnya sudah menyoroti tekanan terhadap hak berdemonstrasi sejak tahun 2018. Ia menemukan bahwa dalam kasus demonstrasi bertema kontroversial, seperti protes terhadap pembangunan pusat pengungsi, polisi dan pemerintah daerah sering kali gagal melindungi hak demonstran.

Awal tahun ini, Ombudsman kembali melakukan penyelidikan lanjutan, dan kasus kunjungan polisi ke rumah demonstran akan menjadi bagian dari investigasi tersebut. "Kami ingin mengetahui dengan jelas mengapa hal ini terjadi dan apakah ada pelanggaran hak-hak dasar warga negara," tegasnya.

Kasus ini memicu perdebatan luas di Belanda tentang batasan wewenang kepolisian dan perlindungan hak-hak warga negara dalam berdemokrasi. Masyarakat kini menunggu hasil penyelidikan Ombudsman untuk melihat apakah ada tindakan lebih lanjut terhadap praktik kontroversial ini.

Sabtu, 22 Maret 2025

Tentara Uganda Klaim Tewaskan 242 Pemberontak CODECO di Kongo Timur

Tentara Uganda Klaim Tewaskan 242 Pemberontak CODECO di Kongo Timur
Tentara Uganda Klaim Tewaskan 242 Pemberontak CODECO di Kongo Timur.

JAKARTA - Uganda lagi panas nih! Militer Uganda (UPDF) baru aja ngumumin kalau mereka berhasil menewaskan 242 pejuang dari kelompok pemberontak CODECO di Kongo Timur setelah serangan besar-besaran terhadap kamp militer Uganda. Wah, ini sih perang beneran!

Menurut laporan dari Reuters, serangan ini terjadi di Fataki, Provinsi Ituri, Rabu dan Kamis minggu ini. 

Juru bicara militer Uganda, Chris Magezi, bilang kalau para pemberontak CODECO awalnya menyerang pos militer UPDF. 

Tapi bukannya mundur, tentara Uganda malah balas dendam habis-habisan! Hari pertama, mereka klaim berhasil menewaskan 31 pemberontak, dan di hari kedua angkanya melonjak drastis jadi 211 orang. Totalnya? 242 pemberontak tumbang!

Di sisi lain, meski Uganda mengklaim kemenangan besar, mereka juga mengalami kerugian. 

Satu tentara Uganda dikabarkan gugur, dan empat lainnya mengalami luka-luka akibat serangan brutal tersebut. 

Nah, masalahnya, kelompok pemberontak CODECO nggak terima klaim ini mentah-mentah.

Basa Zukpa Gerson, juru bicara CODECO, membantah keras pernyataan Uganda. 

Dia bilang, kelompoknya cuma kehilangan dua anggota aja, bukan ratusan seperti yang diklaim UPDF. 

Gerson juga curiga kalau sebenarnya jumlah korban dari pihak Uganda jauh lebih banyak dari yang diumumkan. Wah, jadi makin nggak jelas siapa yang bener nih!

Sementara itu, sumber dari PBB yang nggak mau disebut namanya punya angka korban yang berbeda lagi. 

Menurut dia, korban dari CODECO cuma 70 orang, sedangkan 12 tentara Uganda ikut tewas dalam pertempuran itu. 

Jadi, mana yang benar? Sampai sekarang belum ada laporan resmi yang bisa dipastikan.

Pertempuran ini ternyata belum selesai, gengs! Sabtu pagi masih ada baku tembak lanjutan antara militer Uganda dan pasukan CODECO di wilayah yang sama. 

Sumber dari kelompok pemberontak dan masyarakat sipil setempat juga mengonfirmasi kalau pertempuran masih terus berlanjut. Duh, semoga cepat selesai, ya!

Konflik di Kongo Timur memang sudah berlangsung lama, terutama dengan keberadaan berbagai kelompok bersenjata seperti CODECO yang sering bentrok dengan pasukan pemerintah maupun tentara asing. 

Paus Fransiskus Bakal Muncul di Depan Publik Lagi Setelah 5 Minggu Dirawat Akibat Pneumonia

Paus Fransiskus Bakal Muncul di Depan Publik Lagi Setelah 5 Minggu Dirawat Akibat Pneumonia
Paus Fransiskus Bakal Muncul di Depan Publik Lagi Setelah 5 Minggu Dirawat Akibat Pneumonia.

JAKARTA - Kabar baik nih buat umat Katolik dan semua yang ngefans sama Paus Fransiskus! Setelah lebih dari lima minggu nggak muncul di depan publik gara-gara pneumonia, akhirnya Paus yang berusia 88 tahun ini bakal tampil lagi pada Minggu (24/3). 

Menurut laporan Reuters yang dikutip dari pernyataan Vatikan, Paus bakal memberikan berkat dari jendela kamarnya di Rumah Sakit Gemelli, Roma.

Pertama Kali Muncul Lagi Sejak Februari

Paus Fransiskus masuk rumah sakit pada 14 Februari lalu karena infeksi pernapasan yang cukup parah. 

Sejak itu, beliau menjalani perawatan intensif dan hanya sekali terlihat di publik lewat foto yang dirilis Vatikan minggu lalu, saat sedang berdoa di kapel rumah sakit. 

Nah, kalau semuanya lancar, ini bakal jadi kemunculan publik pertamanya sejak 9 Februari, waktu terakhir beliau memimpin doa mingguan di Lapangan Santo Petrus sebelum akhirnya harus dirawat.

Meski bakal menyapa dan memberikan berkat kepada umat, Vatikan menegaskan bahwa Paus nggak akan memimpin doa Angelus seperti biasanya. 

Jadi, buat yang berharap bisa mendengar doa panjang dari beliau, harus bersabar dulu ya.

Kondisi Kesehatan Paus Mulai Membaik

Buat yang masih khawatir dengan kondisi Paus Fransiskus, ada kabar melegakan! Menurut Vatikan, beliau mulai mengurangi penggunaan oksigen aliran tinggi yang sebelumnya dipakai buat membantu pernapasannya. 

Ini tanda kalau kesehatannya mulai membaik. Tapi tetap aja, proses pemulihannya masih butuh waktu.

Cardinal Victor Fernandez, pejabat tinggi Vatikan, juga bilang kalau Paus mungkin perlu waktu buat "belajar bicara lagi" karena penggunaan oksigen dalam jangka waktu lama bisa bikin pita suara kering. Tapi tenang aja, kondisi fisik beliau secara keseluruhan tetap stabil kok.

Paus Fransiskus Punya Riwayat Masalah Paru-Paru

Buat yang belum tahu, Paus Fransiskus memang punya riwayat masalah paru-paru sejak lama. Beliau pernah kehilangan sebagian paru-parunya di usia muda akibat infeksi. 

Makanya, infeksi pernapasan seperti pneumonia ini jadi hal yang cukup serius buatnya. Makanya, perawatan ketat dan pemantauan terus-menerus sangat diperlukan.

Kondisi kesehatan Paus memang jadi perhatian utama selama beberapa tahun terakhir, apalagi dengan usianya yang sudah lanjut. 

Tapi, dengan kabar terbaru ini, semoga aja beliau bisa segera pulih total dan kembali menjalankan tugasnya seperti biasa.

Sejak berita tentang sakitnya Paus tersebar, doa dan dukungan terus mengalir dari umat Katolik di seluruh dunia. 

Banyak yang berharap beliau segera sembuh dan bisa kembali aktif memimpin gereja. Kemunculannya di depan publik nanti pasti bakal jadi momen yang menyentuh dan penuh harapan bagi banyak orang.

Minggu, 16 Maret 2025

Cuaca Ekstrem Mengancam Amerika Serikat, Tornado dan Badai Petir Melanda Beberapa Negara Bagian, Ribuan Warga Kehilangan Listrik

Cuaca Ekstrem Mengancam Amerika Serikat, Tornado dan Badai Petir Melanda Beberapa Negara Bagian, Ribuan Warga Kehilangan Listrik
Cuaca Ekstrem Mengancam Amerika Serikat, Tornado dan Badai Petir Melanda Beberapa Negara Bagian, Ribuan Warga Kehilangan Listrik.

AMERIKA SERIKAT - Amerika Serikat lagi-lagi dihantam cuaca ekstrem! Badan Meteorologi Amerika Serikat memperingatkan ancaman tornado di beberapa negara bagian akhir pekan ini. 

Peringatan ini muncul setelah sedikitnya lima tornado menerjang Missouri pada Jumat (14/3). 

Akibatnya, sekitar 100.000 bangunan harus rela kehilangan pasokan listrik, sementara cuaca buruk masih terus berlanjut hingga malam hari.

Tornado Bakal Lanjut Sampai Akhir Pekan

Para ahli cuaca memperkirakan badai ini belum akan berhenti dalam waktu dekat. Tornado diprediksi akan terus terjadi hingga akhir pekan di beberapa negara bagian seperti Mississippi, Louisiana, dan Alabama. 

Bahkan, menurut Accuweather, puncak badai bakal terjadi pada Sabtu sore hingga malam. Jadi, warga di daerah yang terdampak harus ekstra waspada!

Badai Petir dan Ancaman Banjir Bandang

Nggak cuma tornado, Badan Cuaca Nasional juga mengeluarkan peringatan tentang badai petir dahsyat yang siap melintasi Midwest hingga Lembah Mississippi. 

Badai ini diprediksi membawa berbagai ancaman seperti banjir bandang, pemadaman listrik, pohon tumbang, dan gangguan perjalanan. Bisa dibilang, situasinya benar-benar bikin deg-degan!

Alabama dan Missouri Umumkan Keadaan Darurat

Melihat kondisi yang makin parah, Gubernur Alabama, Kay Ivey, langsung mengumumkan keadaan darurat pada Jumat. Keadaan darurat ini bahkan diperpanjang hingga Minggu. 

Dalam keterangannya, Kay Ivey menegaskan bahwa cuaca buruk ini bisa menyebabkan kerusakan besar pada properti, mengancam keselamatan warga, dan berpotensi mengganggu utilitas penting seperti listrik dan air. 

Nggak mau ketinggalan, Missouri juga mengambil langkah yang sama dengan menetapkan status darurat.

Dampak Hingga ke Pantai Timur

Badai petir diperkirakan akan terus melanda wilayah Selatan sebelum akhirnya bergerak menuju Pantai Timur pada Sabtu malam hingga Minggu. 

Walaupun ancaman tornado mulai berkurang, bukan berarti situasi sudah aman. 

Pantai Timur masih harus bersiap menghadapi hujan es dan angin kencang yang bisa merusak infrastruktur dan menyebabkan gangguan besar.

Kapan Badai Akan Berakhir?

Para pakar memperkirakan badai ini akan terus bergerak hingga akhirnya mencapai Samudra Atlantik pada Minggu malam atau Senin pagi. 

Artinya, masih ada beberapa hari penuh kewaspadaan bagi warga yang tinggal di jalur badai ini.

Tetap waspada ya, guys! Kalau punya keluarga atau teman di daerah yang terdampak, jangan lupa untuk cek kabar mereka dan pastikan mereka dalam kondisi aman. 

Cuaca ekstrem kayak gini memang nggak bisa dianggap remeh!

Dari India Hingga Amerika, Komunitas Hindu Rayakan Holi dengan Musik dan Warna

Dari India Hingga Amerika, Komunitas Hindu Rayakan Holi dengan Musik dan Warna
Umat merayakan Holi, festival penuh warna, di dalam Kuil Krishna di Nandgaon, Uttar Pradesh, India, pada 2013.

JAKARTA - Halo, Sobat Pembaca! Musim semi akhirnya datang, dan di India serta berbagai negara di Asia Selatan, jutaan orang merayakan Holi, festival warna yang super meriah! Festival ini berlangsung pada Jumat (14/3) dengan penuh kegembiraan. 

Orang-orang berkumpul mengenakan pakaian putih, lalu saling melempar dan menyemprotkan bubuk warna-warni ke teman, keluarga, bahkan orang asing sekalipun. Seru banget, kan?

Holi: Festival yang Dinanti-nanti

Jumat (14/3) ditetapkan sebagai hari libur nasional di India, jadi semua orang bisa ikut bersenang-senang tanpa khawatir kerja atau sekolah. 

Holi sendiri dirayakan setiap tahun pada bulan purnama terakhir dalam kalender lunar Hindu, menandakan peralihan dari musim dingin ke musim semi yang lebih cerah dan hangat.

Di Nepal, perayaan Holi sudah dimulai sejak Kamis (12/3) dan berlangsung selama dua hari penuh. 

Selain di India dan Nepal, Holi juga dirayakan di berbagai negara Asia Selatan lainnya serta di komunitas diaspora India di seluruh dunia. Jadi, bukan cuma di India aja lho!

Malam Sebelum Holi: Simbol Kemenangan Kebaikan atas Kejahatan

Perayaan Holi nggak cuma soal lempar-lemparan bubuk warna, tapi juga punya makna mendalam. Malam sebelum Holi, masyarakat menyalakan api unggun sebagai simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan. 

Mereka berkumpul, menyanyi, menari, dan berdoa bersama. Ritual ini dikenal sebagai Holika Dahan dan menjadi bagian penting dari festival ini.

Ucapan Selamat dari Perdana Menteri India

Perdana Menteri India, Narendra Modi, nggak ketinggalan menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh rakyat India lewat media sosial. 

Dalam unggahannya di platform X (dulu Twitter), Modi mengatakan bahwa Holi adalah momen yang mempererat persatuan dan kebersamaan masyarakat.

"Selamat Holi untuk semua. Semoga festival suci yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan ini membawa semangat serta energi baru dalam kehidupan setiap orang, sekaligus memperkuat persatuan di antara warga negara," tulis Modi dalam bahasa Hindi.

Kemeriahan Holi: Warna, Musik, dan Tawa

Di berbagai sudut kota di India, perayaan Holi berlangsung heboh! Di taman-taman kota, ribuan orang saling melempar bubuk warna-warni, menciptakan kabut pelangi di udara. 

Di jalanan, orang-orang menari mengikuti irama musik dari pengeras suara. 

Suasana makin pecah dengan aksi seru anak-anak dan remaja yang membawa pistol air berisi cairan warna, siap menyerang siapa pun yang lewat!

Dari atas balkon dan atap rumah, anak-anak melempar balon air berisi warna ke arah orang-orang yang lewat. 

Semua larut dalam kegembiraan tanpa memandang usia, latar belakang, atau status sosial. Holi benar-benar jadi momen kebersamaan tanpa batas!

Lebih dari Sekadar Festival: Makna Mendalam Holi

Selain keseruan bermain warna, Holi juga punya makna spiritual yang mendalam dalam budaya Hindu. 

Festival ini melambangkan kelahiran kembali, semangat pembaruan, dan kebebasan dari masa lalu. 

Ini adalah waktu di mana orang-orang melupakan perbedaan, memaafkan satu sama lain, dan memulai hubungan baru dengan penuh kebaikan.

Nah, Sobat Pembaca, itu dia keseruan Festival Holi yang dirayakan dengan penuh warna dan kebahagiaan. 

Gimana, tertarik buat merayakan Holi juga? Jangan lupa siapin bubuk warna dan baju putih kalau mau ikutan!

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Sabtu, 15 Maret 2025

Iran Nggak Main-Main, Kapal Jairan Disinyalir Angkut Barang Panas dari China

Iran Nggak Main-Main, Kapal Jairan Disinyalir Angkut Barang Panas dari China
Karung-karung berisi amonium perklorat, bahan kimia yang digunakan untuk membuat bahan bakar rudal, ditemukan di kapal penangkap ikan yang dicegat oleh pasukan angkatan laut AS di Teluk Oman, November 2022. (Foto: CENTCOM)

JAKARTA - Sebuah kapal Iran kedua yang dikabarkan membawa bahan baku misil telah berlayar meninggalkan China menuju Iran. 

Kapal kargo berbendera Iran bernama Jairan dilaporkan meninggalkan China pada Senin (10/3), sebulan lebih lambat dari yang diperkirakan dalam laporan berita sebelumnya. Informasi ini diperoleh dari analisis eksklusif yang dilakukan oleh VOA.

Diduga Membawa Natrium Perklorat

Laporan dari The Financial Times, The Wall Street Journal, dan CNN menyebutkan bahwa Jairan adalah salah satu dari dua kapal yang digunakan Iran untuk mengimpor sekitar 1.000 metrik ton natrium perklorat dari China. 

Zat ini bisa diubah menjadi amonium perklorat, yang merupakan komponen utama bahan bakar padat untuk misil. 

Dengan jumlah tersebut, Iran diyakini dapat memproduksi sekitar 260 rudal jarak menengah.

Sebelumnya, kapal kargo Iran lainnya, Golbon, telah menyelesaikan pelayarannya dari China ke pelabuhan Bandar Abbas, Iran, pada 13 Februari. 

Kapal tersebut singgah di pelabuhan Zhuhai Gaolan di China selatan selama dua hari sebelum melanjutkan perjalanan ke Iran. 

Meski demikian, muatan pastinya masih belum diketahui secara publik.

Sanksi AS terhadap Kapal Iran

Baik Golbon maupun Jairan telah dikenai sanksi oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat. Kedua kapal ini dioperasikan oleh Islamic Republic of Iran Shipping Lines, sebuah perusahaan pelayaran milik negara Iran yang masuk dalam daftar hitam AS. Departemen Luar Negeri AS menyebut perusahaan ini sebagai "jalur pengiriman pilihan bagi agen penyebar dan pengadaan Iran."

Perjalanan Jairan Menuju Iran

Selama Januari hingga awal Maret, transponder Jairan menunjukkan bahwa kapal tersebut berlabuh di Pulau Liuheng, China timur. 

Berdasarkan analisis dari MarineTraffic dan Seasearcher, tidak ada perubahan signifikan pada kedalaman kapal selama periode tersebut.

Artinya, kapal itu belum mengambil muatan besar sejak tiba di China akhir tahun lalu.

Namun, situasi berubah setelah Jairan meninggalkan Pulau Liuheng pada 3 Maret. Kapal ini bergerak ke selatan menuju Zhuhai Gaolan dan berlabuh pada 8 Maret. 

Dua hari kemudian, kapal tersebut kembali berlayar menuju Iran dengan perkiraan tiba di Bandar Abbas pada 26 Maret.

Menurut analis intelijen Martin Kelly dari EOS Risk Group, Jairan mengalami perubahan draft (kedalaman kapal di bawah garis air) yang signifikan saat meninggalkan Zhuhai Gaolan. 

Hal ini menunjukkan bahwa kapal tersebut telah mengambil kargo utama sebelum berangkat ke Iran.

Posisi Terbaru Jairan

Hingga Jumat (14/3), Jairan diketahui berada di perairan Kepulauan Riau, bergerak menuju barat daya ke arah Selat Singapura. 

Tidak ada komentar resmi dari Departemen Luar Negeri AS mengenai keberangkatan Jairan dari China. 

Sementara itu, misi Iran di PBB juga belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari VOA.

Reaksi AS dan China

Bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa mereka mengetahui laporan yang menyebutkan Golbon dan Jairan digunakan untuk mengimpor natrium perklorat dari China. 

Namun, mereka menegaskan bahwa AS tetap berkomitmen untuk mencegah penyebaran barang dan teknologi yang dapat memperkuat program rudal Iran.

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menegaskan bahwa China mematuhi kebijakan kontrol ekspor dan kewajiban internasionalnya. 

Beijing juga menolak sanksi sepihak yang dijatuhkan oleh negara lain, menyebutnya sebagai tindakan ilegal.

Apakah Kapal Iran Akan Dicegat?

Pada 4 Februari, delapan senator Republik AS yang dipimpin oleh Jim Risch dan Pete Ricketts mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri Marco Rubio, mendesak AS untuk bekerja sama dengan mitra global guna mencegat pengiriman Iran-China jika laporan media terbukti benar. 

Namun, hingga saat ini, tidak ada tanda-tanda bahwa Golbon atau Jairan akan dicegat dalam perjalanan mereka ke Iran.

Mengingat ketegangan geopolitik yang terus meningkat, perjalanan Jairan menjadi perhatian dunia. 

Apakah kapal ini akan mencapai tujuannya tanpa hambatan atau justru akan mendapat tindakan lebih lanjut dari pihak Barat? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Dodik Tantang Bosnia, Rusia Diam-Diam Ikut Main

Dodik Tantang Bosnia, Rusia Diam-Diam Ikut Main
Foto ilustrasi yang menunjukkan palu hakim di depan bendera Bosnia dan Herzegovina.(Foto: AdobeStock)

JAKARTA - Bosnia dan Herzegovina kembali dilanda krisis politik yang serius setelah Majelis Nasional Republika Srpska, yang dikuasai oleh etnis Serbia, mengadopsi rancangan konstitusi baru pada Kamis (13/3). Rancangan ini diperkenalkan oleh Presiden Republika Srpska, Milorad Dodik, dan mencakup pasal-pasal yang dianggap melanggar Konstitusi Bosnia. Langkah ini memicu ketegangan besar di negara tersebut.

Dodik dan Ajudannya Diperintahkan Ditangkap

Jaksa penuntut Bosnia pada Rabu (12/2) mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Milorad Dodik dan beberapa ajudannya. Mereka diduga berupaya merusak konstitusi negara dengan tindakan separatis yang bertentangan dengan hukum Bosnia. Namun, Dodik menolak tuduhan ini dan menganggapnya bermotif politik.

"Saya tidak akan mengakui pengadilan Bosnia maupun jaksa negara. Saya juga tidak memerlukan pembelaan hukum karena saya tidak menganggap proses ini sah," kata pengacara Dodik, Anto Nobilo, dalam wawancara dengan VOA Bosnian Service pada Kamis (14/3).

Hukuman Penjara dan Larangan Berpolitik

Bulan lalu, Dodik dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan dilarang terlibat dalam dunia politik selama enam tahun. Hukuman ini diberikan karena aktivitas separatisnya yang menentang keputusan Perwakilan Tinggi Internasional yang mengawasi Perjanjian Dayton 1995—perjanjian yang mengakhiri perang di Bosnia yang berlangsung lebih dari tiga tahun dan menewaskan lebih dari 100.000 orang.

Dodik menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur. Bahkan, ia berencana meminta Rusia untuk memveto perpanjangan kehadiran pasukan penjaga perdamaian Uni Eropa (EUFOR) di Bosnia melalui Dewan Keamanan PBB.

Reaksi dan Kecaman dari Berbagai Pihak

Ketua Majelis Nasional Republika Srpska, Nenad Stevandic, mengecam tindakan terhadap republik otonom tersebut dan menyebutnya sebagai serangan terhadap tatanan konstitusional.

"Kami sepenuhnya benar. Namun, bersikap benar di Bosnia dan Herzegovina berarti dianiaya," ujar Stevandic pada Rabu (12/3).

Di sisi lain, pemerintah Amerika Serikat juga ikut angkat bicara. Sebanyak sembilan anggota Kongres AS, yang dipimpin oleh Senator Chuck Grassley, Jeanne Shaheen, dan Jim Risch, mendesak Menteri Luar Negeri Marco Rubio untuk mengambil tindakan guna mencegah situasi semakin memburuk.

"Kami sangat prihatin dengan tindakan Milorad Dodik yang terus menantang institusi negara Bosnia, merusak konstitusi, dan mengancam integritas wilayah negara," tulis mereka dalam surat kepada Rubio.

AS telah menjatuhkan sanksi terhadap Dodik dan jaringan patronasenya pada tahun 2023 dan kembali memberlakukan sanksi tambahan pada Januari 2024.

Ancaman Perpecahan Bosnia

Dalam pernyataannya kepada VOA, Rubio menyatakan bahwa pemerintah AS tidak menginginkan perpecahan di Bosnia.

"Hal terakhir yang dibutuhkan dunia saat ini adalah krisis lain," kata Rubio dalam perjalanan ke Jeddah, Arab Saudi, pada 10 Maret.

Sementara itu, para ahli melihat tindakan Dodik sebagai ancaman terbesar terhadap konstitusi Bosnia sejak 1995. Milos Davidovic, profesor hukum di Universitas Sarajevo, menegaskan bahwa ini adalah bentuk ketidakpatuhan terhadap lembaga negara yang sah.

"Dodik dengan jelas menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap institusi Bosnia, termasuk Pengadilan Bosnia dan Mahkamah Konstitusi. Ini adalah ancaman besar bagi tatanan hukum negara," ujarnya.

Pakar politik dan keamanan, Ahmed Kico, bahkan menilai bahwa krisis ini merupakan bagian dari "operasi hibrida" yang didalangi oleh Rusia dan Serbia.

"Mereka ingin membuktikan bahwa Bosnia dan Herzegovina tidak bisa bertahan sebagai negara demokrasi," katanya.

EUFOR Tambah Pasukan di Bosnia

Di tengah krisis yang semakin berkembang, Uni Eropa menambah jumlah pasukan penjaga perdamaian EUFOR di Bosnia pada Rabu (12/3). Langkah ini bertujuan untuk mengantisipasi eskalasi konflik dan menjaga stabilitas kawasan.

Dengan ketegangan yang terus meningkat, dunia kini menanti bagaimana Bosnia akan mengatasi krisis ini. Apakah negara ini bisa mempertahankan kesatuan dan kedaulatannya, ataukah akan menghadapi perpecahan yang lebih dalam? Semua mata kini tertuju pada langkah selanjutnya dari pemerintah Bosnia dan komunitas internasional.

PBB Desak Diakhirinya Kekerasan di Suriah, 14 Tahun Setelah Protes Pecah di Negara-negara Arab

PBB Desak Diakhirinya Kekerasan di Suriah, 14 Tahun Setelah Protes Pecah di Negara-negara Arab
Harapan untuk kembalinya stabilitas di Suriah telah terguncang oleh kekerasan mematikan yang dimulai pada tanggal 6 Maret di wilayah pesisir Suriah. (Cuplikan layar dari video VOA).

JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan diakhirinya kekerasan di Suriah setelah negara tersebut kembali bergulat dengan konflik baru, tiga bulan setelah Presiden Bashar al-Assad digulingkan. Seruan ini disampaikan oleh Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, pada Jumat (14/3), bertepatan dengan peringatan 14 tahun dimulainya protes pro-demokrasi yang memicu perang saudara berkepanjangan di negara itu.

Seruan PBB untuk Perlindungan Warga Sipil

Pedersen menyoroti penderitaan rakyat Suriah yang masih berlangsung hingga saat ini. "Apa yang dimulai sebagai permohonan reformasi disambut dengan kebrutalan yang mengejutkan, yang mengarah ke salah satu konflik paling mengerikan di zaman kita," ujarnya.

Menurut data PBB, konflik ini telah menyebabkan sekitar 12 juta orang mengungsi, termasuk lebih dari 6 juta pengungsi yang terpaksa mencari perlindungan di luar negeri. Perang ini juga telah menghancurkan banyak kota dan infrastruktur, menyebabkan penderitaan mendalam bagi warga sipil.

Kekerasan Baru Setelah Kejatuhan Assad

PBB Desak Diakhirinya Kekerasan di Suriah, 14 Tahun Setelah Protes Pecah di Negara-negara Arab
ILUSTRASI - PBB mengatakan konflik di Suriah telah menyebabkan sekitar 12 juta orang mengungsi, termasuk lebih dari 6 juta pengungsi. (Cuplikan layar dari video VOA)

Meski Assad telah lengser pada Desember 2024, harapan akan stabilitas masih terguncang oleh gelombang kekerasan yang kembali meletus pada 6 Maret 2025. Konflik terbaru ini terjadi di wilayah pesisir Suriah, di mana pasukan keamanan bentrok dengan kelompok yang setia kepada mantan presiden Assad. Bentrokan ini menewaskan ratusan orang, termasuk warga sipil.

Kelompok pejuang tersebut diketahui berasal dari komunitas Alawite, sekte agama yang juga menjadi basis keluarga Assad. Otoritas transisi Suriah melaporkan bahwa pasukan mereka di dekat kota pelabuhan Latakia diserang oleh para loyalis Assad dalam upaya pemberontakan.

Harapan Baru untuk Perdamaian

Pedersen menekankan pentingnya persatuan dan keadilan bagi Suriah di masa depan. Ia mengapresiasi perjanjian baru antara otoritas transisi Suriah dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) sebagai langkah positif menuju stabilitas.

“Perjanjian ini menjadi pengingat bahwa Suriah harus bersatu dengan cara yang benar-benar memulihkan kedaulatan, persatuan, kemerdekaan, dan integritas teritorialnya,” ujar Pedersen.

Ia juga menyerukan pembentukan pemerintahan transisi dan badan legislatif yang kredibel serta inklusif, termasuk penyusunan konstitusi baru yang berkelanjutan dan keadilan transisi yang sejati.

Meskipun ada upaya diplomasi, tantangan besar masih membayangi masa depan Suriah. Banyak keluarga masih kehilangan orang yang mereka cintai, masyarakat tetap terpecah, dan jutaan orang masih mencari kejelasan tentang anggota keluarga mereka yang hilang selama konflik.

Dengan tekanan internasional yang semakin kuat, dunia berharap agar konflik yang telah berlangsung lebih dari satu dekade ini bisa segera berakhir, membawa kedamaian bagi rakyat Suriah yang telah lama menderita.

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Jumat, 14 Maret 2025

Pelajar Thailand Akhirnya Bebas Pilih Gaya Rambut, Aturan 50 Tahun Dibatalkan!

Pelajar Thailand Akhirnya Bebas Pilih Gaya Rambut, Aturan 50 Tahun Dibatalkan!
Pelajar Thailand Akhirnya Bebas Pilih Gaya Rambut, Aturan 50 Tahun Dibatalkan!

THAILAND - Setelah bertahun-tahun perjuangan para pelajar, akhirnya Mahkamah Administratif Tertinggi Thailand menghapus aturan ketat yang sudah berlaku selama 50 tahun tentang gaya rambut di sekolah! Keputusan ini langsung berlaku dan dianggap sebagai kemenangan besar bagi hak siswa dan kebebasan berekspresi.

Aturan Kuno yang Akhirnya Gugur

Sejak tahun 1975, siswa laki-laki di Thailand diwajibkan berambut pendek, sementara siswi perempuan hanya boleh memiliki rambut sebatas telinga. 

Peraturan ini sering dianggap membatasi kebebasan individu dan bertentangan dengan hak asasi manusia. 

Namun, baru pada tahun 2020, sebanyak 23 siswa berani menggugat aturan tersebut, yang akhirnya berujung pada putusan bersejarah minggu ini.

Perjuangan Panjang Para Pelajar

Salah satu mantan aktivis pelajar, Panthin Adulthananusak, mengaku lega setelah mendengar keputusan pengadilan.

"Dulu rasanya mustahil menantang otoritas. Tapi kami ingin melakukan sesuatu," ujar Panthin kepada BBC. "Jika tidak ada satu pun pelajar dalam sejarah Thailand yang berani melawan kekuasaan orang dewasa yang menindas kami, itu akan jadi rasa malu seumur hidup."

Meskipun selama bertahun-tahun aturan ini mulai dilonggarkan, masih banyak sekolah yang tetap menerapkannya. 

Bahkan ada kasus di mana guru memotong rambut siswa secara paksa sebagai hukuman! Keputusan pengadilan ini memperkuat kebijakan Kementerian Pendidikan Thailand yang sebelumnya, pada Januari lalu, sudah menghapus batasan panjang rambut siswa demi menciptakan sistem pendidikan yang lebih "beragam dan adil."

Masih Ada Tantangan?

Meski peraturan lama sudah dihapus, masih ada kekhawatiran bahwa beberapa sekolah konservatif tetap akan membuat aturan sendiri. 

"Keputusan ini masih memberi celah bagi sekolah untuk menetapkan kebijakan mereka sendiri," kata Panthin.

Di media sosial, respons masyarakat pun beragam. Banyak yang menyambut baik kebijakan ini sebagai langkah maju dalam kebebasan individu, tetapi ada juga yang khawatir bahwa kebebasan ini bisa mengurangi kedisiplinan di sekolah.

Terlepas dari pro dan kontra, keputusan ini tetap menjadi kemenangan besar bagi hak-hak pelajar Thailand. 

Dengan aturan yang lebih fleksibel, kini siswa bisa lebih bebas mengekspresikan diri tanpa takut dihukum hanya karena panjang rambut mereka!

Nah, menurut kalian, penting nggak sih aturan rambut di sekolah? Setuju atau enggak dengan keputusan ini? Yuk, share pendapat kalian di kolom komentar!

Taliban Klaim Prioritaskan Hak Perempuan di Hari Perempuan Internasional, Benarkah?

Taliban Klaim Prioritaskan Hak Perempuan di Hari Perempuan Internasional, Benarkah
Taliban Klaim Prioritaskan Hak Perempuan di Hari Perempuan Internasional, Benarkah?

JAKARTA - Pada peringatan Hari Perempuan Internasional, Taliban mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa mereka berkomitmen untuk melindungi hak-hak perempuan di Afghanistan. 

Juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, melalui akun resminya di platform X, menegaskan bahwa "Emirat Islam" bertanggung jawab penuh atas perlindungan dan pemberian hak-hak perempuan Afghanistan.

Meskipun tidak secara langsung mengakui Hari Perempuan Internasional, Mujahid menekankan bahwa pemerintah Taliban mengutamakan martabat, kehormatan, dan hak-hak hukum perempuan. 

Menurutnya, perempuan Afghanistan saat ini hidup dalam keamanan, baik secara fisik maupun psikologis. 

Ia juga menyebut bahwa hak-hak fundamental perempuan, seperti kebebasan dalam pernikahan, hak mahar, dan warisan, tetap dijamin di bawah pemerintahan Taliban.

Realita di Lapangan Berbanding Terbalik?

Namun, klaim ini menuai banyak kritik dari komunitas internasional. Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada tahun 2021, hak-hak perempuan di negara itu semakin dibatasi.

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan termasuk larangan bagi anak perempuan untuk bersekolah di jenjang menengah, serta larangan bagi perempuan untuk mengajar atau belajar di universitas. 

Pada tahun 2023, Kementerian Pencegahan Kejahatan dan Kebajikan (Vice and Virtue Ministry) semakin memperketat aturan dengan mewajibkan perempuan memakai penutup wajah penuh serta melarang mereka berbicara di depan umum.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara konsisten mengecam kebijakan ini dan mendesak Taliban untuk menghentikan peminggiran perempuan. 

Utusan PBB untuk Afghanistan, Roza Otunbayeva, dan perwakilan UN Women, Alison Davidian, menegaskan pentingnya mendukung perjuangan perempuan Afghanistan dalam memperoleh kesetaraan.

Hak Perempuan Versi Taliban vs. Standar Internasional

Mujahid dalam pernyataannya menekankan bahwa hak-hak perempuan Afghanistan harus dipahami dalam konteks budaya Islam dan tradisi Afghanistan, yang berbeda dengan standar Barat. 

Ia menyiratkan bahwa pendekatan internasional terhadap hak perempuan tidak bisa diterapkan begitu saja di Afghanistan.

Namun, meskipun Taliban terus mempertahankan retorika ini, komunitas global tetap menolak mengakui pemerintahan mereka secara resmi. 

Pada Januari lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) bahkan mengajukan permintaan surat perintah penangkapan terhadap dua pejabat tinggi Taliban atas keterlibatan mereka dalam penindasan terhadap perempuan Afghanistan.

Di sisi lain, UNESCO baru-baru ini menggelar konferensi yang melibatkan aktivis dan pakar hak asasi manusia untuk membahas isu hak-hak perempuan di Afghanistan. 

Taliban sendiri menolak konferensi tersebut dan menuding beberapa organisasi serta lembaga Uni Eropa bersikap hipokrit.

Klaim Taliban vs. Fakta Lapangan

Meskipun Taliban mengklaim bahwa mereka menjamin hak-hak perempuan, kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya. 

Larangan pendidikan, pembatasan ruang gerak, serta berbagai kebijakan diskriminatif justru memperburuk kondisi perempuan Afghanistan. 

Hingga saat ini, komunitas internasional terus memberikan tekanan agar Taliban menghentikan kebijakan yang mengekang hak perempuan dan memberikan mereka kebebasan yang setara dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.

Lantas, apakah Taliban benar-benar memprioritaskan hak perempuan, atau ini hanya sekadar pencitraan di tengah kritik dunia? Jawabannya bisa dilihat dari kebijakan mereka yang masih jauh dari kata inklusif dan adil bagi perempuan Afghanistan.

Sultana Begum: Keturunan Terakhir Dinasti Mughal yang Hidup dalam Kemiskinan

Sultana Begum Keturunan Terakhir Dinasti Mughal yang Hidup dalam Kemiskinan
Sultana Begum Keturunan Terakhir Dinasti Mughal yang Hidup dalam Kemiskinan.

JAKARTA - India punya sejarah panjang dengan kejayaan dinasti yang pernah menguasai wilayah luas. 

Tapi sayangnya, banyak keturunan keluarga kerajaan sekarang hidup jauh dari kemewahan yang dulu mereka nikmati. 

Salah satu kisah yang paling menyentuh adalah tentang Sultana Begum, cicit menantu dari Bahadur Shah Zafar, kaisar terakhir Dinasti Mughal. 

Keturunan Terakhir Dinasti Mughal yang Hidup dalam Kemiskinan
Keturunan Terakhir Dinasti Mughal yang Hidup dalam Kemiskinan.

Hidupnya yang dulu penuh dengan kebanggaan keluarga kerajaan kini berubah drastis. 

Alih-alih tinggal di istana megah, ia kini harus bertahan hidup di sebuah gubuk kecil di Kolkata.

Siapa Sultana Begum?

Sultana Begum adalah seorang wanita berusia sekitar 60 tahun yang memiliki hubungan langsung dengan Bahadur Shah Zafar, penguasa terakhir Dinasti Mughal. 

Namun, kejayaan leluhurnya tak lagi diwarisi olehnya. 

Kini, ia tinggal di sebuah rumah sempit di daerah Howrah, Kolkata, yang merupakan salah satu kawasan termiskin di India. 

Bersama keluarganya, ia menjalani hidup dengan fasilitas minim, mengandalkan air dari kran umum dan berbagi dapur dengan tetangga.

Dari Kemewahan ke Kemiskinan

Bahadur Shah Zafar naik takhta pada tahun 1837, saat kekuasaan Mughal sudah mulai melemah akibat tekanan kolonial Inggris. 

Ketika terjadi Pemberontakan India tahun 1857, Zafar menjadi simbol perlawanan rakyat. 

Sayangnya, pemberontakan tersebut gagal, dan Zafar akhirnya diasingkan ke Rangoon (sekarang Yangon, Myanmar), di mana ia menghembuskan napas terakhirnya pada tahun 1862. 

Setelah keruntuhan Dinasti Mughal, keturunannya harus menghadapi kenyataan pahit, termasuk Sultana yang kini harus berjuang untuk bertahan hidup.

Mengapa Hidup Sultana Begum Tragis?

Hidup Sultana mulai berubah drastis setelah suaminya, Pangeran Mirza Bedar Bukht, meninggal dunia pada 1980-an. 

Sejak saat itu, ia harus bertahan dengan pensiun yang sangat kecil, hanya sekitar 6.000 rupee per bulan (sekitar Rp1,1 juta), jumlah yang jauh dari cukup untuk menghidupi enam anaknya. 

Meskipun berulang kali meminta bantuan dari pemerintah, ia tetap tak mendapatkan dukungan yang layak.

Putri-putrinya juga hidup dalam kesulitan finansial, sehingga mereka tidak bisa banyak membantu. Kini, Sultana tinggal bersama putrinya yang belum menikah, Madhu Begum. 

Demi bertahan hidup, ia pernah mencoba membuka warung teh dan menjahit pakaian wanita, tetapi pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dibantu oleh Aktivis Kemanusiaan

Meski tak mendapat bantuan dari pemerintah, Sultana masih beruntung karena ada sejumlah organisasi non-pemerintah dan aktivis hak asasi manusia yang menyoroti nasibnya. 

Kisahnya menjadi simbol bagaimana keturunan kerajaan di India kini harus berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan modern.

Banyak keturunan keluarga aristokrat yang mengalami nasib serupa setelah jatuhnya Dinasti Mughal dan berakhirnya kolonialisme Inggris. 

Meskipun darah kerajaan masih mengalir dalam dirinya, kenyataannya Sultana harus berjuang seperti rakyat biasa, bahkan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Warisan Sejarah yang Terlupakan

Kisah Sultana Begum menggambarkan betapa sejarah gemilang tidak selalu menjamin masa depan yang cerah bagi keturunannya. 

Dari kemegahan istana hingga gubuk sempit di Kolkata, hidupnya menjadi bukti bagaimana sistem pemerintahan modern sering kali melupakan warisan sejarahnya sendiri.

Meskipun demikian, Sultana tetap bangga dengan garis keturunannya. 

Ia terus memperjuangkan haknya, berharap agar sejarah tidak melupakan keberadaannya dan keturunan Dinasti Mughal lainnya yang kini hidup dalam keterbatasan.

Kisah Sultana Begum adalah potret nyata bagaimana perubahan zaman bisa membalikkan nasib seseorang. 

Dari keluarga kerajaan yang disegani, kini ia harus berjuang di tengah kemiskinan. 

Apakah pemerintah India akan memberikan perhatian lebih kepada keturunan bangsawan yang terlupakan ini? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Putin Setuju dengan Usulan Gencatan Senjata, tapi Ada Syarat!

Putin Setuju dengan Usulan Gencatan Senjata, tapi Ada Syarat!
Putin Setuju dengan Usulan Gencatan Senjata, tapi Ada Syarat!

Moskow, Rusia – Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya buka suara soal usulan gencatan senjata dalam konflik Rusia-Ukraina. Dalam pidatonya pada Kamis (13/3) malam, Putin menyatakan bahwa Rusia menyetujui gencatan senjata, namun dengan satu syarat penting: harus ada jaminan perdamaian jangka panjang.

“Kami setuju dengan usulan untuk menghentikan permusuhan, tetapi kami beranggapan bahwa gencatan senjata ini haruslah sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan perdamaian jangka panjang dan menghilangkan akar penyebab krisis ini,” ujar Putin dalam pernyataannya.

AS Usul Gencatan Senjata 30 Hari, Rusia Skeptis

Sebelumnya, Amerika Serikat mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Namun, Asisten Kebijakan Luar Negeri utama Putin menolak gagasan itu. Menurutnya, jeda 30 hari hanya akan memberi kesempatan bagi militer Ukraina untuk mengatur ulang strategi mereka.

Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin sekaligus mantan Duta Besar Rusia untuk AS, mengatakan dalam wawancara dengan media Rusia bahwa tujuan Rusia bukan hanya sekadar jeda perang, melainkan penyelesaian damai jangka panjang yang mempertimbangkan kepentingan Rusia.

“Tujuan kami adalah penyelesaian damai jangka panjang. Dan kami menantikan penyelesaian damai yang mempertimbangkan kepentingan sah kami dan kekhawatiran kami yang sudah diketahui,” ujar Ushakov.

Ia juga menambahkan bahwa Rusia tidak menginginkan langkah-langkah yang hanya berpura-pura membawa perdamaian tanpa menyentuh akar permasalahan konflik.

Diplomasi Masih Berjalan, Tapi Rahasia

Dalam upaya mencari titik temu, utusan khusus AS, Steve Witkoff, telah tiba di Moskow untuk melanjutkan pembicaraan dengan pejabat Rusia. Ushakov mengonfirmasi bahwa ia telah berkomunikasi dengan Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Walz. Menariknya, komunikasi ini diklaim tetap bersifat rahasia.

Menurut Ushakov, AS mulai memahami bahwa ada beberapa poin yang tidak bisa dinegosiasikan, seperti keanggotaan Ukraina di NATO yang semakin sulit terwujud.

Ukraina Sambut Baik Usulan AS

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy merespons usulan gencatan senjata AS dengan positif. Ia menyatakan bahwa Ukraina siap menerima gencatan senjata 30 hari sebagai langkah awal menuju kesepakatan damai yang lebih luas.

“Penghentian pertempuran bisa menjadi langkah awal dalam menciptakan kesepakatan damai yang lebih besar,” kata Zelenskyy.

Sementara itu, pembicaraan damai terus berlangsung, terutama setelah pertemuan antara pejabat AS dan Ukraina di Arab Saudi awal pekan ini.

Rusia Kembali Kuasai Sudzha

Di tengah negosiasi diplomatik, situasi di lapangan masih panas. Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pasukannya telah merebut kembali kendali atas kota Sudzha di wilayah Kursk, yang sebelumnya dikuasai Ukraina sejak Agustus lalu.

Pasukan Ukraina dilaporkan telah melakukan perlawanan sengit untuk mempertahankan kota itu, namun akhirnya harus mundur setelah serangan Rusia yang semakin intens.

Gencatan Senjata atau Lanjut Perang?

Saat ini, dunia menanti apakah pernyataan Putin benar-benar akan berujung pada gencatan senjata yang nyata atau hanya sekadar strategi politik. Dengan sikap Rusia yang masih ragu terhadap usulan AS dan pertempuran yang masih terjadi di beberapa wilayah, masa depan konflik ini masih belum jelas.

Akankah Rusia dan Ukraina benar-benar duduk bersama untuk mencari solusi damai? Atau konflik ini akan terus berlanjut tanpa titik temu? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya!

Kamis, 13 Maret 2025

Seorang Ibu di Indiana Selamat Setelah Enam Hari Terjebak di Mobil Kecelakaan di Tengah Cuaca Dingin

Seorang Ibu di Indiana Selamat Setelah Enam Hari Terjebak di Mobil Kecelakaan di Tengah Cuaca Dingin
Seorang Ibu di Indiana Selamat Setelah Enam Hari Terjebak di Mobil Kecelakaan di Tengah Cuaca Dingin.

JAKARTA - Seorang ibu di Indiana, Amerika Serikat, selamat dari maut setelah terjebak di dalam mobil yang jatuh ke parit selama enam hari. 

Ia bertahan hidup dengan cara yang tidak biasa, yakni mengisap air dari sweaternya yang ia celupkan ke sungai kecil di dekatnya.

Kecelakaan yang Mengubah Hidup

Brieonna Cassell (41), ibu asal Wheatfield, Indiana, mengalami kecelakaan saat mengemudi di daerah Brook, Indiana. 

Ia tertidur di belakang kemudi, membuat mobilnya keluar dari jalan dan masuk ke dalam parit. 

Akibatnya, ia mengalami patah pada kedua kakinya serta pergelangan tangannya, membuatnya tak mampu keluar dari kendaraan.

Mobil Brieonna jatuh di tempat yang tersembunyi dan tidak terlihat dari jalan raya. Ini membuatnya terjebak selama hampir seminggu tanpa ada yang menyadari keberadaannya. 

Selama enam hari itu, ia harus bertahan hidup di tengah suhu dingin yang turun hingga -3,3 derajat Celcius.

Bertahan dengan Cara Cerdik

Karena tidak bisa keluar dari mobil, Brieonna mencari cara untuk mendapatkan air agar tetap bertahan hidup. 

Dengan kecerdikannya, ia mencelupkan sweaternya ke dalam air sungai kecil yang berada di dekat mobilnya, lalu mengisap air dari kain tersebut. 

Cara ini membuatnya tetap terhidrasi hingga akhirnya ditemukan oleh seseorang yang sedang mengoperasikan alat drainase di sekitar lokasi kecelakaan.

Tim penyelamat segera mengevakuasi Brieonna dari mobilnya dan membawanya ke rumah sakit dengan helikopter. 

Setelah menjalani operasi, kondisinya kini stabil. Namun, keluarganya mengungkapkan bahwa proses pemulihan akan memakan waktu lama, terutama karena adanya kekhawatiran terhadap penyembuhan kakinya.

Upaya Pencarian Keluarga

Brieonna Cassell menggunakan instingnya untuk meningkatkan harapannya untuk bertahan hidup dari cobaan tersebut
Brieonna Cassell menggunakan instingnya untuk meningkatkan harapannya untuk bertahan hidup dari cobaan tersebut.

Saat Brieonna menghilang, keluarganya melakukan pencarian besar-besaran dengan berjalan menyusuri jalanan dan parit di sekitar lokasi yang diperkirakan menjadi jalur perjalanannya. 

Keluarga akhirnya merasa lega setelah mengetahui bahwa Brieonna berhasil ditemukan dalam kondisi masih hidup meskipun dalam keadaan lemah.

Kini, keluarga Brieonna membuat halaman penggalangan dana melalui GoFundMe untuk membantu biaya pengobatannya. 

Mereka berharap banyak orang yang tergerak untuk membantu pemulihan Brieonna agar ia bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Keajaiban di Tengah Tragedi

Kisah Brieonna ini mengingatkan kita bahwa kecerdikan dan ketahanan manusia bisa menjadi faktor penentu dalam situasi darurat. 

Meskipun mengalami cedera serius, ia mampu menemukan cara bertahan hidup yang akhirnya menyelamatkannya hingga bantuan datang.

Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya kesadaran akan bahaya mengemudi dalam keadaan lelah. 

Semoga kisah Brieonna menjadi pelajaran bagi banyak orang untuk selalu berhati-hati di jalan dan memperhatikan kondisi tubuh sebelum berkendara.

Mayoritas Warga Amerika Punya Pandangan Negatif terhadap Elon Musk

Mayoritas Warga Amerika Punya Pandangan Negatif terhadap Elon Musk
Mayoritas Warga Amerika Punya Pandangan Negatif terhadap Elon Musk.

JAKARTA - Elon Musk, pemilik X (sebelumnya Twitter), CEO Tesla dan SpaceX, serta sosok di balik inisiatif penghematan biaya DOGE dari pemerintahan Presiden Donald Trump, tampaknya kurang populer di mata publik Amerika Serikat saat ini.

Menurut survei terbaru CNN/SSRS yang dirilis pada Rabu (12/3/2025), sekitar 53% warga Amerika memiliki pandangan "tidak menyukai" terhadap miliarder tersebut. 

Sementara itu, hanya 35% yang memberikan pandangan positif, 9% tidak memiliki pendapat, dan 2% bahkan mengaku "tidak pernah mendengar" nama Musk.

Sebagai perbandingan, mantan Presiden Donald Trump memiliki tingkat popularitas lebih tinggi dibanding Musk. 

Survei menunjukkan bahwa 45% warga Amerika menyukai Trump, sementara 52% tidak menyukainya. 

Ini sejalan dengan angka tertinggi yang pernah dicapainya selama masa jabatan pertamanya. 

Sementara itu, Wakil Presiden JD Vance mendapatkan tingkat ketidaksukaan sebesar 44%, disukai oleh 33% responden, dan 23% tidak memiliki pendapat.

Musk Tidak Dianggap Punya Pengalaman yang Tepat

Survei ini juga mengungkap bahwa 62% warga Amerika percaya bahwa Musk tidak memiliki "pengalaman yang tepat" untuk mengubah cara kerja pemerintahan. 

Selain itu, 61% responden menilai Musk tidak memiliki "penilaian yang tepat" untuk melakukan perubahan di pemerintahan.

Meskipun hasil survei menunjukkan penurunan popularitasnya, Musk tetap mendapatkan dukungan dari Trump. 

Dalam unggahan di platform Truth Social miliknya pada hari Rabu, Trump menulis, "Wow!!! Orang-orang mencintai Elon, seorang PATRIOT HEBAT. Senang melihatnya!!! DJT."

Musk dan Kontroversi yang Mengiringinya

Sejumlah kebijakan drastis yang diterapkan oleh Musk dalam beberapa bulan terakhir tampaknya turut berkontribusi terhadap menurunnya popularitasnya. 

Gelombang PHK besar-besaran dan pemutusan layanan oleh DOGE telah memicu aksi vandalisme dan protes terhadap perusahaan Tesla di berbagai wilayah di Amerika dan luar negeri.

Tidak hanya itu, pada Senin lalu, X mengalami gangguan layanan besar-besaran. 

Musk mengklaim bahwa gangguan tersebut terjadi akibat "serangan siber besar" yang berasal dari alamat IP di "wilayah Ukraina."

Pada Selasa, Trump menunjukkan dukungan terbuka terhadap Musk dengan menghadiri acara di Gedung Putih yang melibatkan CEO Tesla tersebut. 

Dalam acara tersebut, Trump menyatakan bahwa ia akan membeli mobil Tesla dan bahkan bergabung dengan Musk dalam melihat beberapa model kendaraan yang dibawa ke lokasi untuk sesi foto.

Musk pun memberikan pernyataan yang menarik perhatian publik. 

"Sebagai hasil dari kebijakan hebat Presiden Trump dan pemerintahannya, serta sebagai bentuk kepercayaan terhadap Amerika, Tesla akan menggandakan produksi kendaraan di AS dalam dua tahun ke depan," ujarnya.

Dukungan Finansial Musk untuk Trump

Selain keterlibatan di sektor otomotif dan teknologi, Musk juga memiliki hubungan erat dengan dunia politik. 

Berdasarkan laporan dari The New York Times, Musk telah menghabiskan hampir 300 juta dolar AS untuk mendukung kampanye Trump dalam pemilu 2024 melalui America PAC. 

Bahkan, ia disebut telah "memberi sinyal" kepada penasihat Trump bahwa ia ingin menyumbangkan tambahan 100 juta dolar ke "kelompok-kelompok yang dikendalikan oleh operasi politik Trump."

Survei CNN/SSRS: Metodologi dan Hasil

Survei CNN ini dilakukan oleh perusahaan riset SSRS melalui metode daring dan telepon, dengan sampel yang mewakili populasi nasional Amerika Serikat. 

Survei ini berlangsung pada 6-9 Maret 2025 dan melibatkan 1.206 responden. 

Dengan margin kesalahan sebesar ±3,3% pada tingkat kepercayaan 95%, hasil survei ini memberikan gambaran cukup akurat mengenai persepsi masyarakat terhadap Musk dan tokoh politik lainnya.

Dari hasil survei ini, terlihat jelas bahwa Elon Musk sedang menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan citranya di mata publik Amerika. 

Meski masih mendapatkan dukungan dari Trump, mayoritas warga tampaknya masih skeptis terhadap peran dan keputusannya di berbagai bidang.