Berita Borneotribun.com: Antariksa Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Maret 2025

Astronot Starliner Akhirnya Pulang! Petualangan Panjang di Luar Angkasa Segera Berakhir

Astronot Starliner Akhirnya Pulang! Petualangan Panjang di Luar Angkasa Segera Berakhir
Astronot Starliner Akhirnya Pulang! Petualangan Panjang di Luar Angkasa Segera Berakhir.

JAKARTA - Setelah lebih dari sembilan bulan hidup di luar angkasa, dua astronot yang sempat bikin heboh karena terjebak dalam misi Boeing Starliner akhirnya dalam perjalanan pulang ke Bumi!

Perjalanan Pulang yang Ditunggu-tunggu

Pada Selasa dini hari, Suni Williams dan Butch Wilmore, dua astronot NASA yang awalnya hanya dijadwalkan tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama beberapa hari, akhirnya bisa angkat kaki dari sana. Mereka naik kapsul SpaceX Dragon yang sudah lama nangkring di ISS dan mulai perjalanan panjang kembali ke Bumi.

Nggak sendirian, mereka ditemani oleh dua anggota misi Crew-9, yaitu Nick Hague dari NASA dan Aleksandr Gorbunov dari Roscosmos. Empat astronot ini dijadwalkan mendarat dengan cara splashdown (mendarat di laut) di lepas pantai Florida pada Selasa malam waktu setempat.

Dari Misi Kilat Jadi Petualangan Panjang

Williams dan Wilmore awalnya terbang ke luar angkasa menggunakan Boeing Starliner, pesawat luar angkasa yang digadang-gadang bakal jadi pesaing SpaceX. Tapi, siapa sangka, misi yang seharusnya cuma beberapa hari malah berubah jadi lebih dari sembilan bulan! Masalah teknis bikin mereka harus bertahan lebih lama di ISS, dan hal ini memicu banyak pertanyaan tentang masa depan Starliner.

Mereka nggak cuma jadi pahlawan luar angkasa, tapi juga sempat jadi bahan perbincangan politik. Bahkan mantan Presiden AS, Donald Trump, ikut buka suara soal kejadian ini. Namun, kini semua mata tertuju pada perjalanan pulang mereka yang dinanti-nantikan.

Pergantian Crew di ISS

Kepulangan Williams dan Wilmore ini terjadi setelah kedatangan Crew-10 ke ISS pada Sabtu lalu. Dengan kedatangan tim baru, Crew-9 akhirnya bisa menyelesaikan misinya dan bersiap kembali ke Bumi.

Akhir dari Drama Starliner?

Boeing Starliner yang seharusnya menjadi pesaing utama SpaceX kini malah menuai banyak kritik. Misi ini seharusnya menjadi uji coba kru pertama untuk Starliner, tapi malah jadi bukti bahwa pesawat ini masih punya banyak PR sebelum bisa benar-benar diandalkan.

Sementara itu, SpaceX dengan kapsul Dragon-nya justru terus menunjukkan dominasinya dalam misi luar angkasa NASA. Perjalanan pulang Williams dan Wilmore dengan Dragon ini seakan menjadi tamparan telak buat Boeing.


NASA & SpaceX Percepat Kepulangan Crew-9: Kapsul Dragon Freedom Mendarat di Laut Florida

NASA dan SpaceX telah mempercepat jadwal kepulangan para astronaut misi Crew-9 menggunakan kapsul Dragon Freedom. Awalnya, NASA mengumumkan bahwa mereka tidak akan kembali sebelum hari Rabu, tetapi setelah mempertimbangkan cuaca di lepas pantai Florida, jadwal kepulangan dimajukan.

NASA & SpaceX Percepat Kepulangan Crew-9 Kapsul Dragon Freedom Mendarat di Laut Florida
Anggota SpaceX Crew-9 NASA berpose bersama untuk potret di dalam wahana antariksa kru SpaceX Dragon yang berlabuh di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Dari kiri, adalah astronot NASA Suni Williams, kosmonot Roscosmos Aleksandr Gorbunov, dan astronot NASA Nick Hague dan Butch Wilmore. © NASA

Kapsul Dragon Freedom telah berhasil melepaskan diri dari modul Harmony di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tepat pada pukul 01.05 EDT (12.05 WIB) pada Selasa, 19 Maret 2025. Misi kepulangan ini akan berlangsung selama kurang lebih 17 jam, dan para astronaut diperkirakan akan melakukan pendaratan di laut (splashdown) pada pukul 17.57 EDT (04.57 WIB, Rabu pagi) di lepas pantai Florida.

NASA akan menyiarkan proses pendaratan kapsul secara langsung melalui layanan streaming NASA+, dengan siaran yang dimulai pukul 16.45 EDT (03.45 WIB).

Misi Crew-9 ini merupakan bagian dari kerja sama rutin antara NASA dan SpaceX dalam mengirimkan astronaut ke ISS dan membawa mereka kembali ke Bumi dengan aman. Pendaratan di laut menjadi metode standar untuk kapsul Dragon karena memberikan dampak yang lebih lunak dibandingkan pendaratan di darat.


Boeing Starliner Bermasalah: Kok Astronot NASA Malah Nginap Lama di ISS?

Astronot NASA Butch Wilmore dan Suni Williams berjalan pada tanggal 1 Juni di Kennedy Space Center milik NASA. Para astronot yang berpengalaman itu akhirnya meluncur pada tanggal 5 Juni dalam misi uji terbang berawak pertama Starliner milik Boeing. © Joe Skipper/Reuters

Siapa yang sangka, misi singkat Boeing Starliner malah jadi ‘staycation’ panjang buat dua astronot NASA, Butch Wilmore dan Suni Williams, di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)? Awalnya, mereka dijadwalkan cuma sebentar di ISS, tapi gara-gara masalah teknis di pesawat ruang angkasa mereka, kepulangan harus ditunda berbulan-bulan!

Apa yang Terjadi dengan Boeing Starliner?

Boeing Starliner, pesawat luar angkasa buatan Boeing yang digadang-gadang bakal jadi pesaing Crew Dragon-nya SpaceX, mengalami beberapa kendala teknis yang cukup serius. Beberapa masalah utama yang ditemukan adalah:

Kebocoran Helium: Ini masalah besar karena helium dipakai buat mengoperasikan sistem dorong pesawat. Kalau bocor, bisa bikin manuver pesawat jadi nggak stabil.
Gangguan pada Sistem Propulsi: Mesin yang seharusnya membantu Starliner untuk kembali ke Bumi mengalami malfungsi.

Karena kendala ini, NASA dan Boeing akhirnya memutuskan untuk membawa pulang Starliner tanpa dua astronotnya. Iya, pesawatnya pulang duluan, tapi penumpangnya ditinggal!

NASA Nggak Panik, Malah Biarkan Astronot Tetap di ISS

Daripada buru-buru mengadakan misi penyelamatan, NASA memutuskan buat membiarkan Wilmore dan Williams tetap di ISS lebih lama. Kenapa? Supaya ISS tetap beroperasi dengan jumlah kru yang cukup.

Sebagai gantinya, NASA meluncurkan misi SpaceX Crew-9 pada September lalu, tapi hanya membawa dua astronot, bukan empat. Dua kursi kosong itu sengaja disiapkan untuk Wilmore dan Williams saat nanti mereka bisa pulang.

Astronotnya Stres Nggak?

Kebayang nggak sih, niatnya misi sebentar eh malah nginep lama? Tapi Wilmore dan Williams tetap enjoy. Mereka bilang sudah siap dengan segala kemungkinan, termasuk skenario tinggal lebih lama. Dalam sebuah wawancara, Wilmore bahkan berkata:

"Kami datang sudah siap untuk tinggal lama, meskipun rencana awalnya cuma sebentar."

Jadi, meskipun banyak orang di Bumi menganggap mereka "terjebak" di ISS, dua astronot ini tetap santai dan menikmati waktu mereka di luar angkasa.

Boeing Starliner Bermasalah Kok Astronot NASA Malah Nginap Lama di ISS
Tim Boeing dan NASA bekerja di sekitar wahana antariksa Starliner Boeing Crew Flight Test NASA setelah mendarat pada 6 September 2024 tanpa awaknya di White Sands, New Mexico. © NASA/Aubrey Gemignani, via Reuters

Kapan Mereka Bisa Pulang?

Saat ini, NASA dan Boeing masih berusaha memperbaiki Starliner supaya bisa dipakai lagi untuk membawa Wilmore dan Williams kembali ke Bumi. Namun, belum ada kepastian kapan pastinya mereka bisa pulang.


Trump & Musk Ribut soal Starliner: Astronot NASA Beneran Terjebak di Luar Angkasa?

Drama luar angkasa kembali mencuat! Kali ini, mantan Presiden AS Donald Trump dan bos SpaceX, Elon Musk, ikut berkomentar soal misi Starliner yang tertunda kepulangannya dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Keduanya menuding bahwa astronot yang ada di dalam kapsul Starliner "terjebak" atau bahkan "ditelantarkan" gara-gara kebijakan pemerintahan Presiden Joe Biden. Tapi, benarkah begitu? Yuk, kita kupas tuntas!

Starliner: Misi yang Bikin Heboh

Boeing Starliner awalnya direncanakan hanya tinggal di ISS selama beberapa hari setelah meluncur pada awal Juni 2024. Tapi karena masalah teknis, jadwal kepulangannya terus mundur. Meski begitu, NASA dan para astronot memastikan kalau mereka baik-baik saja dan tidak ada yang namanya "terjebak di luar angkasa."

Tapi ya gitu, hal ini tetap jadi bahan panas di dunia politik. Trump mengklaim bahwa astronot tersebut "ditinggalkan" akibat kebijakan Biden. Lebih jauh lagi, dia bilang kalau dirinya-lah yang "mengizinkan" Musk untuk membantu membawa mereka pulang. Padahal, rencana kepulangan Starliner sudah disusun jauh sebelum Trump mulai berkampanye lagi untuk Pilpres 2024.

Musk Ikut Komentari Starliner

Elon Musk, yang selama ini sering bersaing dengan Boeing dalam industri penerbangan luar angkasa, nggak mau ketinggalan. Dia ikut meramaikan isu ini dengan beberapa cuitan di X (dulunya Twitter). Musk menyindir bahwa SpaceX tidak akan mengalami masalah serupa, menegaskan bahwa roket dan kapsul buatannya lebih andal dibandingkan Starliner milik Boeing.

Meski banyak yang pro dan kontra, para astronot di ISS menanggapi semua ini dengan santai. Salah satu astronot, Butch Wilmore, ketika ditanya tentang pernyataan Trump dan Musk, hanya berkata, "Ya, itu politik. Begitulah dunia ini bekerja." Artinya, mereka sama sekali nggak merasa ditelantarkan seperti yang diklaim Trump dan Musk.

Jadi, Apakah Starliner Aman?

Menurut NASA, astronot yang ada di dalam Starliner tetap aman dan semua keputusan diambil berdasarkan aspek keselamatan. Mereka memilih untuk menunda kepulangan karena ingin memastikan semua sistem berfungsi dengan baik sebelum memasuki atmosfer Bumi. Kalau dipaksakan pulang dalam kondisi nggak siap, justru malah bisa membahayakan misi.

Jadi, buat kalian yang khawatir, jangan panik! Para astronot nggak benar-benar "terjebak" seperti yang dibilang Trump. Ini cuma persoalan teknis yang memang butuh waktu untuk diperbaiki.

Seperti biasa, apa pun bisa jadi bahan politik—termasuk soal luar angkasa. Trump dan Musk mungkin punya agenda masing-masing dalam membuat isu Starliner ini semakin panas. Tapi yang pasti, NASA dan para astronot tetap bekerja sesuai prosedur untuk memastikan keselamatan mereka.


Crew-10 Memulai Misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional: Petualangan Baru di Luar Angkasa!

Crew-10 Memulai Misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional Petualangan Baru di Luar Angkasa!
Anggota SpaceX Crew-10 yang baru tiba bergabung dengan kru Ekspedisi 72 di Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk upacara singkat tak lama setelah berlabuh pada Minggu pagi. © Disediakan oleh NASA

Halo, sobat pencinta luar angkasa! Ada kabar keren nih dari dunia antariksa. Misi Crew-10 akhirnya tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Sabtu malam waktu setempat. Kedatangan mereka menjadi langkah penting yang memungkinkan kru sebelumnya, Barry Wilmore dan Sunita Williams, bisa pulang ke Bumi setelah lebih dari 280 hari di orbit.

Siapa Saja Kru Crew-10?

Misi ini dipimpin oleh astronaut NASA Anne McClain sebagai komandan. Selain itu, ada juga Nichole Ayers yang bertugas sebagai pilot. Nggak cuma dari NASA, misi ini juga melibatkan dua spesialis dari badan antariksa lain, yaitu:

  • Takuya Onishi dari JAXA (Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang)
  • Kirill Peskov dari Roscosmos (Badan Antariksa Rusia)

Perjalanan Menuju ISS

Crew-10 awalnya dijadwalkan berangkat lebih cepat, tapi harus mengalami penundaan selama dua hari. Akhirnya, pada Jumat malam, mereka berhasil meluncur dari Kennedy Space Center, Florida, menggunakan roket Falcon 9 buatan SpaceX. Setelah lepas dari roket, kapsul Dragon Endurance yang membawa para astronaut ini menggunakan pendorongnya sendiri untuk menuju ISS. Oh ya, Dragon Endurance ini udah sering dipakai dalam berbagai misi SpaceX sebelumnya lho!

Serah Terima Kru di ISS

Sebelum kru lama meninggalkan ISS, mereka sempat membantu Crew-10 untuk beradaptasi dengan lingkungan di luar angkasa. Proses ini penting banget supaya kru baru bisa langsung ngegas menjalankan tugas mereka dengan lancar. Nah, McClain, Ayers, Onishi, dan Peskov bakal menjadi bagian dari Ekspedisi 73, yang akan menetap di ISS selama kurang lebih enam bulan untuk melakukan berbagai eksperimen sains yang super canggih!

SpaceX dan Masa Depan Misi Luar Angkasa

Misi Crew-10 ini adalah bagian dari Commercial Crew Program milik NASA. Program ini memungkinkan NASA untuk bekerjasama dengan perusahaan swasta seperti SpaceX dalam mengirim astronaut dan kargo ke luar angkasa. Sebenarnya, selain SpaceX, NASA juga menggandeng Boeing untuk menyediakan kendaraan luar angkasa mereka sendiri, yaitu Starliner. Sayangnya, Starliner masih mengalami berbagai kendala dalam uji coba penerbangan awak pertamanya. Jadi, untuk saat ini, SpaceX masih jadi andalan utama NASA.

Sabtu, 08 Maret 2025

NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul "Athena"

NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul Athena
NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul "Athena".

Jakarta - NASA kembali mencetak sejarah dengan berhasil mengaktifkan jaringan seluler 4G pertama di Bulan. Teknologi ini dikembangkan oleh Nokia dan dikirim ke Kutub Selatan Bulan menggunakan modul pendaratan "Athena", yang dibuat oleh perusahaan swasta Intuitive Machines.

Pendaratan Tidak Sempurna, Tapi Jaringan Tetap Berfungsi

Meskipun pendaratan modul "Athena" tidak berlangsung sempurna—karena posisi modul sedikit miring—para insinyur memastikan bahwa jaringan 4G tetap berfungsi dengan baik. 

Dalam waktu dekat, NASA akan mulai melakukan pengujian jaringan ini, yang nantinya akan menjadi bagian penting dari misi luar angkasa di masa depan.

Apa Fungsi Jaringan 4G di Bulan?

Banyak yang mungkin bertanya-tanya, apakah kita bisa menelepon ke Bumi menggunakan jaringan ini? Jawabannya tidak. 

Jaringan 4G di Bulan bukan untuk komunikasi langsung ke Bumi, tetapi lebih difokuskan pada:

  • Menyediakan konektivitas bagi para astronot di misi "Artemis 3".
  • Menghubungkan berbagai peralatan penelitian di Bulan.
  • Memfasilitasi komunikasi antar-robot seperti rover MAPP dan drone Micro Nova Hopper.

Teknologi di Balik Jaringan 4G Bulan

Perangkat jaringan yang digunakan oleh Nokia dikemas dalam modul "Network-in-a-Box" (Jaringan dalam Kotak). 

Modul ini memiliki semua komponen yang diperlukan untuk membangun jaringan seluler, kecuali antena dan sumber daya. 

Antena dipasang di modul pendaratan, sedangkan tenaga listrik disuplai oleh panel surya.

Namun, jaringan ini hanya akan bertahan selama beberapa hari, karena peralatan yang dikirim kemungkinan besar tidak akan mampu bertahan menghadapi malam pertama di Bulan yang ekstrem.

Langkah Awal Menuju Infrastruktur Komunikasi Luar Angkasa

Peluncuran jaringan 4G ini menjadi langkah awal dalam membangun sistem komunikasi yang lebih canggih di Bulan. 

Ke depannya, Nokia berencana mengembangkan jaringan 4G atau bahkan 5G yang lebih luas, yang dapat mencakup pangkalan penelitian "Artemis".

NASA juga tengah mengembangkan teknologi komunikasi untuk astronot, seperti integrasi jaringan seluler ke dalam baju antariksa terbaru dari Axiom. 

Hal ini akan memungkinkan astronot untuk tetap terhubung satu sama lain dan dengan tim di Bumi secara lebih efisien.

Tantangan dan Hambatan dalam Penggunaan 4G di Bulan

Meskipun inovasi ini terdengar menarik, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi:

  1. Interferensi dengan Radio Astronomi – Frekuensi LTE yang digunakan sebagian tumpang tindih dengan frekuensi yang dipakai untuk pengamatan luar angkasa, yang dapat mengganggu penelitian ilmiah.
  2. Regulasi Frekuensi Internasional – Hingga saat ini, frekuensi 4G belum secara resmi masuk dalam daftar gelombang yang diizinkan untuk misi luar angkasa. Oleh karena itu, Nokia hanya mendapat izin khusus untuk eksperimen ini. Di masa depan, mereka perlu menyesuaikan frekuensi agar tetap kompatibel dengan standar global.

Masa Depan Komunikasi di Bulan

Langkah NASA dan Nokia dalam menghadirkan jaringan 4G di Bulan adalah tonggak penting dalam eksplorasi luar angkasa. 

Dengan semakin majunya teknologi komunikasi, kemungkinan besar kita akan melihat jaringan yang lebih kuat dan tahan lama di Bulan. 

Hal ini bukan hanya membantu misi eksplorasi, tetapi juga membuka peluang bagi masa depan kolonisasi manusia di luar angkasa.

Bagaimana menurutmu? Apakah jaringan 4G di Bulan akan membuka jalan bagi kehidupan manusia di luar Bumi? Yuk, diskusikan di kolom komentar!

Senin, 03 Maret 2025

Wahana Blue Ghost Sukses Mendarat di Bulan Membawa Kiriman Khusus untuk NASA

Wahana Blue Ghost Sukses Mendarat di Bulan Membawa Kiriman Khusus untuk NASA
Blue Ghost setelah mendarat di bulan dengan pengiriman khusus untuk NASA, 2 Maret 2025. (NASA/Firefly Aerospace via AP)
JAKARTA - Sebuah pendarat bulan swasta bernama "Blue Ghost" sukses mendarat dengan stabil di Bulan pada Minggu (2/3). 

Keberhasilan ini menjadikan Firefly Aerospace sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil menempatkan pesawat ruang angkasa di Bulan tanpa mengalami kecelakaan atau tumbang.

Misi ini membawa berbagai peralatan penting untuk NASA, termasuk bor, ruang hampa udara, dan sejumlah eksperimen lainnya. 

Keberhasilan pendaratan ini menambah daftar perusahaan yang berupaya mengembangkan bisnis eksplorasi Bulan sebelum misi astronaut masa depan.

Pendaratan Autopilot di Cekungan Vulkanik Kuno

Pendarat "Blue Ghost" melakukan perjalanan sejauh 360.000 kilometer sebelum akhirnya turun secara autopilot menuju permukaan Bulan. Titik pendaratan yang dipilih adalah sebuah lereng kubah vulkanik kuno di cekungan tumbukan di tepi timur laut sisi dekat Bulan.

Tim Mission Control Firefly Aerospace yang berbasis di luar Austin, Texas, mengonfirmasi keberhasilan pendaratan ini. 

Kepala teknisi pendarat, Will Coogan, dengan bangga melaporkan, "Kami berhasil melakukan pendaratan. Kami berada di Bulan."

Misi Penting untuk Eksplorasi Masa Depan

Keberhasilan Firefly Aerospace menunjukkan bahwa perusahaan swasta memiliki potensi besar dalam mendukung eksplorasi ruang angkasa. 

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang ikut serta dalam eksplorasi Bulan, diharapkan akan semakin banyak inovasi yang mendukung misi masa depan, termasuk pengiriman manusia kembali ke satelit alami Bumi ini.

Misi "Blue Ghost" ini juga menjadi langkah awal dalam menjadikan Bulan sebagai pusat penelitian dan eksplorasi yang lebih luas. 

NASA dan berbagai pihak lainnya terus mencari cara untuk memanfaatkan sumber daya di Bulan guna mendukung misi luar angkasa yang lebih ambisius di masa depan, termasuk perjalanan ke Mars.

Dengan pencapaian ini, Firefly Aerospace membuktikan bahwa mereka siap bersaing dalam industri eksplorasi luar angkasa yang semakin berkembang. Kita tunggu inovasi dan misi luar angkasa menarik lainnya di masa depan!

Pendaratan yang tegak dan stabil menjadikan Firefly – sebuah perusahaan rintisan yang didirikan satu dekade lalu – sebagai perusahaan swasta pertama yang menempatkan pesawat ruang angkasa di Bulan tanpa jatuh atau terjatuh. 

Sejauh ini baru lima negara yang mengklaim berhasil melakukan pendaratan di Bulan, yaitu Rusia, Amerika Serikat, China, India, dan Jepang.

Setengah jam setelah mendarat, “Blue Ghost” mulai mengirimkan kembali gambar-gambar dari permukaan, yang pertama adalah swafoto (selfie) yang agak tertutup oleh sinar matahari.

Dua perusahaan pendarat lainnya sedang mengejar “Blue Ghost,” dan perusahaan berikutnya diperkirakan akan bergabung di bulan pada akhir minggu ini.

Piranti Pendarat Lebih Stabil, NASA Rogoh Kocek Lebih Dalam

“Blue Ghost” dinamai berdasarkan spesies kunang-kunang langka di AS, dengan ukuran dan bentuk yang sesuai. Pendarat jongkok berkaki empat ini memiliki tinggi 2 meter dan lebar 3,5 meter, sehingga lebih stabil.

Diluncurkan pada pertengahan Januari dari Florida, pendarat itu telah melakukan 10 percobaan ke bulan untuk NASA.

NASA membayar US$101 juta untuk pengiriman tersebut, ditambah US$44 juta untuk ilmu pengetahuan dan teknologi di dalamnya. 

Ini adalah misi ketiga di bawah program pengiriman komersial ke bulan NASA, yang dimaksudkan untuk memicu kompetisi bisnis swasta ke bulan, sambil mencari informasi tambahan sebelum mengirim para astronot di akhir dekade ini.

Ray Allensworth dari Firefly mengatakan pendarat itu melewati sejumlah bahaya, termasuk batu besar, untuk mendarat dengan aman.

Demo tersebut akan berlangsung selama dua minggu, sebelum siang hari di bulan berakhir dan pendarat dinonaktifkan.

“Blue Ghost” membawa alat vakum untuk menyedot material tak terkonsolidasi yang ditemukan di permukaan Bulanguna dianalisis lebih jauh, dan bor untuk mengukur suhu sedalam 3 meter di bawah permukaan. 

Ada pula berbagai perangkat untuk menghilangkan debu bulan yang bersifat abrasif, yang menjadi momok bagi para penjelajah Apollo milik NASA, yang melekat di seluruh pakaian dan peralatan antariksa mereka.

Dalam perjalanannya ke bulan, “Blue Ghost” memancarkan kembali gambar-gambar indah dari planet asalnya. 

Pendarat ini sempat beraksi saat berada di orbit mengelilingi bulan, dengan gambar lebih rinci tentang permukaan bulan yang bopeng abu-abu. 

Pada saat yang sama, penerima di dalam pesawat melacak dan memperoleh sinyal dari GPS AS dan konstelasi Galileo Eropa, sebuah langkah maju yang menggembirakan dalam navigasi penjelajah masa depan.

Pendaratan ini membuka jalan bagi banyak pihak yang sedang mengupayakan bisnis ke Bulan.

Pendarat Kedua Siap Mendarat pada Kamis

Pendarat lainnya – yaitu sebuah pesawat setinggi 15 kaki yang tinggi dan kurus, yang dibangun dan dioperasikan oleh Intuitive Machines yang berbasis di Houston – akan mendarat di bulan pada Kamis (6/3). 

Ia mengincar bagian bawah bulan, yang terletak hanya 160 kilometer dari kutub selatan. 

Jarak itu lebih dekat ke kutub dibandingkan yang dicapai perusahaan tahun lalu dengan pendarat pertamanya, yang bagian kakinya patah dan terbalik.

Meski terjatuh, pendarat pertama Intuitive Machines itu berhasil membawa Amerika Serikat kembali ke bulan untuk pertama kalinya, sejak astronaut NASA menutup program Apollo pada 972.

Pendarat Ketiga dari Jepang akan Tiba Juni

Pendarat ketiga milik perusahaan Jepang, ispace, baru akan mendarat tiga bulan lagi. Piranti ini menumpang roket “Blue Ghost” dari Cape Canaveral pada 15 Januari lalu, dengan rute yang lebih panjang dan berangin.

Sebagaimana halnya Intuitive Machines, ispace juga berusaha mendarat di bulan untuk kedua kalinya. Pendarat pertamanya pada 2023 jatuh.

Bulan dipenuhi puing-puing tidak hanya dari jatuhnya piranti ispace tersebut, tapi juga puluhan piranti lain yang gagal selama beberapa dekade. [em/ab]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Senin, 24 Februari 2025

Pesawat Antariksa Blue Ghost Kirim Video Menakjubkan dari Sisi Jauh Bulan

Pesawat Antariksa Blue Ghost Kirim Video Menakjubkan dari Sisi Jauh Bulan
Pesawat Antariksa Blue Ghost Kirim Video Menakjubkan dari Sisi Jauh Bulan.
JAKARTA - Pesawat antariksa Blue Ghost, yang dikembangkan oleh Firefly Aerospace dalam program NASA Commercial Lunar Payload Services (CLPS), baru saja mengirimkan rekaman video spektakuler dari sisi jauh Bulan. 

Saat ini, Blue Ghost sedang menjalani serangkaian manuver untuk menurunkan orbitnya sebelum melakukan pendaratan di area Mare Crisium (Laut Krisis) pada 2 Maret 2025.

Menurut pernyataan dari Firefly Aerospace, manuver terbaru yang dilakukan berlangsung selama 3 menit 18 detik dan berhasil mengubah orbit Blue Ghost dari bentuk elips memanjang menjadi lebih rendah. 

Setelah manuver ini, pesawat berhasil merekam sisi jauh Bulan dari ketinggian sekitar 120 km, memberikan pandangan yang luar biasa dari wilayah yang jarang terekam.

Blue Ghost membawa sepuluh instrumen sains dan teknologi dari NASA. Dalam misinya, para ilmuwan akan meneliti berbagai aspek Bulan, termasuk:
  • Aliran panas dari dalam Bulan.
  • Interaksi antara material yang dikeluarkan dari pesawat dengan permukaan Bulan.
  • Medan listrik dan magnetik di kerak Bulan.
  • Observasi sinar-X terhadap magnetosfer Bumi.

Selain itu, ada juga eksperimen teknologi yang akan menguji sistem pengambilan sampel tanah Bulan, komputer tahan radiasi, serta metode perlindungan dari debu menggunakan teknologi elektrodinamika.

Salah satu peristiwa paling dinantikan dalam misi ini adalah perekaman gerhana matahari total pada 14 Maret 2025. 

Pada saat itu, Bumi akan menutupi Matahari dari perspektif Bulan, menciptakan pemandangan unik yang jarang disaksikan. 

Dua hari kemudian, pada 16 Maret, Blue Ghost juga akan merekam proses Matahari terbenam di cakrawala Bulan untuk meneliti efek cahaya yang disebabkan oleh debu bulan yang melayang, fenomena yang pertama kali diamati oleh astronot Eugene Cernan selama misi Apollo 17.

Para ilmuwan menduga bahwa debu bermuatan ini bisa menjadi ancaman bagi peralatan dan kesehatan astronot di masa depan, sehingga penelitian ini menjadi sangat penting.

Saat ini, Blue Ghost masih terus menurunkan orbitnya dan mengalami kehilangan sinyal secara berkala saat melintasi sisi jauh Bulan. 

Dalam beberapa hari ke depan, tim Firefly Aerospace akan melakukan manuver akhir sebelum pendaratan bersejarah yang akan menjadi langkah penting dalam persiapan eksplorasi Bulan di masa depan.

Dengan keberhasilan misi ini, Firefly Aerospace dan NASA semakin dekat dengan impian eksplorasi lebih jauh ke luar angkasa, membuka jalan bagi misi berawak ke Bulan dan mungkin bahkan ke Mars suatu hari nanti.

Selasa, 23 Juli 2024

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Halo, teman-teman! Ada berita seru nih dari dunia teknologi satelit. Maxar Intelligence, perusahaan yang ahli dalam menyediakan data geospasial yang akurat, baru saja merilis gambar pertama planet kita yang diambil oleh satelit WorldView Legion generasi baru. 

Gambar-gambar ini menampilkan detail menakjubkan dari daerah perkotaan dan jalan raya di San Francisco dan Sacramento.

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Satelit Generasi Baru

Gambar-gambar tersebut diambil oleh salah satu dari dua satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi pada bulan Mei. Totalnya, akan ada enam satelit seperti ini yang akan diluncurkan. Menurut Maxar, seluruh satelit ini akan melipatgandakan kemampuan mereka dalam mengumpulkan gambar berkualitas tinggi. 

Hal ini memungkinkan mereka mengambil gambar dari "senja hingga fajar," dengan frekuensi 20 hingga 30 menit untuk area yang paling cepat berubah di planet ini. Bayangkan, bisa mendapatkan gambar terbaru dari area penting setiap setengah jam!

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Teknologi Canggih untuk Informasi Lebih Cepat

Dengan peningkatan kapasitas ini, Maxar akan mampu menciptakan produk perangkat lunak yang memanfaatkan kecerdasan buatan dan teknologi pembelajaran mesin untuk mengekstrak informasi dari data geospasial dengan lebih cepat. 

Ini sangat penting untuk pemetaan yang tepat, pemantauan medan, analisis geospasial, dan tugas-tugas penting lainnya. 

Jadi, dengan teknologi ini, kita bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat dan cepat tentang bumi kita.

Masa Depan Cerah dengan Enam Satelit

Saat ini, Maxar sedang menugaskan dan mengkalibrasi satelit-satelit ini. Dalam waktu dekat, dua satelit pertama akan siap digunakan untuk melayani pelanggan. 

Dan yang lebih menarik lagi, pada akhir tahun 2024, Maxar berencana untuk meluncurkan keenam satelit tersebut. 

Dengan begitu, kita bisa mengharapkan lebih banyak gambar dan data yang sangat bermanfaat dari Maxar.
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Kesimpulan

Kehadiran satelit WorldView Legion generasi baru dari Maxar ini adalah langkah besar dalam teknologi pemetaan dan analisis geospasial. 

Dengan gambar berkualitas tinggi dan teknologi canggih, Maxar membuka peluang baru untuk memahami dan memantau bumi kita dengan lebih baik. 

Jadi, itulah berita terbaru dari dunia satelit! Tetap ikuti perkembangan selanjutnya dan nantikan lebih banyak gambar keren dari Maxar. Jangan lupa untuk share artikel ini jika kalian merasa informasi ini menarik. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Sabtu, 13 Juli 2024

Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet

Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet. Gambar: Howe Industri
Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet. Gambar: Howe Industri
JAKARTA - Penerbangan manusia ke Mars merupakan salah satu tantangan terbesar dalam eksplorasi luar angkasa. Dengan teknologi saat ini, misi ke Planet Merah dan kembali ke Bumi memakan waktu sekitar dua tahun. 

Durasi ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai ketahanan fisik dan psikologis manusia dalam menjalani ekspedisi yang begitu lama. 

Selain itu, penerbangan panjang meningkatkan risiko paparan radiasi, terutama saat melintasi zona lontaran massa koronal matahari.

Mempercepat penerbangan ke Mars bisa menjadi solusi untuk banyak masalah ini. Dan kini, Howe Industries tengah mengerjakan inovasi mesin yang mampu mewujudkan hal tersebut. 

Di antara banyak startup, Howe Industries menonjol dengan menarik investasi dari NASA, yang sangat tertarik dengan proyek mereka.

Roket Pulsa Plasma: Solusi Masa Depan

Howe Industries mengusulkan pembuatan roket pulsa plasma (PPR). Mereka percaya bahwa dengan teknologi saat ini, sistem ini layak diwujudkan. 

PPR akan menggabungkan dua komponen penting untuk mesin luar angkasa: daya dorong tinggi (hingga 100.000 N) dan impuls spesifik tinggi (hingga 5.000 detik).

Dengan konsep ini, roket akan mampu mempercepat kapal berawak, bahkan dengan sistem proteksi radiasi masif, hingga kecepatan 160 ribu km/jam. 

Namun, tantangan berikutnya adalah bagaimana menghentikan kapal secara efektif saat mendekati Mars. 

Howe Industries, dengan dukungan NASA, harus menyelesaikan masalah ini serta tantangan struktural dan energi lainnya.

Investasi NASA dalam Inovasi

Saat ini, NASA berinvestasi dengan hati-hati dalam proyek ini. Mereka telah mengalokasikan $725.000 untuk mengembangkan konsep ini lebih lanjut. 

Pendanaan ini diberikan melalui program Innovative Advanced Concepts (NIAC), yang dirancang untuk mengevaluasi ide-ide inovatif dari pihak ketiga. Meski terlihat fantastis, ide ini memiliki peluang untuk diwujudkan.

Para peneliti menyadari bahwa meskipun tahap awal penelitian dapat diselesaikan, butuh waktu sekitar 20 tahun sebelum misi sebenarnya dapat diluncurkan. 

Namun, dengan teknologi mesin pulsa plasma yang kuat, peluang baru dalam penerbangan luar angkasa akan terbuka. 

Mengirim misi ke pinggiran tata surya pun akan menjadi lebih mudah.

Harapan untuk Masa Depan

Inovasi ini memberi harapan baru bagi misi manusia ke Mars. Dengan mesin yang lebih cepat dan efisien, waktu penerbangan dapat dipersingkat menjadi hanya dua bulan. 

Ini tidak hanya mengurangi beban fisik dan psikologis para astronot, tetapi juga mengurangi risiko paparan radiasi. 

Meskipun masih dalam tahap pengembangan, dukungan dari NASA menunjukkan bahwa konsep ini memiliki potensi besar untuk masa depan eksplorasi luar angkasa.

Mari kita nantikan terobosan berikutnya dalam teknologi luar angkasa yang bisa membawa kita lebih dekat ke impian manusia ke Mars!

Selasa, 02 April 2024

Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya!

Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya
Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya. (Gambar Ilustrasi)
JAKARTA – Fenomena langka akan terjadi menjelang Lebaran. Fenomena alam tersebut merupakan "Gerhana Matahari Total".

Ketua Asosiasi Astronomi Uni Emirat Arab (UEA), Al-Jarwan, mengungkapkan bahwa fenomena "Gerhana Matahari Total" yang terjadi menjelang lebaran ternyata memiliki dampak terhadap penampakan bulan sabit Syawal.

Menurutnya, "Gerhana Matahari Total" dapat menyulitkan proses pengamatan bulan Sabit.

Selain itu, fenomena ini juga dapat membuat bulan Sabit awal Syawal baru akan terlihat pada 9 April 2024 mendatang.

Melansir dari Gulf News, Asosiasi Astronomi UEA mengungkapkan bahwa lebaran berpotensi jatuh pada Rabu, 10 April 2024 karena bulan Sabit baru terlihat pada 9 April 224.

Sebagai informasi, bulan Sabit adalah tanda bulan baru. Dalam hal ini, bulan baru menandakan akhir dari bulan Ramadan.

Selain terhadap pengamatan bulan Sabit, "Gerhana Matahari Total" juga berdampak terhadap aktivitas di Bumi lainnya, seperti lonjakan trafik internet dan sinyal ponsel.

Lonjakan trafik disebabkan karena kemungkinan akan ada banyak orang yang mengakses Google Search.

Pada fenomena sebelumnya, sejumlah orang mencari tahu informasi dampak melihat langsung Matahari saat gerhana terjadi.

Sementara itu, sinyal ponsel yang bermasalah disebabkan karena kemungkinan akan ada banyak aktivitas ponsel secara berlebihan saat itu.

"Gerhana Matahari Total" nanti dapat terlihat di beberapa lokasi di dunia, yakni mulai dari Meksiko, Amerika Serikat (AS), Amerika Utara hingga Kanada.

Sementara itu, Xavier Jubier selaku pakar gerhana asal Perancis menjelaskan jalur "Gerhana Matahari Total" terbentang 162-200 kilometer, yakni terjadi di Samudera Pasifik hingga menuju ke Atlantik.

Titik totalitas terpanjang fenomena tersebut pada Nazas, dekat Durango, Meksiko. Pada saat bayangan Bulan membesar, masyarakat dapat melihat "Gerhana Matahari Total" selama 4 menit 28 detik.

Minggu, 04 Februari 2024

NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars

NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
JAKARTA - NASA telah mengungkap jejak-jejak sungai kuno yang berkelok-kelok di permukaan Mars melalui pengamatan yang dilakukan oleh Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). 

Gambar yang diperoleh dari misi ini menunjukkan formasi sungai kering di Aeolis Planum, yang memberikan bukti kuat akan keberadaan air di planet tersebut pada masa lampau.

Dalam gambar-gambar tersebut, terlihat pola sungai yang jelas berkelok-kelok di tengah dataran Mars. 

Para ilmuwan memperhatikan bahwa formasi dasar sungai terdiri dari batu kerikil, sementara sekitarnya tertutup oleh endapan berbutir halus. 

Fenomena ini dijelaskan oleh para ahli sebagai hasil dari apa yang mereka sebut sebagai "saluran terbalik", yaitu ketika sungai mengering, endapan berbutir halus akan tersapu meninggalkan lapisan kerikil yang terlihat seperti punggung bukit.

Dr. Maria Zuber, seorang ilmuwan planetary dari Universitas Harvard, mengatakan, "Ini adalah bukti yang sangat penting tentang sejarah air di Mars. 
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
Temuan ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kondisi permukaan planet ini telah berubah seiring waktu."

Gambar-gambar ini diambil dari ketinggian hampir 267 kilometer menggunakan HiRISE, sebuah kamera canggih yang dipasang pada MRO. 

Kemampuan resolusi tinggi kamera ini memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan detail yang sangat halus dari formasi permukaan Mars, memungkinkan mereka untuk memahami lebih dalam tentang sejarah geologis planet tersebut.

Penemuan ini menambah daftar panjang bukti bahwa Mars memiliki masa lalu yang kaya akan air cair, yang mendukung kemungkinan adanya kehidupan mikroba di masa lalu. 

Hal ini juga memberikan petunjuk penting bagi penelitian masa depan, termasuk misi berawak yang diusulkan untuk menjelajahi lebih jauh potensi keberadaan kehidupan di planet tetangga kita ini.

Selasa, 23 Januari 2024

Pioneer 10: Pesawat Ruang Angkasa yang Terus Mengirim Data Meski Tua

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
JAKARTA – Pada tanggal 22 Januari 2003, Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA mengirimkan transmisi data terakhirnya ke Bumi. 

Pioneer 10 mencatat sejarah sebagai misi luar angkasa pertama NASA yang berhasil melewati sabuk asteroid, mengunjungi Jupiter, dan melintasi planet luar. 

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Saat ini, pesawat ini sedang menjauh dari tata surya, telah menempuh perjalanan lebih dari 10 miliar mil dari Bumi.

Meskipun dirancang awalnya untuk bertahan selama 21 bulan, Pioneer 10 terus mengumpulkan dan mengirimkan data selama lebih dari 30 tahun. 

Pasokan listrik radioisotopnya akhirnya rusak, dan NASA tak dapat lagi menghubunginya.

Berita lainnya pada 21 Januari 1960, ketika monyet bernama Miss Sam diluncurkan dengan roket Little Joe untuk membantu uji sistem pelarian pesawat ruang angkasa Mercury NASA. 

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Meski hanya mencapai ketinggian sekitar 9 mil, Miss Sam berhasil melewati uji psikomotorik dengan menarik tuas menggunakan lampu sebagai isyarat selama penerbangan 8,5 menit. 

Roket tersebut akhirnya membawa astronot Amerika pertama ke luar angkasa.

Sumber: Space.com

Kamis, 23 Februari 2023

Teleskop luar Angkasa mengungkap Galaksi masif di dekat Fajar Kosmik

Teleskop luar Angkasa mengungkap Galaksi masif di dekat Fajar Kosmik
Foto: Gambar yang disediakan oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa ini menunjukkan gambar dari enam calon galaksi masif, terlihat 500-800 juta tahun.
CAPE CANAVERAL — Para astronom telah menemukan apa yang tampak sebagai galaksi masif yang berasal dari 600 juta tahun Big Bang, menunjukkan bahwa alam semesta awal mungkin memiliki jalur cepat bintang yang menghasilkan "monster" ini.

Sementara Teleskop Luar Angkasa James Webb yang baru telah melihat galaksi-galaksi yang bahkan lebih tua, yang berumur hanya 300 juta tahun dari awal alam semesta, ukuran dan kejadian dari enam mega-galaksi yang terlihat inilah yang mengejutkan para ilmuwan. Mereka melaporkan temuan mereka Rabu (23/2/2023).

Peneliti utama Ivo Labbe dari Swinburne University of Technology Australia dan timnya berharap menemukan bayi galaksi kecil sedekat ini dengan fajar alam semesta,  dan ini tidak bohong.

“Sementara sebagian besar galaksi di era ini masih kecil dan hanya secara bertahap tumbuh lebih besar dari waktu ke waktu,” katanya melalui email, “ada beberapa monster yang mempercepat kedewasaan. Mengapa ini terjadi atau bagaimana ini akan berhasil tidak diketahui.”

Labbe mengatakan dia dan timnya pada awalnya tidak berpikir hasilnya sangat nyata dan bahwa tidak mungkin ada galaksi yang matang seperti Bima Sakti pada waktu yang sangat awal dan mereka masih perlu dikonfirmasi. 

Benda-benda itu tampak begitu besar dan terang sehingga beberapa anggota tim mengira mereka telah melakukan kesalahan. "Kami sangat terkejut, agak ragu," kata Labbe.

Joel Leja dari Pennsylvania State University, yang mengambil bagian dalam penelitian ini, menyebut mereka "pemecah alam semesta".

"Pengungkapan bahwa pembentukan galaksi masif dimulai sangat awal dalam sejarah alam semesta. Membalikkan apa yang banyak dari kita anggap sebagai sains yang menetap," kata Leja dalam sebuah pernyataan. “Ternyata kami menemukan sesuatu yang sangat tidak terduga sehingga benar-benar menimbulkan masalah bagi sains. Ini mempertanyakan gambaran keseluruhan pembentukan galaksi awal.”

Pengamatan galaksi ini termasuk di antara kumpulan data pertama yang berasal dari teleskop Webb senilai $10 miliar, yang diluncurkan lebih dari setahun yang lalu. 

Webb NASA dan Badan Antariksa Eropa dianggap sebagai penerus Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang muncul pada ulang tahun ke-33 peluncurannya.

Tidak seperti Hubble, Webb yang lebih besar dan lebih kuat dapat mengintip melalui awan debu dengan penglihatan infra merahnya dan menemukan galaksi yang sebelumnya tidak terlihat. 

Para ilmuwan berharap dapat mengamati bintang dan galaksi pertama yang terbentuk setelah penciptaan alam semesta 13,8 miliar tahun lalu.

Para peneliti masih menunggu konfirmasi resmi melalui spektroskopi sensitif, berhati-hati untuk menyebut sekelompok galaksi masif ini untuk saat ini. 

Leja mengatakan ada kemungkinan bahwa beberapa objek mungkin bukan galaksi, tetapi lubang hitam supermasif yang tersembunyi.

Sementara beberapa mungkin terbukti lebih kecil, kemungkinan besar setidaknya beberapa dari mereka akan berubah menjadi raksasa galaksi, kata Labbe. "Tahun depan akan memberitahu kita."

Salah satu pelajaran awal dari Webb adalah “melepaskan harapan Anda dan bersiaplah untuk terkejut,” katanya.

Departemen Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan Associated Press menerima dukungan dari Kelompok Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Howard Hughes Medical Institute.

Editor: Yakop

Minggu, 07 Agustus 2022

Malaysia menandatangani dua perjanjian antariksa internasional PBB

Ilustrasi. Seorang astronot dari program Artemis melihat ke Bulan setelah mendarat dengan kendaraannya.
Ilustrasi. Seorang astronot dari program Artemis melihat ke Bulan setelah mendarat dengan kendaraannya.

BorneoTribun, Kuala Lumpur - Malaysia menandatangani dua dari lima perjanjian atau konvensi antariksa internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melindungi dan menjaga keamanan dan kedaulatan nasional, menurut Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Kuala Lumpur, Minggu, Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia (MOSTI) mengatakan dua kesepakatan atau konvensi yang telah ditandatangani namun belum diratifikasi adalah, pertama, Agreement on Principles Governing the Activities of Countries. dalam Eksplorasi dan Penggunaan Eksternal. Luar Angkasa, Termasuk Bulan dan Benda Langit Lainnya, 1967 (OST 1967).

Kedua, Treaty on the Rescue of Astronauts, Return of Astronauts and Return of Objects Launched to Space, 1968 (ARRA 1968).

Sementara proses ratifikasi atau menjadi anggota dari semua perjanjian atau konvensi sedang dipertimbangkan sesuai dengan kepentingan nasional, kata MOSTI.

Dengan demikian, keanggotaan Malaysia dalam United Nations Committee on the Peaceful Use of Outer Space (UNCOPUOS) sejak tahun 1994 menunjukkan komitmennya untuk menjalankan tanggung jawabnya di bidang antariksa di tingkat internasional.

Malaysia membuktikan komitmennya melalui pemberlakuan Undang-Undang Badan Antariksa Malaysia 2022 [UU 834] pada 25 Januari 2022. Dengan berlakunya undang-undang ini, memungkinkan Pemerintah Malaysia melalui Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi untuk mempertimbangkan tindakan yang diperlukan untuk meratifikasi semua perjanjian atau konvensi internasional.

Konvensi antariksa internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang belum ditandatangani dan diratifikasi oleh Malaysia antara lain Convention on International Liability for Damage Caused Outer Space Objects, 1972 (LIAB 1972), Convention on the Registration of Objects Launched into Outer Space, 1975 (REG 1975).

Selain itu, ada Treaty Governing the Activities of States on the Moon and Other Celestial Bodies, 1979 (MOON 1979) yang juga belum ditandatangani dan diratifikasi.

(WP/ANT)

Sabtu, 06 Agustus 2022

Tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Pontianak bawa potongan besi roket China untuk penelitian

Potongan besi dari Roket Long March 5B asal China yang jatuh di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, dibawa petugas dari BRIN untuk diteliti lebih lanjut.
Potongan besi dari Roket Long March 5B asal China yang jatuh di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, dibawa petugas dari BRIN untuk diteliti lebih lanjut. 

BorneoTribun Pontiana, Kalbar - Tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membawa dua potongan besi Roket Long March 5B asal China yang ditemukan di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat ke Kota Pontianak untuk penelitian lebih lanjut.

"Setelah ini akan dilakukan pengukuran terkait bentuk, lekuk-lekuknya, dan kalau dilihat ini diperkirakan di bagian luarnya," kata La Ode Muhammad Musafar, Koordinator Pelaksana Fungsi Layanan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer BRIN Pontianak, saat ditemui di Pontianak, Sabtu.

Dia mengatakan kehadiran BRIN tersebut, terkait dengan penemuan potongan besi atau puing dari roket milik China yang jatuh beberapa hari lalu di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau. Potongan roket Long March 5B jatuh di lahan kebun milik warga pada Minggu, 31 Juli lalu.

Potongan besi dari Roket Long March 5B asal China yang jatuh di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, dibawa petugas dari BRIN untuk diteliti lebih lanjut.
Potongan besi dari Roket Long March 5B asal China yang jatuh di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, dibawa petugas dari BRIN untuk diteliti lebih lanjut.

Hasil koordinasi pihak BRIN dengan Polda Kalbar dan Polsek Sekayam, bahwa ada ditemukan dua potongan besi bekas dari roket Long March 5B pada Senin, 1 Agustus lalu.

"Polda berkoordinasi dengan BRIN di Pontianak dan kami berkoordinasi dengan Pusat Riset Antariksa yang berada di BRIN," katanya menjelaskan.

Dia mengatakan beberapa waktu setelah mendapatkan informasi mengenai penemuan potongan dari roket, pihaknya langsung melakukan pengecekan.

"Tim BRIN ke lokasi untuk memastikan apakah benar yang ditemukan itu bekas pecahan roket Long March 5B, maka kami memutuskan perlu ada tim identifikasi untuk penemuan ini," katanya lagi.

Kemudian pada tanggal 3 Agustus, BRIN memutuskan untuk mengirim tim koordinasi ilmiah dimana di dalamnya orang-orang yang ahli dalam teknologi roket. Kemudian pada tanggal 4 Agustus, tim BRIN tersebut datang ke Polsek Sekayam, dan memastikan bahwa apa yang ditemukan tersebut benar roket dari China.

Dia menyatakan, terkait jatuhnya roket China tersebut sesungguhnya sudah diketahui pihak BRIN. Karena setiap benda langit itu bisa dihitung apalagi roket. Sehingga jika ada bahaya atau ada tanda-tanda akan jatuh, maka akan segera diberikan peringatan kepada masyarakat agar berhati-hati.

"Terkait dengan roket ini, sebelumnya tanggal 30 Juli kami dari tim riset benda jatuh antariksa melakukan pemantauan. Dan sebelum jatuh itu sudah diketahui roket akan melintas di Indonesia dan akan jatuh sekitar tanggal 31 Juli malam, sekitar jam 10 dan jam 11 malam," katanya lagi.

Sehingga tim dari satelit antariksa sudah melakukan pemantauan, kemudian ditemukan di Kalbar dua titik, tetapi tidak terlalu berjauhan.

Dia menambahkan, bekas roket yang jatuh tersebut tidak beracun dan tidak mengandung unsur yang berbahaya bagi kehidupan warga sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

"Saat ini direncanakan dikembalikan ke China. BRIN sedang melakukan kontak ke Kedutaan Besar China, tetapi belum ada update," katanya menambahkan.

Terkait dengan akan adanya riset setelah penemuan tersebut, dia mengatakan baik BRIN maupun peneliti lainnya ada yang tertarik dengan roket tersebut seperti mengenai struktur mengapa bisa jatuh dan lepas dari bodi roket itu.

Potongan besi sisa roket yang jatuh di Sanggau itu, potongan pertama diperkirakan berukuran panjang 4 meter dan lebar 2,5 meter dan yang kedua berukuran panjang 1 meter dan lebar sekitar 80 centimeter.

"Setelah ini akan dilakukan pengukuran terkait bentuk, lekuk-lekuknya, dan kalau dilihat ini diperkirakan di bagian luarnya," kata dia lagi.

(NH/ANTARA)

Senin, 01 Agustus 2022

BRIN: Sampah antariksa China melintasi Sumatera bagian selatan

BRIN: Sampah antariksa China melintasi Sumatera bagian selatan
Gambar dari video sampah antariksa China.

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan sampah antariksa CZ5B, roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa China yang berbobot sekitar 20 ton dan berukuran 30 meter, melintasi Sumatera bagian selatan.

“Terpantau, Indonesia di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Barat terlintasi pada saat-saat akhir lintasan bekas roket,” kata Peneliti Senior BRIN Thomas Djamaludin dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Thomas menuturkan sampah antariksa besar tersebut jatuh di Samudera Hindia pada Sabtu (30/7) pukul 23.45 WIB. Sampah antariksa tersebut tidak berbahaya bagi biota laut di perairan itu.

Ia menuturkan data orbit dari pemantauanspace-track.orgmenunjukkan titik jatuh di barat daya Indonesia.

“Namun bisa jadi ada pecahannya yang mungkin tersebar sepanjang lintasan terakhir, orbitnya melintasi Sumatera bagian selatan,” ujarnya.

Jika ada penduduk yang melihat objek langit yang jatuh sekitar pukul 23.45 WIB, dapat segera melaporkan ke Pusat Riset Antariksa BRIN melalui surat elektronik prantariksa@brin.go.id.

Sementara Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan berdasarkan hasil analisis tim Riset Benda Jatuh Antariksa, sampah antariksa itu akan jatuh di sekitar wilayah selatan Filipina, dan akan berada pada ketinggian 10 kilometer (km) di atas wilayah Sarawak, Malaysia.

Ia menuturkan proses benda jatuh antariksa juga berhasil direkam oleh pengamat di Lampung melalui Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL).

Menurut informasi dari Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi (MOSTI) melalui maklumat tertulis Agensi Angkasa Malaysia (MYSA) pada 31 Juli 2022, serpihan roket yang sama juga terpantau di wilayah Malaysia.

Serpihan roket tersebut telah terbakar semasa memasuki ruang udara bumi dan pergerakan serpihan yang terbakar melintasi ruang udara Malaysia.

Fenomena itu dibuktikan dengan kesaksian dari masyarakat di wilayah Malaysia yang berhasil merekam fenomena tersebut dari perangkat seluler mereka dan menjadi viral. (ANTARA)

Sabtu, 19 Februari 2022

China Tetapkan Rencana Lima Tahun untuk Eksplorasi Luar Angkasa

Foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini menunjukkan layar di Pusat Kontrol Luar Angkasa Beijing yang menampilkan astronaut Liu Boming keluar dari modul inti stasiun ruang angkasa baru China di luar angkasa pada Minggu, 4 Juli 2021. (Foto: Xinhua via AP/Jin Liwang)


BorneoTribun.com – Sejumlah astronom mengatakan sebuah roket milik China diperkirakan akan menabrak bulan pada 4 Maret mendatang. Itu adalah contoh terbaru kehadiran China di luar angkasa. Berita mengenai kemungkinan tabrakan itu muncul setelah Beijing menerbitkan cetak biru pengembangan satelit, eksplorasi ruang angkasa dan penempatan lebih banyak astronaut di orbit Bumi.


Para pakar memperkirakan Beijing dapat merealisasikan berbagai target yang ada dalam rencana lima tahunnya demi pengembangan luar angkasa, terlepas dari insiden tabrakan yang diprediksi tadi.


Program luar angkasa China akan menyaingi Rusia dan Amerika, terutama dalam hal komersialisasi teknologi luar angkasa, tambah mereka.


“China harus diwaspadai dalam hal peningkatan daya saing,” kata Marco Caceres, direkrut studi luar angkasa di perusahaan analisis pasar Teal Group. “Sebagiannya karena AS sempat berada jauh di depan, sehingga negara-negara seperti China, yang ekonominya tumbuh dengan sangat cepat, bisa menyusul.”


Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan

China meluncurkan satelit pertamanya tahun 1970 dan menempatkan orang China pertama di luar angkasa pada 2003, menjadi negara ketiga di dunia, setelah Rusia dan AS, yang mencapai tonggak sejarah tersebut. Pada 2019, pesawat ruang angkasa China melakukan pendaratan bersejarah di sisi jauh bulan. Beijing kini sedang dalam proses menambah stasiun luar angkasa, selain Tiangong, pada akhir tahun ini.


China dikeluarkan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, sebuah operasi kerja sama antara Eropa, AS, Rusia, Kanada dan Jepang, karena masalah keamanan nasional AS.


Selama lima tahun ke depan, program luar angkasa Beijing akan menempatkan orang-orang di luar angkasa dalam “tugas jangka panjang” untuk penelitian ilmiah, menyelesaikan temuan di Mars dan menjelajahi sistem Jupiter, menurut “Program Luar Angkasa China: A 2021 Perspective.”


Setengah dekade mendatang akan terjadi perbaikan sekaligus peningkatan kapasitas sistem transportasi luar angkasa, dan China akan “terus meningkatkan infrastruktur ruang angkasanya” melalui pengintegrasian penginderaan jauh, komunikasi, navigasi dan teknologi penentuan posisi satelit, ungkap dokumen tersebut.


China diperkirakan akan mewujudkan seluruh target tima tahunnya karena mereka telah mengerjakan itu semua selama satu dasawarsa terakhir atau lebih, dengan banyak dana pemerintah, kata para analis.


Laporan bulan Januari itu sebenarnya “menggabungkan” apa yang sudah mereka kerjakan, kata Richard Bitzinger, pengamat pertahanan dari Defense Budget Project, lembaga penelitian nirlaba di Washington. Secara teknis mungkin saja China dapat menambang bijih pada asteroid, kata Bitzinger, meskipun hal itu membutuhkan pengerjaan, seperti penjangkaran dan pengeboran, yang rumit.


Banyak target capaian dalam cetak biru itu dimaksudkan untuk menampilkan tujuan damai dan citra internasional yang positif, tambahnya. “Sebagian besar program luar angkasa berawak sifatnya simbolik,” kata Bitzinger. “Dari segi ekonomi, mereka jual rugi, tapi dalam hal menunjukkan kekuatan, program-program itu sempurna.”


Cetak biru itu menyebut bahwa misi-misi luar angkasa China di masa depan akan tetap “damai,” terlepas dari kecurigaan Washington bahwa program luar angkasa China akan diarahkan untuk tujuan militer.

Foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini menunjukkan layar di Pusat Kontrol Luar Angkasa Beijing yang menampilkan astronaut Liu Boming keluar dari modul inti stasiun ruang angkasa baru China di luar angkasa pada Minggu, 4 Juli 2021. (Foto: Xinhua via AP/Jin Liwang)


Momentum komersial

Kemajuan dalam program luar angkasa China telah memungkinkan negara tersebut menjadi lebih “agresif”, kata Caceres, daripada AS dalam pemasaran satelit dan layanan peluncuran modern. Anggarannya mungkin tumbuh lebih cepat dibanding NASA, tambahnya. Peralatan terkait ruang angkasa China dapat ditemukan di Afrika, Asia dan Amerika Latin, ujar analis itu.


Negara-negara seperti Australia dan Jepang sudah menggunakan data penginderaan jauh berbasis ruang angkasa China setelah bencana alam. Rusia dan China secara tentatif setuju pada bulan September untuk membuka markas penelitian bulan gabungan.


“China menyerukan semua negara untuk bekerja sama membangun sebuah komunitas global masa depan dan melakukan pertukaran juga kerja sama mendalam di luar angkasa atas dasar kesetaraan, manfaat bersama, pemanfaatan secara damai dan pembangunan inklusif,” kata Kedutaan Besar China di Washington kepada VOA pada Rabu (16/2).


Beberapa negara yang secara geografis terletak paling dekat dengan China masih bertahan dengan teknologi luar angkasa AS, terlepas kesediaan China untuk terlibat, kata Alan Chong, lektor di S. Rajaratnam School of International Studies yang berbasis di Singapura.


Pemerintah Myanmar, misalnya, membenci China karena utang infrastruktur dan proyek-proyek yang orang anggap tidak relevan dengan kehidupan mereka, menurut temuan Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS.


“Saya pikir situasinya cair, dan saya tidak merasa Asia Tenggara akan nyaman berada di orbit China,” ujar Chong. “Tentu saja kawasan itu tidak pernah seakrab sekarang dengan China dalam 15 tahun terakhir, tapi saya rasa AS masih punya kesempatan.” [rd/em]

Kamis, 08 Juli 2021

UEA Perkenalkan Astronot Wanita Pertama di Dunia Arab

UEA Perkenalkan Astronot Wanita Pertama di Dunia Arab
Mohammed al-Mulla (kiri) dan Nora al-Matrooshi, dua astronaut Uni Emirat Arab.

BORNEOTRIBUN - Dunia Arab untuk pertama kalinya memiliki astronot wanita.  Anggota program luar angkasa Uni Emirat Arab diperkenalkan Rabu (7/7) kemarin.

Nora al-Matrooshi diperkenalkan pada Rabu (7/7) sebagai bagian dari program luar angkasa Uni Emirat Arab.Ia adalah astronaut Wanita pertama di dunia Arab.

Pusat Antariksa "Mohammed Bin Rashid" mengumumkan bahwa al-Matrooshi, bersama dengan Mohammad al-Mulla, telah memulai pelatihan internal mereka, yang akan berlanjut hingga mereka bergabung dengan "Kelas Kandidat Astronot NASA ke-21" pada bulan Desember.

Dalam menjelaskan apa yang memotivasinya untuk menjadi astronot, al-Matrooshi mengatakan, "Motivasi saya di balik melamar program luar angkasa Uni Emirat Arab adalah impian saya sebagai seorang anak dan keinginan saya untuk menjadi astronot."

Al-Matrooshi yang berusia 28 tahun itu adalah sarjana teknik mesin yang sekarang ini bekerja di Perusahaan Konstruksi Perminyakan Nasional Abu Dhabi.

Kelas Kandidat NASA yang akan diikuti warga negara Uni Emirat Arab ini akan berlangsung di Amerika Serikat.

Uni Emirat Arab menggunakan program antariksanya untuk mengembangkan kemampuan ilmiah dan teknologinya serta mengurangi ketergantungannya pada minyak.

Al-Matrooshi menjelaskan bahwa negaranya memberi dukungan bagi aspirasinya itu.

"Di Uni Emirat Arab, pemerintah sangat suportif terhadap rakyatnya, masyarakat sangat suportif. Keluarga saya juga memberi banyak dukungan sehingga saya merasa tidak menghadapi tantangan sewaktu mendaftarkan diri ke program ini karena semua orang sangat suportif di Uni Emirat Arab ini.”

Pada Februari lalu, sebuah wahana antariksa Uni Emirat Arab mencapai orbit planet Mars.

Ini adalah ekspedisi antarplanet pertama dunia Arab. 

Uni Emirat Arab memiliki rencana untuk meluncurkan wahana penjelajah bulan pada tahun 2024 dan visi membangun permukiman di Mars pada 2117

Al-Matrooshi adalah satu dari 4.300 pendaftar yang kemudian disaring berdasarkan kemampuan ilmiah, pendidikan dan pengalaman praktis mereka.

Saringan berikutnya adalah mengenai kemampuan fisik, psikologi dan kesehatan, kata Pusat Antariksa Mohammed Bin Rashid.

Al-Matrooshi berharap ia dapat mendukung sasaran yang ingin dicapai oleh negaranya dalam bidang antariksa.

Ia mengemukakan, "Saya ingin meraih apa yang ingin dicapai oleh para pemimpin Uni Emirat Arab, menjadikan Uni Emirat sebagai bagian, atau salah satu negara terkemuka, dalam bidang antariksa.” [uh/ab]

VOA

Rabu, 30 Juni 2021

Studi Terbaru Sebut Tidak Mungkin Ada Kehidupan di Awan Venus

Studi Terbaru Sebut Tidak Mungkin Ada Kehidupan di Awan Venus
Planet Venus dibuat dengan data dari pesawat ruang angkasa Magellan dan Pioneer Venus Orbiter.

BORNEOTRIBUN.COM - Sebuah studi baru mengesampingkan kemungkinan adanya kehidupan di awan Venus.  

Para ilmuwan dari Eropa dan Amerika Serikat (AS) melaporkan, Senin (28/6), hampir tidak ada cukup uap air di awan planet yang panas tersebut untuk mendukung kehidupan seperti yang kita ketahui. 

Tim penelitian menyelidiki masalah ini menyusul pengumuman pada September lalu oleh peneliti lain bahwa setelah ada organisme kecil yang aneh, yang mungkin bersembunyi di awan tebal Venus yang dipenuhi asam sulfat. 

Melalui pengamatan pesawat ruang angkasa, kelompok riset terbaru menemukan tingkat kandungan air di Venus lebih dari 100 kali lebih rendah untuk mendukung kehidupan seperti Bumi.  

"Ini hampir di bawah skala dan jarak yang tak terjembatani dari apa yang dibutuhkan kehidupan untuk aktif," kata penulis utama, John Hallsworth, ahli mikrobiologi di Queen's University Belfast di Irlandia Utara, sebagaimana dilansir dari Associated Press.  

Tim John meneliti mikroba yang paling toleran terhadap lingkungan kering dan juga paling toleran terhadap asam di Bumi - dan mereka "tidak akan memiliki peluang (untuk hidup) di Venus."  

Meski penemuan terbaru menepis kemungkinan Venus untuk organisme berbasis air, para ilmuwan juga mengidentifikasi planet lain, Jupiter, yang memiliki kandungan air yang cukup di awan dan suhu atmosfer yang tepat untuk mendukung kehidupan.  

"Saya tidak mengindikasikan bahwa ada kehidupan di Jupiter dan saya bahkan tidak mengindikasikan kehidupan bisa ada di sana karena akan membutuhkan hara untuk berada di sana. Kami tidak dapat memastikannya," Hallsworth menekankan kepada wartawan. 

“Namun tetap saja itu adalah temuan yang penting dan menarik dan sama sekali tidak terduga." 

Hallsworth dan ahli astrobiologi NASA Chris McKay, rekan penulis pada makalah penelitian yang diterbitkan Senin (28/6) di jurnal Nature Astronomy mengatakan perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk memastikan apakah kehidupan mikroba mungkin ada di dalam awan Jupiter.  

Adapun Venus, tiga pesawat ruang angkasa baru akan menuju ke sana akhir dekade ini dan awal dekade berikutnya. 

Pesawat tersebut dua di antaranya dimiliki Badan Antariksa AS, NASA, dan satu oleh Badan Antariksa Eropa, ESA. 

Hallsworth dan dan McKay tidak mengharapkan hasil mereka terkait aktivitas air yang tidak dapat dihuni di planet terpanas tata surya kita tersebut akan berubah.  

Para ilmuwan yang melakukan studi pada September mengisyaratkan kemungkinan adanya kehidupan di awan Vesuvian berdasarkan temuan mereka berdasarkan keberadaan fosfin gas beracun. 

Di Bumi, gas tersebut terkait dengan kehidupan. Para peneliti berpendapat bahwa tingkat fosfin Venus terlalu tinggi untuk menjadi asal geologis. [ah/au/ft]

Oleh: VOA