Berita Borneotribun.com: Antariksa Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Juli 2024

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Halo, teman-teman! Ada berita seru nih dari dunia teknologi satelit. Maxar Intelligence, perusahaan yang ahli dalam menyediakan data geospasial yang akurat, baru saja merilis gambar pertama planet kita yang diambil oleh satelit WorldView Legion generasi baru. 

Gambar-gambar ini menampilkan detail menakjubkan dari daerah perkotaan dan jalan raya di San Francisco dan Sacramento.

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Satelit Generasi Baru

Gambar-gambar tersebut diambil oleh salah satu dari dua satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi pada bulan Mei. Totalnya, akan ada enam satelit seperti ini yang akan diluncurkan. Menurut Maxar, seluruh satelit ini akan melipatgandakan kemampuan mereka dalam mengumpulkan gambar berkualitas tinggi. 

Hal ini memungkinkan mereka mengambil gambar dari "senja hingga fajar," dengan frekuensi 20 hingga 30 menit untuk area yang paling cepat berubah di planet ini. Bayangkan, bisa mendapatkan gambar terbaru dari area penting setiap setengah jam!

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Teknologi Canggih untuk Informasi Lebih Cepat

Dengan peningkatan kapasitas ini, Maxar akan mampu menciptakan produk perangkat lunak yang memanfaatkan kecerdasan buatan dan teknologi pembelajaran mesin untuk mengekstrak informasi dari data geospasial dengan lebih cepat. 

Ini sangat penting untuk pemetaan yang tepat, pemantauan medan, analisis geospasial, dan tugas-tugas penting lainnya. 

Jadi, dengan teknologi ini, kita bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat dan cepat tentang bumi kita.

Masa Depan Cerah dengan Enam Satelit

Saat ini, Maxar sedang menugaskan dan mengkalibrasi satelit-satelit ini. Dalam waktu dekat, dua satelit pertama akan siap digunakan untuk melayani pelanggan. 

Dan yang lebih menarik lagi, pada akhir tahun 2024, Maxar berencana untuk meluncurkan keenam satelit tersebut. 

Dengan begitu, kita bisa mengharapkan lebih banyak gambar dan data yang sangat bermanfaat dari Maxar.
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Kesimpulan

Kehadiran satelit WorldView Legion generasi baru dari Maxar ini adalah langkah besar dalam teknologi pemetaan dan analisis geospasial. 

Dengan gambar berkualitas tinggi dan teknologi canggih, Maxar membuka peluang baru untuk memahami dan memantau bumi kita dengan lebih baik. 

Jadi, itulah berita terbaru dari dunia satelit! Tetap ikuti perkembangan selanjutnya dan nantikan lebih banyak gambar keren dari Maxar. Jangan lupa untuk share artikel ini jika kalian merasa informasi ini menarik. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Sabtu, 13 Juli 2024

Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet

Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet. Gambar: Howe Industri
Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet. Gambar: Howe Industri
JAKARTA - Penerbangan manusia ke Mars merupakan salah satu tantangan terbesar dalam eksplorasi luar angkasa. Dengan teknologi saat ini, misi ke Planet Merah dan kembali ke Bumi memakan waktu sekitar dua tahun. 

Durasi ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai ketahanan fisik dan psikologis manusia dalam menjalani ekspedisi yang begitu lama. 

Selain itu, penerbangan panjang meningkatkan risiko paparan radiasi, terutama saat melintasi zona lontaran massa koronal matahari.

Mempercepat penerbangan ke Mars bisa menjadi solusi untuk banyak masalah ini. Dan kini, Howe Industries tengah mengerjakan inovasi mesin yang mampu mewujudkan hal tersebut. 

Di antara banyak startup, Howe Industries menonjol dengan menarik investasi dari NASA, yang sangat tertarik dengan proyek mereka.

Roket Pulsa Plasma: Solusi Masa Depan

Howe Industries mengusulkan pembuatan roket pulsa plasma (PPR). Mereka percaya bahwa dengan teknologi saat ini, sistem ini layak diwujudkan. 

PPR akan menggabungkan dua komponen penting untuk mesin luar angkasa: daya dorong tinggi (hingga 100.000 N) dan impuls spesifik tinggi (hingga 5.000 detik).

Dengan konsep ini, roket akan mampu mempercepat kapal berawak, bahkan dengan sistem proteksi radiasi masif, hingga kecepatan 160 ribu km/jam. 

Namun, tantangan berikutnya adalah bagaimana menghentikan kapal secara efektif saat mendekati Mars. 

Howe Industries, dengan dukungan NASA, harus menyelesaikan masalah ini serta tantangan struktural dan energi lainnya.

Investasi NASA dalam Inovasi

Saat ini, NASA berinvestasi dengan hati-hati dalam proyek ini. Mereka telah mengalokasikan $725.000 untuk mengembangkan konsep ini lebih lanjut. 

Pendanaan ini diberikan melalui program Innovative Advanced Concepts (NIAC), yang dirancang untuk mengevaluasi ide-ide inovatif dari pihak ketiga. Meski terlihat fantastis, ide ini memiliki peluang untuk diwujudkan.

Para peneliti menyadari bahwa meskipun tahap awal penelitian dapat diselesaikan, butuh waktu sekitar 20 tahun sebelum misi sebenarnya dapat diluncurkan. 

Namun, dengan teknologi mesin pulsa plasma yang kuat, peluang baru dalam penerbangan luar angkasa akan terbuka. 

Mengirim misi ke pinggiran tata surya pun akan menjadi lebih mudah.

Harapan untuk Masa Depan

Inovasi ini memberi harapan baru bagi misi manusia ke Mars. Dengan mesin yang lebih cepat dan efisien, waktu penerbangan dapat dipersingkat menjadi hanya dua bulan. 

Ini tidak hanya mengurangi beban fisik dan psikologis para astronot, tetapi juga mengurangi risiko paparan radiasi. 

Meskipun masih dalam tahap pengembangan, dukungan dari NASA menunjukkan bahwa konsep ini memiliki potensi besar untuk masa depan eksplorasi luar angkasa.

Mari kita nantikan terobosan berikutnya dalam teknologi luar angkasa yang bisa membawa kita lebih dekat ke impian manusia ke Mars!

Selasa, 02 April 2024

Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya!

Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya
Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya. (Gambar Ilustrasi)
JAKARTA – Fenomena langka akan terjadi menjelang Lebaran. Fenomena alam tersebut merupakan "Gerhana Matahari Total".

Ketua Asosiasi Astronomi Uni Emirat Arab (UEA), Al-Jarwan, mengungkapkan bahwa fenomena "Gerhana Matahari Total" yang terjadi menjelang lebaran ternyata memiliki dampak terhadap penampakan bulan sabit Syawal.

Menurutnya, "Gerhana Matahari Total" dapat menyulitkan proses pengamatan bulan Sabit.

Selain itu, fenomena ini juga dapat membuat bulan Sabit awal Syawal baru akan terlihat pada 9 April 2024 mendatang.

Melansir dari Gulf News, Asosiasi Astronomi UEA mengungkapkan bahwa lebaran berpotensi jatuh pada Rabu, 10 April 2024 karena bulan Sabit baru terlihat pada 9 April 224.

Sebagai informasi, bulan Sabit adalah tanda bulan baru. Dalam hal ini, bulan baru menandakan akhir dari bulan Ramadan.

Selain terhadap pengamatan bulan Sabit, "Gerhana Matahari Total" juga berdampak terhadap aktivitas di Bumi lainnya, seperti lonjakan trafik internet dan sinyal ponsel.

Lonjakan trafik disebabkan karena kemungkinan akan ada banyak orang yang mengakses Google Search.

Pada fenomena sebelumnya, sejumlah orang mencari tahu informasi dampak melihat langsung Matahari saat gerhana terjadi.

Sementara itu, sinyal ponsel yang bermasalah disebabkan karena kemungkinan akan ada banyak aktivitas ponsel secara berlebihan saat itu.

"Gerhana Matahari Total" nanti dapat terlihat di beberapa lokasi di dunia, yakni mulai dari Meksiko, Amerika Serikat (AS), Amerika Utara hingga Kanada.

Sementara itu, Xavier Jubier selaku pakar gerhana asal Perancis menjelaskan jalur "Gerhana Matahari Total" terbentang 162-200 kilometer, yakni terjadi di Samudera Pasifik hingga menuju ke Atlantik.

Titik totalitas terpanjang fenomena tersebut pada Nazas, dekat Durango, Meksiko. Pada saat bayangan Bulan membesar, masyarakat dapat melihat "Gerhana Matahari Total" selama 4 menit 28 detik.

Minggu, 04 Februari 2024

NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars

NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
JAKARTA - NASA telah mengungkap jejak-jejak sungai kuno yang berkelok-kelok di permukaan Mars melalui pengamatan yang dilakukan oleh Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). 

Gambar yang diperoleh dari misi ini menunjukkan formasi sungai kering di Aeolis Planum, yang memberikan bukti kuat akan keberadaan air di planet tersebut pada masa lampau.

Dalam gambar-gambar tersebut, terlihat pola sungai yang jelas berkelok-kelok di tengah dataran Mars. 

Para ilmuwan memperhatikan bahwa formasi dasar sungai terdiri dari batu kerikil, sementara sekitarnya tertutup oleh endapan berbutir halus. 

Fenomena ini dijelaskan oleh para ahli sebagai hasil dari apa yang mereka sebut sebagai "saluran terbalik", yaitu ketika sungai mengering, endapan berbutir halus akan tersapu meninggalkan lapisan kerikil yang terlihat seperti punggung bukit.

Dr. Maria Zuber, seorang ilmuwan planetary dari Universitas Harvard, mengatakan, "Ini adalah bukti yang sangat penting tentang sejarah air di Mars. 
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
Temuan ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kondisi permukaan planet ini telah berubah seiring waktu."

Gambar-gambar ini diambil dari ketinggian hampir 267 kilometer menggunakan HiRISE, sebuah kamera canggih yang dipasang pada MRO. 

Kemampuan resolusi tinggi kamera ini memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan detail yang sangat halus dari formasi permukaan Mars, memungkinkan mereka untuk memahami lebih dalam tentang sejarah geologis planet tersebut.

Penemuan ini menambah daftar panjang bukti bahwa Mars memiliki masa lalu yang kaya akan air cair, yang mendukung kemungkinan adanya kehidupan mikroba di masa lalu. 

Hal ini juga memberikan petunjuk penting bagi penelitian masa depan, termasuk misi berawak yang diusulkan untuk menjelajahi lebih jauh potensi keberadaan kehidupan di planet tetangga kita ini.

Selasa, 23 Januari 2024

Pioneer 10: Pesawat Ruang Angkasa yang Terus Mengirim Data Meski Tua

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
JAKARTA – Pada tanggal 22 Januari 2003, Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA mengirimkan transmisi data terakhirnya ke Bumi. 

Pioneer 10 mencatat sejarah sebagai misi luar angkasa pertama NASA yang berhasil melewati sabuk asteroid, mengunjungi Jupiter, dan melintasi planet luar. 

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Saat ini, pesawat ini sedang menjauh dari tata surya, telah menempuh perjalanan lebih dari 10 miliar mil dari Bumi.

Meskipun dirancang awalnya untuk bertahan selama 21 bulan, Pioneer 10 terus mengumpulkan dan mengirimkan data selama lebih dari 30 tahun. 

Pasokan listrik radioisotopnya akhirnya rusak, dan NASA tak dapat lagi menghubunginya.

Berita lainnya pada 21 Januari 1960, ketika monyet bernama Miss Sam diluncurkan dengan roket Little Joe untuk membantu uji sistem pelarian pesawat ruang angkasa Mercury NASA. 

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Meski hanya mencapai ketinggian sekitar 9 mil, Miss Sam berhasil melewati uji psikomotorik dengan menarik tuas menggunakan lampu sebagai isyarat selama penerbangan 8,5 menit. 

Roket tersebut akhirnya membawa astronot Amerika pertama ke luar angkasa.

Sumber: Space.com

Kamis, 23 Februari 2023

Teleskop luar Angkasa mengungkap Galaksi masif di dekat Fajar Kosmik

Teleskop luar Angkasa mengungkap Galaksi masif di dekat Fajar Kosmik
Foto: Gambar yang disediakan oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa ini menunjukkan gambar dari enam calon galaksi masif, terlihat 500-800 juta tahun.
CAPE CANAVERAL — Para astronom telah menemukan apa yang tampak sebagai galaksi masif yang berasal dari 600 juta tahun Big Bang, menunjukkan bahwa alam semesta awal mungkin memiliki jalur cepat bintang yang menghasilkan "monster" ini.

Sementara Teleskop Luar Angkasa James Webb yang baru telah melihat galaksi-galaksi yang bahkan lebih tua, yang berumur hanya 300 juta tahun dari awal alam semesta, ukuran dan kejadian dari enam mega-galaksi yang terlihat inilah yang mengejutkan para ilmuwan. Mereka melaporkan temuan mereka Rabu (23/2/2023).

Peneliti utama Ivo Labbe dari Swinburne University of Technology Australia dan timnya berharap menemukan bayi galaksi kecil sedekat ini dengan fajar alam semesta,  dan ini tidak bohong.

“Sementara sebagian besar galaksi di era ini masih kecil dan hanya secara bertahap tumbuh lebih besar dari waktu ke waktu,” katanya melalui email, “ada beberapa monster yang mempercepat kedewasaan. Mengapa ini terjadi atau bagaimana ini akan berhasil tidak diketahui.”

Labbe mengatakan dia dan timnya pada awalnya tidak berpikir hasilnya sangat nyata dan bahwa tidak mungkin ada galaksi yang matang seperti Bima Sakti pada waktu yang sangat awal dan mereka masih perlu dikonfirmasi. 

Benda-benda itu tampak begitu besar dan terang sehingga beberapa anggota tim mengira mereka telah melakukan kesalahan. "Kami sangat terkejut, agak ragu," kata Labbe.

Joel Leja dari Pennsylvania State University, yang mengambil bagian dalam penelitian ini, menyebut mereka "pemecah alam semesta".

"Pengungkapan bahwa pembentukan galaksi masif dimulai sangat awal dalam sejarah alam semesta. Membalikkan apa yang banyak dari kita anggap sebagai sains yang menetap," kata Leja dalam sebuah pernyataan. “Ternyata kami menemukan sesuatu yang sangat tidak terduga sehingga benar-benar menimbulkan masalah bagi sains. Ini mempertanyakan gambaran keseluruhan pembentukan galaksi awal.”

Pengamatan galaksi ini termasuk di antara kumpulan data pertama yang berasal dari teleskop Webb senilai $10 miliar, yang diluncurkan lebih dari setahun yang lalu. 

Webb NASA dan Badan Antariksa Eropa dianggap sebagai penerus Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang muncul pada ulang tahun ke-33 peluncurannya.

Tidak seperti Hubble, Webb yang lebih besar dan lebih kuat dapat mengintip melalui awan debu dengan penglihatan infra merahnya dan menemukan galaksi yang sebelumnya tidak terlihat. 

Para ilmuwan berharap dapat mengamati bintang dan galaksi pertama yang terbentuk setelah penciptaan alam semesta 13,8 miliar tahun lalu.

Para peneliti masih menunggu konfirmasi resmi melalui spektroskopi sensitif, berhati-hati untuk menyebut sekelompok galaksi masif ini untuk saat ini. 

Leja mengatakan ada kemungkinan bahwa beberapa objek mungkin bukan galaksi, tetapi lubang hitam supermasif yang tersembunyi.

Sementara beberapa mungkin terbukti lebih kecil, kemungkinan besar setidaknya beberapa dari mereka akan berubah menjadi raksasa galaksi, kata Labbe. "Tahun depan akan memberitahu kita."

Salah satu pelajaran awal dari Webb adalah “melepaskan harapan Anda dan bersiaplah untuk terkejut,” katanya.

Departemen Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan Associated Press menerima dukungan dari Kelompok Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Howard Hughes Medical Institute.

Editor: Yakop

Minggu, 07 Agustus 2022

Malaysia menandatangani dua perjanjian antariksa internasional PBB

Ilustrasi. Seorang astronot dari program Artemis melihat ke Bulan setelah mendarat dengan kendaraannya.
Ilustrasi. Seorang astronot dari program Artemis melihat ke Bulan setelah mendarat dengan kendaraannya.

BorneoTribun, Kuala Lumpur - Malaysia menandatangani dua dari lima perjanjian atau konvensi antariksa internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melindungi dan menjaga keamanan dan kedaulatan nasional, menurut Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Kuala Lumpur, Minggu, Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia (MOSTI) mengatakan dua kesepakatan atau konvensi yang telah ditandatangani namun belum diratifikasi adalah, pertama, Agreement on Principles Governing the Activities of Countries. dalam Eksplorasi dan Penggunaan Eksternal. Luar Angkasa, Termasuk Bulan dan Benda Langit Lainnya, 1967 (OST 1967).

Kedua, Treaty on the Rescue of Astronauts, Return of Astronauts and Return of Objects Launched to Space, 1968 (ARRA 1968).

Sementara proses ratifikasi atau menjadi anggota dari semua perjanjian atau konvensi sedang dipertimbangkan sesuai dengan kepentingan nasional, kata MOSTI.

Dengan demikian, keanggotaan Malaysia dalam United Nations Committee on the Peaceful Use of Outer Space (UNCOPUOS) sejak tahun 1994 menunjukkan komitmennya untuk menjalankan tanggung jawabnya di bidang antariksa di tingkat internasional.

Malaysia membuktikan komitmennya melalui pemberlakuan Undang-Undang Badan Antariksa Malaysia 2022 [UU 834] pada 25 Januari 2022. Dengan berlakunya undang-undang ini, memungkinkan Pemerintah Malaysia melalui Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi untuk mempertimbangkan tindakan yang diperlukan untuk meratifikasi semua perjanjian atau konvensi internasional.

Konvensi antariksa internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang belum ditandatangani dan diratifikasi oleh Malaysia antara lain Convention on International Liability for Damage Caused Outer Space Objects, 1972 (LIAB 1972), Convention on the Registration of Objects Launched into Outer Space, 1975 (REG 1975).

Selain itu, ada Treaty Governing the Activities of States on the Moon and Other Celestial Bodies, 1979 (MOON 1979) yang juga belum ditandatangani dan diratifikasi.

(WP/ANT)

Sabtu, 06 Agustus 2022

Tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Pontianak bawa potongan besi roket China untuk penelitian

Potongan besi dari Roket Long March 5B asal China yang jatuh di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, dibawa petugas dari BRIN untuk diteliti lebih lanjut.
Potongan besi dari Roket Long March 5B asal China yang jatuh di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, dibawa petugas dari BRIN untuk diteliti lebih lanjut. 

BorneoTribun Pontiana, Kalbar - Tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membawa dua potongan besi Roket Long March 5B asal China yang ditemukan di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat ke Kota Pontianak untuk penelitian lebih lanjut.

"Setelah ini akan dilakukan pengukuran terkait bentuk, lekuk-lekuknya, dan kalau dilihat ini diperkirakan di bagian luarnya," kata La Ode Muhammad Musafar, Koordinator Pelaksana Fungsi Layanan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer BRIN Pontianak, saat ditemui di Pontianak, Sabtu.

Dia mengatakan kehadiran BRIN tersebut, terkait dengan penemuan potongan besi atau puing dari roket milik China yang jatuh beberapa hari lalu di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau. Potongan roket Long March 5B jatuh di lahan kebun milik warga pada Minggu, 31 Juli lalu.

Potongan besi dari Roket Long March 5B asal China yang jatuh di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, dibawa petugas dari BRIN untuk diteliti lebih lanjut.
Potongan besi dari Roket Long March 5B asal China yang jatuh di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, dibawa petugas dari BRIN untuk diteliti lebih lanjut.

Hasil koordinasi pihak BRIN dengan Polda Kalbar dan Polsek Sekayam, bahwa ada ditemukan dua potongan besi bekas dari roket Long March 5B pada Senin, 1 Agustus lalu.

"Polda berkoordinasi dengan BRIN di Pontianak dan kami berkoordinasi dengan Pusat Riset Antariksa yang berada di BRIN," katanya menjelaskan.

Dia mengatakan beberapa waktu setelah mendapatkan informasi mengenai penemuan potongan dari roket, pihaknya langsung melakukan pengecekan.

"Tim BRIN ke lokasi untuk memastikan apakah benar yang ditemukan itu bekas pecahan roket Long March 5B, maka kami memutuskan perlu ada tim identifikasi untuk penemuan ini," katanya lagi.

Kemudian pada tanggal 3 Agustus, BRIN memutuskan untuk mengirim tim koordinasi ilmiah dimana di dalamnya orang-orang yang ahli dalam teknologi roket. Kemudian pada tanggal 4 Agustus, tim BRIN tersebut datang ke Polsek Sekayam, dan memastikan bahwa apa yang ditemukan tersebut benar roket dari China.

Dia menyatakan, terkait jatuhnya roket China tersebut sesungguhnya sudah diketahui pihak BRIN. Karena setiap benda langit itu bisa dihitung apalagi roket. Sehingga jika ada bahaya atau ada tanda-tanda akan jatuh, maka akan segera diberikan peringatan kepada masyarakat agar berhati-hati.

"Terkait dengan roket ini, sebelumnya tanggal 30 Juli kami dari tim riset benda jatuh antariksa melakukan pemantauan. Dan sebelum jatuh itu sudah diketahui roket akan melintas di Indonesia dan akan jatuh sekitar tanggal 31 Juli malam, sekitar jam 10 dan jam 11 malam," katanya lagi.

Sehingga tim dari satelit antariksa sudah melakukan pemantauan, kemudian ditemukan di Kalbar dua titik, tetapi tidak terlalu berjauhan.

Dia menambahkan, bekas roket yang jatuh tersebut tidak beracun dan tidak mengandung unsur yang berbahaya bagi kehidupan warga sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

"Saat ini direncanakan dikembalikan ke China. BRIN sedang melakukan kontak ke Kedutaan Besar China, tetapi belum ada update," katanya menambahkan.

Terkait dengan akan adanya riset setelah penemuan tersebut, dia mengatakan baik BRIN maupun peneliti lainnya ada yang tertarik dengan roket tersebut seperti mengenai struktur mengapa bisa jatuh dan lepas dari bodi roket itu.

Potongan besi sisa roket yang jatuh di Sanggau itu, potongan pertama diperkirakan berukuran panjang 4 meter dan lebar 2,5 meter dan yang kedua berukuran panjang 1 meter dan lebar sekitar 80 centimeter.

"Setelah ini akan dilakukan pengukuran terkait bentuk, lekuk-lekuknya, dan kalau dilihat ini diperkirakan di bagian luarnya," kata dia lagi.

(NH/ANTARA)

Senin, 01 Agustus 2022

BRIN: Sampah antariksa China melintasi Sumatera bagian selatan

BRIN: Sampah antariksa China melintasi Sumatera bagian selatan
Gambar dari video sampah antariksa China.

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan sampah antariksa CZ5B, roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa China yang berbobot sekitar 20 ton dan berukuran 30 meter, melintasi Sumatera bagian selatan.

“Terpantau, Indonesia di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Barat terlintasi pada saat-saat akhir lintasan bekas roket,” kata Peneliti Senior BRIN Thomas Djamaludin dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Thomas menuturkan sampah antariksa besar tersebut jatuh di Samudera Hindia pada Sabtu (30/7) pukul 23.45 WIB. Sampah antariksa tersebut tidak berbahaya bagi biota laut di perairan itu.

Ia menuturkan data orbit dari pemantauanspace-track.orgmenunjukkan titik jatuh di barat daya Indonesia.

“Namun bisa jadi ada pecahannya yang mungkin tersebar sepanjang lintasan terakhir, orbitnya melintasi Sumatera bagian selatan,” ujarnya.

Jika ada penduduk yang melihat objek langit yang jatuh sekitar pukul 23.45 WIB, dapat segera melaporkan ke Pusat Riset Antariksa BRIN melalui surat elektronik prantariksa@brin.go.id.

Sementara Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan berdasarkan hasil analisis tim Riset Benda Jatuh Antariksa, sampah antariksa itu akan jatuh di sekitar wilayah selatan Filipina, dan akan berada pada ketinggian 10 kilometer (km) di atas wilayah Sarawak, Malaysia.

Ia menuturkan proses benda jatuh antariksa juga berhasil direkam oleh pengamat di Lampung melalui Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL).

Menurut informasi dari Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi (MOSTI) melalui maklumat tertulis Agensi Angkasa Malaysia (MYSA) pada 31 Juli 2022, serpihan roket yang sama juga terpantau di wilayah Malaysia.

Serpihan roket tersebut telah terbakar semasa memasuki ruang udara bumi dan pergerakan serpihan yang terbakar melintasi ruang udara Malaysia.

Fenomena itu dibuktikan dengan kesaksian dari masyarakat di wilayah Malaysia yang berhasil merekam fenomena tersebut dari perangkat seluler mereka dan menjadi viral. (ANTARA)

Sabtu, 19 Februari 2022

China Tetapkan Rencana Lima Tahun untuk Eksplorasi Luar Angkasa

Foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini menunjukkan layar di Pusat Kontrol Luar Angkasa Beijing yang menampilkan astronaut Liu Boming keluar dari modul inti stasiun ruang angkasa baru China di luar angkasa pada Minggu, 4 Juli 2021. (Foto: Xinhua via AP/Jin Liwang)


BorneoTribun.com – Sejumlah astronom mengatakan sebuah roket milik China diperkirakan akan menabrak bulan pada 4 Maret mendatang. Itu adalah contoh terbaru kehadiran China di luar angkasa. Berita mengenai kemungkinan tabrakan itu muncul setelah Beijing menerbitkan cetak biru pengembangan satelit, eksplorasi ruang angkasa dan penempatan lebih banyak astronaut di orbit Bumi.


Para pakar memperkirakan Beijing dapat merealisasikan berbagai target yang ada dalam rencana lima tahunnya demi pengembangan luar angkasa, terlepas dari insiden tabrakan yang diprediksi tadi.


Program luar angkasa China akan menyaingi Rusia dan Amerika, terutama dalam hal komersialisasi teknologi luar angkasa, tambah mereka.


“China harus diwaspadai dalam hal peningkatan daya saing,” kata Marco Caceres, direkrut studi luar angkasa di perusahaan analisis pasar Teal Group. “Sebagiannya karena AS sempat berada jauh di depan, sehingga negara-negara seperti China, yang ekonominya tumbuh dengan sangat cepat, bisa menyusul.”


Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan

China meluncurkan satelit pertamanya tahun 1970 dan menempatkan orang China pertama di luar angkasa pada 2003, menjadi negara ketiga di dunia, setelah Rusia dan AS, yang mencapai tonggak sejarah tersebut. Pada 2019, pesawat ruang angkasa China melakukan pendaratan bersejarah di sisi jauh bulan. Beijing kini sedang dalam proses menambah stasiun luar angkasa, selain Tiangong, pada akhir tahun ini.


China dikeluarkan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, sebuah operasi kerja sama antara Eropa, AS, Rusia, Kanada dan Jepang, karena masalah keamanan nasional AS.


Selama lima tahun ke depan, program luar angkasa Beijing akan menempatkan orang-orang di luar angkasa dalam “tugas jangka panjang” untuk penelitian ilmiah, menyelesaikan temuan di Mars dan menjelajahi sistem Jupiter, menurut “Program Luar Angkasa China: A 2021 Perspective.”


Setengah dekade mendatang akan terjadi perbaikan sekaligus peningkatan kapasitas sistem transportasi luar angkasa, dan China akan “terus meningkatkan infrastruktur ruang angkasanya” melalui pengintegrasian penginderaan jauh, komunikasi, navigasi dan teknologi penentuan posisi satelit, ungkap dokumen tersebut.


China diperkirakan akan mewujudkan seluruh target tima tahunnya karena mereka telah mengerjakan itu semua selama satu dasawarsa terakhir atau lebih, dengan banyak dana pemerintah, kata para analis.


Laporan bulan Januari itu sebenarnya “menggabungkan” apa yang sudah mereka kerjakan, kata Richard Bitzinger, pengamat pertahanan dari Defense Budget Project, lembaga penelitian nirlaba di Washington. Secara teknis mungkin saja China dapat menambang bijih pada asteroid, kata Bitzinger, meskipun hal itu membutuhkan pengerjaan, seperti penjangkaran dan pengeboran, yang rumit.


Banyak target capaian dalam cetak biru itu dimaksudkan untuk menampilkan tujuan damai dan citra internasional yang positif, tambahnya. “Sebagian besar program luar angkasa berawak sifatnya simbolik,” kata Bitzinger. “Dari segi ekonomi, mereka jual rugi, tapi dalam hal menunjukkan kekuatan, program-program itu sempurna.”


Cetak biru itu menyebut bahwa misi-misi luar angkasa China di masa depan akan tetap “damai,” terlepas dari kecurigaan Washington bahwa program luar angkasa China akan diarahkan untuk tujuan militer.

Foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini menunjukkan layar di Pusat Kontrol Luar Angkasa Beijing yang menampilkan astronaut Liu Boming keluar dari modul inti stasiun ruang angkasa baru China di luar angkasa pada Minggu, 4 Juli 2021. (Foto: Xinhua via AP/Jin Liwang)


Momentum komersial

Kemajuan dalam program luar angkasa China telah memungkinkan negara tersebut menjadi lebih “agresif”, kata Caceres, daripada AS dalam pemasaran satelit dan layanan peluncuran modern. Anggarannya mungkin tumbuh lebih cepat dibanding NASA, tambahnya. Peralatan terkait ruang angkasa China dapat ditemukan di Afrika, Asia dan Amerika Latin, ujar analis itu.


Negara-negara seperti Australia dan Jepang sudah menggunakan data penginderaan jauh berbasis ruang angkasa China setelah bencana alam. Rusia dan China secara tentatif setuju pada bulan September untuk membuka markas penelitian bulan gabungan.


“China menyerukan semua negara untuk bekerja sama membangun sebuah komunitas global masa depan dan melakukan pertukaran juga kerja sama mendalam di luar angkasa atas dasar kesetaraan, manfaat bersama, pemanfaatan secara damai dan pembangunan inklusif,” kata Kedutaan Besar China di Washington kepada VOA pada Rabu (16/2).


Beberapa negara yang secara geografis terletak paling dekat dengan China masih bertahan dengan teknologi luar angkasa AS, terlepas kesediaan China untuk terlibat, kata Alan Chong, lektor di S. Rajaratnam School of International Studies yang berbasis di Singapura.


Pemerintah Myanmar, misalnya, membenci China karena utang infrastruktur dan proyek-proyek yang orang anggap tidak relevan dengan kehidupan mereka, menurut temuan Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS.


“Saya pikir situasinya cair, dan saya tidak merasa Asia Tenggara akan nyaman berada di orbit China,” ujar Chong. “Tentu saja kawasan itu tidak pernah seakrab sekarang dengan China dalam 15 tahun terakhir, tapi saya rasa AS masih punya kesempatan.” [rd/em]

Kamis, 08 Juli 2021

UEA Perkenalkan Astronot Wanita Pertama di Dunia Arab

UEA Perkenalkan Astronot Wanita Pertama di Dunia Arab
Mohammed al-Mulla (kiri) dan Nora al-Matrooshi, dua astronaut Uni Emirat Arab.

BORNEOTRIBUN - Dunia Arab untuk pertama kalinya memiliki astronot wanita.  Anggota program luar angkasa Uni Emirat Arab diperkenalkan Rabu (7/7) kemarin.

Nora al-Matrooshi diperkenalkan pada Rabu (7/7) sebagai bagian dari program luar angkasa Uni Emirat Arab.Ia adalah astronaut Wanita pertama di dunia Arab.

Pusat Antariksa "Mohammed Bin Rashid" mengumumkan bahwa al-Matrooshi, bersama dengan Mohammad al-Mulla, telah memulai pelatihan internal mereka, yang akan berlanjut hingga mereka bergabung dengan "Kelas Kandidat Astronot NASA ke-21" pada bulan Desember.

Dalam menjelaskan apa yang memotivasinya untuk menjadi astronot, al-Matrooshi mengatakan, "Motivasi saya di balik melamar program luar angkasa Uni Emirat Arab adalah impian saya sebagai seorang anak dan keinginan saya untuk menjadi astronot."

Al-Matrooshi yang berusia 28 tahun itu adalah sarjana teknik mesin yang sekarang ini bekerja di Perusahaan Konstruksi Perminyakan Nasional Abu Dhabi.

Kelas Kandidat NASA yang akan diikuti warga negara Uni Emirat Arab ini akan berlangsung di Amerika Serikat.

Uni Emirat Arab menggunakan program antariksanya untuk mengembangkan kemampuan ilmiah dan teknologinya serta mengurangi ketergantungannya pada minyak.

Al-Matrooshi menjelaskan bahwa negaranya memberi dukungan bagi aspirasinya itu.

"Di Uni Emirat Arab, pemerintah sangat suportif terhadap rakyatnya, masyarakat sangat suportif. Keluarga saya juga memberi banyak dukungan sehingga saya merasa tidak menghadapi tantangan sewaktu mendaftarkan diri ke program ini karena semua orang sangat suportif di Uni Emirat Arab ini.”

Pada Februari lalu, sebuah wahana antariksa Uni Emirat Arab mencapai orbit planet Mars.

Ini adalah ekspedisi antarplanet pertama dunia Arab. 

Uni Emirat Arab memiliki rencana untuk meluncurkan wahana penjelajah bulan pada tahun 2024 dan visi membangun permukiman di Mars pada 2117

Al-Matrooshi adalah satu dari 4.300 pendaftar yang kemudian disaring berdasarkan kemampuan ilmiah, pendidikan dan pengalaman praktis mereka.

Saringan berikutnya adalah mengenai kemampuan fisik, psikologi dan kesehatan, kata Pusat Antariksa Mohammed Bin Rashid.

Al-Matrooshi berharap ia dapat mendukung sasaran yang ingin dicapai oleh negaranya dalam bidang antariksa.

Ia mengemukakan, "Saya ingin meraih apa yang ingin dicapai oleh para pemimpin Uni Emirat Arab, menjadikan Uni Emirat sebagai bagian, atau salah satu negara terkemuka, dalam bidang antariksa.” [uh/ab]

VOA

Rabu, 30 Juni 2021

Studi Terbaru Sebut Tidak Mungkin Ada Kehidupan di Awan Venus

Studi Terbaru Sebut Tidak Mungkin Ada Kehidupan di Awan Venus
Planet Venus dibuat dengan data dari pesawat ruang angkasa Magellan dan Pioneer Venus Orbiter.

BORNEOTRIBUN.COM - Sebuah studi baru mengesampingkan kemungkinan adanya kehidupan di awan Venus.  

Para ilmuwan dari Eropa dan Amerika Serikat (AS) melaporkan, Senin (28/6), hampir tidak ada cukup uap air di awan planet yang panas tersebut untuk mendukung kehidupan seperti yang kita ketahui. 

Tim penelitian menyelidiki masalah ini menyusul pengumuman pada September lalu oleh peneliti lain bahwa setelah ada organisme kecil yang aneh, yang mungkin bersembunyi di awan tebal Venus yang dipenuhi asam sulfat. 

Melalui pengamatan pesawat ruang angkasa, kelompok riset terbaru menemukan tingkat kandungan air di Venus lebih dari 100 kali lebih rendah untuk mendukung kehidupan seperti Bumi.  

"Ini hampir di bawah skala dan jarak yang tak terjembatani dari apa yang dibutuhkan kehidupan untuk aktif," kata penulis utama, John Hallsworth, ahli mikrobiologi di Queen's University Belfast di Irlandia Utara, sebagaimana dilansir dari Associated Press.  

Tim John meneliti mikroba yang paling toleran terhadap lingkungan kering dan juga paling toleran terhadap asam di Bumi - dan mereka "tidak akan memiliki peluang (untuk hidup) di Venus."  

Meski penemuan terbaru menepis kemungkinan Venus untuk organisme berbasis air, para ilmuwan juga mengidentifikasi planet lain, Jupiter, yang memiliki kandungan air yang cukup di awan dan suhu atmosfer yang tepat untuk mendukung kehidupan.  

"Saya tidak mengindikasikan bahwa ada kehidupan di Jupiter dan saya bahkan tidak mengindikasikan kehidupan bisa ada di sana karena akan membutuhkan hara untuk berada di sana. Kami tidak dapat memastikannya," Hallsworth menekankan kepada wartawan. 

“Namun tetap saja itu adalah temuan yang penting dan menarik dan sama sekali tidak terduga." 

Hallsworth dan ahli astrobiologi NASA Chris McKay, rekan penulis pada makalah penelitian yang diterbitkan Senin (28/6) di jurnal Nature Astronomy mengatakan perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk memastikan apakah kehidupan mikroba mungkin ada di dalam awan Jupiter.  

Adapun Venus, tiga pesawat ruang angkasa baru akan menuju ke sana akhir dekade ini dan awal dekade berikutnya. 

Pesawat tersebut dua di antaranya dimiliki Badan Antariksa AS, NASA, dan satu oleh Badan Antariksa Eropa, ESA. 

Hallsworth dan dan McKay tidak mengharapkan hasil mereka terkait aktivitas air yang tidak dapat dihuni di planet terpanas tata surya kita tersebut akan berubah.  

Para ilmuwan yang melakukan studi pada September mengisyaratkan kemungkinan adanya kehidupan di awan Vesuvian berdasarkan temuan mereka berdasarkan keberadaan fosfin gas beracun. 

Di Bumi, gas tersebut terkait dengan kehidupan. Para peneliti berpendapat bahwa tingkat fosfin Venus terlalu tinggi untuk menjadi asal geologis. [ah/au/ft]

Oleh: VOA

Minggu, 20 Juni 2021

3 Astronaut Tiba di Stasiun Antariksa Permanen Baru China

3 Astronaut Tiba di Stasiun Antariksa Permanen Baru China

BORNEOTRIBUN.COM - Awak pertama stasiun antariksa permanen baru China telah merapat ke modul Tianhe (Harmoni Surgawi) pada hari Kamis (17/6) malam.

Pesawat antariksa Shenzou-12 yang membawa astronaut kawakan Nie Haisheng dan Liu Boming serta pemula Tang Hongbo bergabung dengan modul Tianhe enam jam setelah meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di China Barat Laut.


Trio ini akan menghabiskan waktu tiga bulan mendatang di modul tersebut, memperlengkapinya dengan peralatan dan menguji berbagai komponennya.

Misi ini adalah penerbangan luar angkasa berawak China dalam lima tahun, dan merupakan yang ketiga dari 11 yang diperlukan untuk menambahkan lebih banyak lagi elemen ke stasiun antariksa ini sebelum beroperasi penuh tahun depan. Stasiun baru itu diperkirakan akan tetap beroperasi selama 10 tahun.


Stasiun ini dapat bertahan lebih lama daripada Stasiun Antariksa Internasional (ISS) yang dipimpin AS, yang mungkin dinonaktifkan setelah pendanaannya berakhir pada 2024. China tidak pernah mengirimkan astronaut ke ISS karena sebuah UU AS yang praktis melarang badan antariksa NASA bekerja sama dengan China.


China dengan agresif membangun program antariksanya sebagai contoh peningkatan posisi global dan kekuatan teknologinya. China menjadi negara ketiga yang mengirim manusia ke antariksa pada tahun 2003 setelah Amerika Serikat dan Rusia, dan telah mengoperasikan dua stasiun antariksa eksperimental sementara yang berawak.

Baru tahun ini China mengirim pesawat tak berawak ke orbit di sekitar Mars, sementara pesawat lain membawa kembali sampel pertama dari Bulan dalam lebih dari 40 tahun. [uh/ab]

Oleh: VOA

China Rilis Rekaman Mars dari Pesawat Antariksa Tianwen-1


BORNEOTRIBUN.COM - Badan Antariksa China (China National Space Administration/CNSA) merilis dua video yang memberikan gambaran sekilas tentang Mars pada hari Jumat (12/2). Gambar tersebut ditangkap saat pesawat Tianwen-1 memasuki orbit Mars dan mengirimkan ucapan selamat Tahun Baru Imlek ke Bumi.

Setelah menempuh perjalanan selama 6,5 bulan melintasi ruang angkasa, Tianwen-1 pada Rabu (10/2), melambat ke kecepatan yang dapat ditangkap oleh tarikan gravitasi Mars. Hal tersebut menjadikan Tianwen-1 sebagai pesawat ruang angkasa kedua yang mencapai Mars pada bulan ini, bersama pesawat luar angkasa AS.

Kedua klip itu, berdurasi kurang dari satu menit, adalah yang pertama dirilis oleh CNSA.

“Berkah Tahun Baru Tianwen-1 datang dari Mars yang jauh,” kata CNSA pada hari Jumat (12/2), hari pertama Tahun Baru Imlek.

Rekaman diambil dari kamera yang terpasang pada pesawat yang tidak berawak. Terlihat garis besar Mars dan kawah di permukaan tersebut.

"Panel surya, antena pengarah, atmosfer Mars, dan topografi permukaan terlihat jelas," kata CNSA. [na/ah]

Oleh: VOA

Selasa, 15 Juni 2021

"Kapal Ilahi": Penerbangan Manusia ke Antariksa dari China Pertama sejak 2016

"Kapal Ilahi": Penerbangan Manusia ke Antariksa dari China Pertama sejak 2016
Roket Long March-2F yang membawa wahana antariksa Shenzhou-12 yang berada di Peluncuran Satelit Jiuquan, Provinsi Gansu, China, 9 Juni 2021. Roket itu akan membawa misi pertama berawak yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 17 Juni ke stasiun antariksa

BorneoTribun Internasional - Sebuah pesawat antariksa China akan lepas landas dari Gurun Pasir Gobi dengan menaiki roket Long March dalam beberapa hari mendatang. Pesawat itu akan mengangkut tiga laki-laki ke sebuah modul yang mengorbit di antariksa untuk misi tiga bulan. Misi itu akan jadi pertama kalinya China mengirim manusia ke antariksa dalam hampir lima tahun.

Shenzhou-12, yang artinya "Kapal Ilahi," akan menjadi yang misi ketiga dari 11 misi yang harus diselesaikan oleh stasiun antariksa China sebelum 2022.

Empat dari ke-11 misi itu melibatkan manusia. Keempat misi itu kemungkinan akan meluncurkan hingga 12 astronaut China ke antariksa. Angka itu lebih banyak dibandingkan 11 astronaut yang telah China kirim ke antariksa sejak 2003.

China, yang bertujuan menjadi kekuatan antariksa besar sebelum 2030, pada Mei menjadi negara kedua yang menempatkan sebuah wahana penjelajah, dua tahun setelah mengirim pesawat antariksa pertama di sisi lain Bulan.

China juga berencana mengirim astronaut ke bulan. [vm/pp]

Oleh: VOA

Rabu, 09 Juni 2021

Badan Antariksa Nasional AS Kirim Cumi-cumi Bobtail yang Baru Menetas ke Stasiun Antariksa

Badan Antariksa Nasional AS Kirim Cumi-cumi Bobtail yang Baru Menetas ke Stasiun Antariksa
Ilustrasi Tardigrade atau beruang air. (iStockphoto/dottedhippo)

BorneoTribun Internasional -- Badan Antariksa Nasional AS (NASA) mengirim koleksi cumi-cumi bobtail yang baru menetas ke Stasiun Antariksa Internasional. Para peneliti berharap percobaan ini membantu memahami sejauh mana penerbangan ke luar angkasa memengaruhi interaksi antara mikroba yang menguntungkan dan hewan inang mereka.

Pesawat ulang alik antariksa SpaceX meluncurkan misi Layanan Pasokan Komersial ke-22 (Commercial Resupply Services - disingkat CRS-22) - ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada Kamis (3 Juni) lalu.

Misi tersebut mengangkut lebih dari 3.300 kilogram kargo. Pesawat antariksa itu juga membawa pasokan penelitian dan perangkat keras kendaraan, termasuk dua panel surya baru yang pertama.

Misi CRS juga mencakup koleksi 128 cumi bobtail yang baru menetas. Anak-anak cumi ini adalah bagian dari eksperimen yang diberi nama Understanding of Microgravity on Animal-Microbe Interactions (UMAMI).

Peneliti berharap eksperimen ini dapat membantu mereka memahami bagaimana penerbangan antariksa memengaruhi interaksi antara mikroba yang menguntungkan dan hewan inang mereka, kata Jamie Foster, profesor mikrobiologi pada Universitas Florida.

"Proyek ini untuk mencoba memahami bagaimana lingkungan antariksa, tekanan berada di antariksa, memengaruhi interaksi yang normal, menguntungkan, dan sehat, yang terjadi antara mikroba dan hewan inangnya," ungkapnya.

Cumi-cumi kecil itu menetas sehari sebelum diluncurkan. Mereka disimpan dalam tas kecil dengan katup untuk memungkinkan air laut masuk ke lingkungan mereka.

Ini bukan pertama kali cumi-cumi dikirim ke orbit. Hewan itu juga dibawa dalam perjalanan ke antariksa untuk percobaan pada tahun 2011.

"Cumi-cumi memiliki sistem kekebalan yang hampir sama seperti kita, manusia. Mereka lebih sederhana dan asosiasi atau interaksi dengan bakteri mereka juga lebih sederhana. Jadi, daripada ribuan jenis mikroba yang berinteraksi dengan manusia, pada cumi-cumi, hanya ada satu bakteri dan satu inang," lanjut Foster.

Foster menambahkan percobaan UMAMI bisa membantu peneliti memahami apakah, dan sejauh mana, penerbangan antariksa yang panjang memengaruhi kesehatan astronaut.

"Salah satu hal yang terjadi pada astronaut ketika mereka berada di antariksa adalah sistem kekebalan mereka dapat terganggu atau tidak teratur, dan itu bisa sangat berpotensi berbahaya kalau tidak dapat segera dibawa ke dokter atau tidak bisa mendapatkan bantuan. Jadi, kami benar-benar ingin memahami dampak penerbangan antariksa yang lama terhadap kesehatan hewan, misalnya terhadap sistem kekebalan tubuh," pungkasnya. [ka/lt]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno