|
Hari Diabetes Sedunia. Foto: Kateryna Novikova |
Peringati Hari Diabetes Sedunia, Primaya Hospital Selenggarakan Edukasi via Webinar
|
Ilustrasi Diabetes Melitus - Istimewa |
Diabetes masih menjadi momok bagi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini telah banyak merenggut nyawa manusia serta membuat banyak penderitaan bagi para pengidap sakit tersebut.
Pola hidup yang tidak seimbang bisa menyebabkan penyakit diabetes melitus sahingga masyarakat mesti mengantisipasi penyakit tersebut. Sayangnya, mayoritas masyarakat masih tak menyadari potensi risiko diabetes, cenderung masih menjalani pola hidup yang tak sehat.
Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat merupakan hal mutlak yang harus dilakukan semua pihak guna menekan risiko diabetes. Bertepatan dengan peringatan Hari Diabetes Sedunia, Primaya Hospital selaku institusi kesehatan merasa harus ikut berkontribusi memberikan edukasi dengan menyelenggarakan Webinar bertajuk “Jalani Hari Tua Berkualitas Dengan Memahami Diabetes Sejak Dini”, Sabtu (14/10/2020).
Webinar itu diisi penjelasan medis dan edukasi seputar diabetes oleh para ahli dari Primaya Hospital, terdiri dari dokter Khomimah spesialis penyakit dalam Primaya Hospital Bekasi Barat, dokter Rochsismandoko, spesialis penyakit dalam Primaya Hospital Tangerang, dan dokter Steffi Sofia, spesialis gizi Primaya Evasari Hospital.
dokter Rochsismandoko mengatakan diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya produksi insulin dan resistensi insulin.
“Resistensi Insulin adalah kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik karena adanya gangguan aksi kerja insulin atau terganggunya respon sel tubuh terhadap insulin,” ujarnya.
Menurutnya, DM dapat menyebabkan penyakit lainnya yakni makro vascular atau gangguan perusakan pada pembuluh darah besar seperti jantung koroner, stroke, atau penyakit pembuluh darah tepi. Hal ini dapat ditandai dengan pembuluh darah di kaki bermasalah sehingga kaki menghitam.
Adapun mikro vascular yakni dapat menyebabkan gagal ginjal, gangguan pembuluh darah retina mata yang bisa menyebabkan kebutaan, gagal jantung, atau gangguan saraf kaki sehingga pasien merasakan kebas.
“Penyandang Diabetes Melitus akan meningkatkan potensi terkena infeksi, yang paling banyak terjadi adalah infeksi TBC. Diabetes Melitus juga bisa meningkatkan risiko luka di kaki misalnya infeksi luka tertusuk di kaki yang dapat semakin parah, gejalanya lebih berat, lebih lama, dan lebih luas jika seseorang mengidap Diabetes Melitus,” tuturnya.
Sedangkan dokter Khomimah yang merupakan spesialis penyakit dalam dari Primaya Hospital Bekasi Barat menambahkan gangguan aksi kerja insulin dan kurangnya produksi insulin tersebut terjadi pada kelompok orang yang memiliki berbagai faktor risiko DM. Mereka, lanjut Khomimah, yakni kelompok orang obesitas dengan indeks massa tubuhnya lebih dari 23 dan memiliki salah satu dari faktor yakni jarang melakukan gerak badan atau tidak olahraga, memiliki riwayat anggota keluarga DM.
“Selain itu mereka juga datang dari kelompok yang memiliki hipertensi, kadar kolesterol baik rendah atau kadar trigliserid yang tinggi, memiliki riwayat pre diabetes, kardiovaskular, memiliki riwayat diabetes selama kehamilan atau pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg,” ungkapnya.
Hari Diabetes Sedunia, Waktunya Berantas Mitos-mitos Penyakit Kronis Ini!
|
Ilustrasi Hari Diabetes Sedunia (Shutterstock) |
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak enam persen dari seluruh populasi dunia, mengidap diabetes.
Seperti yang kita tahu, diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa di dalam darah.
Tingginya kadar gula ini disebabkan oleh pankreas yang tidak bisa memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Padahal, insulin bertugas menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Meski ada banyak penderita diabetes di dunia, namun tidak semua orang paham dengan penyakit ini. Bahkan, beberapa dari mereka masih memercayai beragam mitos umum yang beredar.
Pada Hari Diabetes Sedunia ini, mari kita mempelajari fakta-fakta dari 'penyakit gula' ini, dilansir laman Diabetes.org.uk:
1. Penderita Diabetes Tidak Bisa Makan Gula
Ini adalah mitos paling umum. Padahal fakta sebenarnya tidak begitu. Penderita diabetes perlu makanan seimbang, yang dapat mencakup gula secukupnya.
Jadi, penderita diabetes bisa makan gula, namun tetap harus dikontrol.
2. Diabetes tipe 2 adalah ringan
Tidak ada diabetes yang ringan. Jika diabetes tipe 2 tidak dikelola dengan baik, hal itu dapat menyebabkan komplikasi serius.
Pengendalian diabetes yang baik dapat secara signifkan dapat mengurangi risiko komplikasi, tetapi ini tidak berarti kondisinya tidak serius.
3. Diabetes tipe 2 hanya diderita orang gemuk
Selama ini, diabetes tipe 2 sering dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Padahal, hal ini tidak benar.
Sekitar 20% penderita diabetes tipe 2 memiliki berat badan normal, bahkan, kurus.
4. Penderita diabetes akan menjadi buta dan kehilangan kakinya
Diabetes memang dapat menyebabkan kebutaan dan juga banyak amputasi setiap tahun.
Namun, pengidap yang mengontrol tekanan darah, glukosa, berat badan dan berhenti merokok, dapat meningkatkan peluang mereka untuk tetap bebas dari komplikasi.
5. Penderita diabetes tidak boleh berolahraga
Justru sebaliknya, penderita diabetes dianjurkan untuk tetap berolahraga untuk menjaga gaya hidup tetap sehat.
Memang ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, tetapi tidak ada alasan bagi penderita diabetes untuk tidak menggerakkan tubuhnya.
6. Penderita diabetes lebih cenderung sakit
Orang dengan diabetes tidak lebih mungkin terkena pilek atau penyakit lain dibanding bukan pengidap diabetes.
Namun, penyakit lain dapat mempersulit pengelolaan kadar glukosa darah yang pada akhirnya bisa meningkatkan keparahan suatu penyakit atau infeksi.
Jadi, mencegah penyakit sangat penting bagi penderita diabetes.
Mengecat Kuku Warna Biru untuk Peringati Hari Diabetes Sedunia
|
ILUSTRASI Cek Kadar Gula Darah/ Diabetes /pixabay/stanias |
Hari Diabetes Sedunia diperingati setiap tanggal 14 November. Peringatan tahun ini mengusung tema The Nurse dan Diabetes.
Dilansir International Diabetes Federation (WDD) Hari Diabetes sedunia merupakan bentuk kesadaran terhadap diabetes terbesar di dunia.
Para penderita diabetes, ahli kesehatan, advokat diabetes, media, masyarakat umum, hingga organisasi pemerintah bersatu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap diabetes.
Sebagai bentuk kesadaran untuk memperingati Hari Diabetes Sedunia, beberapa hal bisa dilakukan. Salah satunya pada tahun ini bisa mengecat kuku berwarna biru atau tantangan #NailingDiabetes.
Berikut Moreschick rangkum hal yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Diabetes Sedunia.
1. Mengecat Kuku Berwarna Biru
Warna biru menjadi simbol kesadaran diabetes sedunia. Anda dapat mengikuti tantangan #NailingDiabetes dan mengunggah foto kuku yang telah diwarnai ke media sosial.
Hal kecil seperti ini turut berkontribusi meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai diabetes.
2. Melakukan Big Blue Test
Big Blue Test merupakan kegiatan fisik yang dilakukan penderita diabetes yang berdampak pada level gula darah. Ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan kesadaran masyarakat mengenai diabetes.
Memeriksa level gula darah terlebih dahulu bisa dilakukan, kemudian melakukan pekerjaan rumah, jogging, atau berjalan sekitar 15-20 menit.
Setelah itu cek kembali gula darah kalian, apakah menemukan perbedaan atau tidak.
Setiap partisipasi yang dimasukkan ke situs resmi Big Blue Test akan menghasilkan 1 dolar AS yang nantinya akan didonasikan ke perusahaan non-profit untuk membantu penderita diabetes lainnya.
3. berbagi Informasi tentang Diabetes
Dilansir situs diabetes, diabetes tipe 1 bisa menyerang anak-anak dan orang dewasa, namun gejala yang dialami sulit terdeteksi.
Berbagi informasi mengenai gejala dan risiko diabetes tipe 1 kepada penderitanya atau masyarakat umum bisa menjadi cara yang efektif.
Bisa juga membantu seseorang mengetahui risiko dirinya terkena diabetes tipe 2 dengan melakukan tes online.
4. Selfie dengan Logo berwarna Biru dan Pakaian Biru
Tidak hanya kuku yang bernuansa biru, Anda bisa mencoba tantangan lain yaitu selfie dengan pakaian biru dan logo lingkaran biru.
The International Diabetes Federation (IDF) telah merilis aplikasi WDD selfie untuk memudahkan Anda berpartisipasi.
Unggah foto ke media sosial Anda dan ajak keluarga serta teman-teman untuk ikut tantangan ini.
Pentingnya Dukungan Keluarga Pasien Diabetes saat Pandemi
|
Ilustrasi. Di masa pandemi, dukungan keluarga sebagai caregiver sangat penting bagi orang dengan diabetes. (iStockphoto/Nattakorn Maneerat) |
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh orang dengan diabetes. Apalagi di masa pandemi, di mana mobilitas menjadi sangat terbatas dan berhadapan dengan situasi serba tak pasti.
Peringatan Hari Diabetes Sedunia tahun ini mengambil tema "Nurses Make the Difference". Hal ini menggambarkan betapa pentingnya perawatan yang tepat bagi orang dengan diabetes. Di tengah pandemi, peran keluarga sebagai caregiver menjadi sangat penting.
"Di masa pandemi, kita enggak bisa ke mana-mana. Sehari-hati bertemunya keluarga, sehingga harus ada kompromi dalam keluarga," ujar ahli penyakit dalam Sidartawan Soegondo, dalam media briefing memperingati Hari Diabetes Sedunia, beberapa waktu lalu.
Merawat orang dengan diabetes memang bukan perkara mudah. Sidartawan mengatakan, perawatan harus dilihat dari kondisi pasien itu sendiri.
Pasien diabetes yang masih dalam usia produktif dituntut untuk mandiri menjaga kondisi. Caregiver, dalam hal ini keluarga, dituntut untuk membantu kemandirian pasien.
Keluarga disarankan untuk tidak terlalu proaktif atau terlalu banyak mengatur dan mengurusi berbagai keperluan pasien.
Alih-alih proaktif, keluarga disarankan untuk membangun kesadaran pasien agar menjaga kondisinya, baik dengan rutin mengecek kadar gula darah atau mengontrol asupan makanan.
"Jika caregiver terus proaktif, maka tidak ada kemandirian. Dia [pasien diabetes] tidak akan bisa mengontrol diri saat kebetulan berada di luar rumah," kata Sidartawan.
Hal berbeda bakal berlaku bagi pasien diabetes lanjut usia (lansia). Pada pasien kategori ini, caregiver justru harus bertindak lebih proaktif.
Baik itu dalam mengatur menu makan, memonitor gula darah, dan pemberian obat secara teratur.
Gaya hidup, khususnya pola makan, mengambil peran penting dalam mengatasi diabetes. Artinya, pasien diabetes harus lebih ketat soal pola makan.
Namun, sering kali saking takutnya, keluarga justru membeda-bedakan menu makan untuk anggotanya yang mengidap diabetes. Padahal, lanjut Sidartawan, langkah ini tak terlalu diperlukan.
"Diusahakan keluarga sama-sama merasakan diabetes. Tak usah dipisah makanannya. Makan sama saja, tapi pasien tidak boleh makan terlalu banyak," kata Sidartawan.
Dukungan Keluarga Menghindari Stres
Pandemi memberikan pengaruhnya terhadap kesehatan mental dengan memicu stres. Dukungan keluarga akan menjauhkan pengidap diabetes dari stres di masa pandemi.
Tak hanya mengganggu emosi semata, stres juga punya peran dalam mengontrol kadar gula darah. Stres hanya akan menaikkan kadar gula darah.
Respons tubuh terhadap hormon stres ini meningkatkan kadar gula dalam darah. Semakin berat stres yang dirasakan, semakin besar pula peningkatan kadar gula darah.
"Setiap peningkatan stres akan mempengaruhi kenaikan gula darah," ujar spesialis penyakit dalam, dr Dyah Purnamasari, dalam kesempatan berbeda.
Pada orang sehat, reaksi gula darah terhadap stres dapat dikompensasi dengan kemampuan pankreas memproduksi insulin. Namun pada penderita diabetes, kondisi ini dapat memperburuk keadaan.
Gula darah yang tidak terkontrol pada penderita diabetes dapat meningkatkan risiko komplikasi dan kerusakan pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, dan otak. (red)