Berita Borneotribun.com: Anak-anak Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Anak-anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anak-anak. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Februari 2024

Puskesmas Suhaid Terus Tingkatkan PMT untuk Anak-anak

Puskesmas Suhaid Terus Tingkatkan PMT untuk Anak-anak
Puskesmas Suhaid Terus Tingkatkan PMT untuk Anak-anak.
KAPUAS HULU - Tenaga kesehatan di Puskesmas Suhaid terus mengambil langkah dalam meningkatkan upaya pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada bayi dan balita di wilayah kerja mereka. 

Di Posyandu Desa Mensusai, Kecamatan Suhaid, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, upaya tersebut mencapai puncaknya dalam acara bertema "Ayo Cegah Stunting dengan Pemberian Makanan Protein Hewani" yang berlangsung pada Rabu (7/2/2024).

Kegiatan tersebut diawasi oleh penanggung jawab pelaksana Kartika, S.tr, Gz, Reny P.S, A.Md. Gz, serta para kader posyandu desa Mensusai. 

Nakes Puskesmas Suhaid, Kartika, menjelaskan pentingnya kegiatan ini, mengatakan bahwa pemberian PMT merupakan bagian integral dari upaya memberikan makanan yang aman dan berkualitas kepada balita, dilengkapi dengan dukungan kegiatan lainnya.

"Dalam pemberian PMT, kami sangat memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan, serta memastikan nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan," ujarnya.

Kartika juga menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memprioritaskan percepatan pembangunan di bidang pendidikan, khususnya dalam meningkatkan status gizi anak, terutama di daerah-daerah terpencil dan terpinggirkan.

Hingga saat ini, 32 bayi dan balita telah menjadi sasaran dari program pemberian makanan tambahan tersebut. 

Dengan adanya upaya ini, diharapkan dapat terus meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan anak-anak di daerah tersebut.

Kamis, 01 Februari 2024

Anak Sakit? Simak Saran Dokter untuk Mempercepat Proses Penyembuhan

Anak Sakit? Simak Saran Dokter untuk Mempercepat Proses Penyembuhan. Ilustrasi - orang tua bersama anaknya yang sedang sakit (ANTARA/Pexels)
Anak Sakit? Simak Saran Dokter untuk Mempercepat Proses Penyembuhan. Ilustrasi - orang tua bersama anaknya yang sedang sakit (ANTARA/Pexels)
JAKARTA - Dokter spesialis anak dari Universitas Indonesia, dr. Dimple Nagrani Sp.A B.MedSc, menyoroti empat aspek krusial yang harus diperhatikan ketika anak mengalami sakit, yaitu pola makan, asupan cairan, pola tidur, dan aktivitas. 

Dalam sebuah konferensi pers di Jakarta pada Rabu, ia menekankan bahwa jika salah satu dari faktor-faktor tersebut terganggu, segera bawa anak ke rumah sakit.

Dokter Dimple menekankan, "Kalau terganggu salah satunya, makan kurang, minum nggak mau, nggak bisa tidur karena nggak bisa nafas, dia lemas terus, kita nggak bisa (mengobati) hanya pijat di rumah atau obat-obatan herbal." 

Menurutnya, penting bagi orang tua untuk tetap tenang ketika anak sakit dan menganggap sakit sebagai suatu hal yang normal.

Ia menjelaskan bahwa saat anak sakit, tubuhnya "berkenalan" dengan kuman karena daya tahan tubuh yang mulai menurun. 

Faktor ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan, pemisahan dari ASI, dan gaya hidup anak, termasuk adanya alergi. 

Anak-anak biasanya rentan sakit pada usia 1 hingga 4 tahun, dan yang paling penting adalah memastikan anak tidak mengalami kesulitan bernapas atau dehidrasi.

"Saat anak sakit, jangan sampai sesak napas atau dehidrasi, kalau anak diare jangan sampai dehidrasi karena kalau dehidrasi bisa penurunan kesadaran," jelasnya.

Dokter Dimple memberikan beberapa saran untuk mengobati anak yang sakit. Salah satunya adalah melakukan skin-to-skin atau bersentuhan dengan anak, yang dapat merangsang pelepasan hormon oksitosin atau hormon cinta yang dapat menenangkan anak dan mempercepat proses penyembuhan. 

Selain itu, pijatan dan penggunaan obat-obatan herbal seperti jahe, kunyit, bawang, kamomil, eucalyptus, dan lavender juga bisa menjadi alternatif yang aman.

"Kalau cari produk jangan meninggalkan kebudayaan membaca aman untuk anak usia berapa, kecuali dari dosis dokter karena dosis penting miligram per kilogram berat badan, pastikan dosis dan cara pemberian benar. Tes alergi juga untuk obat yang dioles ke kulit," tambahnya.

Dokter Dimple juga mengingatkan pentingnya memberikan ASI jika masih diperlukan, menjaga kualitas makanan dan air putih untuk anak, serta menghindari memberikan makanan yang mengandung gula kepada anak yang sedang batuk, agar lendir tidak mengendap dan menyebabkan kesulitan bernapas.

Kurangnya Waktu Bersama Orang Tua Mempengaruhi Perkembangan Anak

Psikolog pendidikan lulusan Universitas Indonesia Orissa Anggita Rinjani M.Psi dalam konferensi pers Transpulmin A Touch to Remember di Jakarta, Rabu (31/1/2024) (ANTARA/Fitra Ashari)
Psikolog pendidikan lulusan Universitas Indonesia Orissa Anggita Rinjani M.Psi dalam konferensi pers Transpulmin A Touch to Remember di Jakarta, Rabu (31/1/2024) (ANTARA/Fitra Ashari)
JAKARTA - Psikolog pendidikan lulusan Universitas Indonesia, Orissa Anggita Rinjani M.Psi, mengemukakan bahwa kurangnya waktu berkualitas bersama orang tua dapat menghambat pencapaian tugas perkembangan sesuai usia anak dan mengakibatkan kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain.

"Kalau dari kecil merasa kelekatan kurang, dia akan sulit menjalin hubungan dengan orang lain, seperti apa aku harusnya berinteraksi, bagaimana mengutarakan keinginan, itu mempengaruhi tugas perkembangan lainnya," ungkap Orissa dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Sebagai psikolog ruang konseling di Rumah Dandelion, Orissa menyatakan bahwa dampak negatif dari jarangnya interaksi anak dengan orang tua adalah terganggunya kesejahteraan emosional dan psikologisnya.

Menurutnya, dalam hierarki kebutuhan, setelah kebutuhan dasar terpenuhi, anak perlu merasa aman dan dicintai agar dapat mengembangkan aktualisasi diri dan kepercayaan diri. 

Ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, tugas perkembangan lainnya seperti kognitif dan psikologis akan terpengaruh.

"Jadi selain memikirkan apa yang harus dia capai di usianya, kita isi dulu dengan kelekatan dan koneksinya dulu. Kalau itu tidak terbangun, tugas perkembangannya akan makin sulit, bisa mempengaruhi baik perkembangan sosial, kognitif, kesehatan mental, dan pencapaian akademisnya," jelas Orissa.

Orissa menyarankan agar orang tua, meskipun memiliki waktu yang terbatas karena keharusan bekerja, minimal meluangkan waktu 15 menit bersama anak. 

Waktu tersebut dapat dimanfaatkan untuk berfokus pada anak dengan tidak hanya memberikan instruksi, tetapi juga dengan berbicara dan menatap mata anak untuk membangun koneksi.

Dengan berkomunikasi dengan anak, frekuensi sentuhan juga akan meningkat dibandingkan dengan bermain, dan hal ini secara otomatis akan menambah muatan emosional karena orang tua dapat menyentuh anak dengan cara memeluk atau mengusap kepala.

"Ini akan membantu menciptakan momen yang berharga meskipun singkat. Meskipun jumlah waktu yang tersedia terbatas, bagaimana cara kita menghabiskan waktu tersebut dengan anak juga memiliki makna yang penting," tutup Orissa.

Rabu, 30 Juni 2021

Meningkatnya Kasus COVID-19 Kalangan Anak-anak, ini tips untuk Orang Tua

Meningkatnya Kasus COVID-19 Kalangan Anak-anak, ini tips untuk Orang Tua
Ilustrasi. Gambar Pixabay

BORNEOTRIBUN.COM - Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kasus positif COVID-19 pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia mencapai 12,5 persen, dan menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Dari angka itu, sekitar 3-5 persen anak yang positif COVID-19 meninggal dunia, dan 50 persen di antaranya adalah balita.

Data-data tersebut tentunya membuat para orang tua menjadi khawatir atas keselamatan sang buah hati, ditambah lagi bahwa mereka yang berusia di bawah 18 tahun belum bisa mendapatkan vaksin COVID-19.

Pada Mei 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa varian delta atau B1.617.2 yang pertama kali ditemukan di India sebagai varian of concern (VOC) dari sebelumnya hanya berstatus varian of interest (VOI).

Artinya, varian tersebut termasuk jenis virus corona yang mengkhawatirkan karena lebih mudah menular. 

Berdasarkan gejala yang diamati pada pasien di India, varian ini menyebabkan gejala ringan hingga berat, mulai dari mual hingga pembekuan darah.

Lantas apakah benar anak-anak dideteksi lebih rentan terkena varian baru ini?

Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih, mengatakan bahwa potensi bahaya dari virus corona jenis delta ini sangat tinggi.

Ia juga menyebut jika jenis ini justru banyak menyerang anak-anak muda. 

Bahkan, serangan yang terjadi dapat langsung menimbulkan dampak dengan gejala berat, di mana saat alami gejala berat, tingkat kesembuhannya pun menjadi lebih kecil.

Chief of Medical Halodoc, dr. Irwan Heriyanto, dalam pernyataan pers, Senin, mengatakan salah satu bentuk perlindungan yang terampuh saat ini adalah dengan melindungi orang dewasa di lingkungan anak-anak dengan vaksinasi COVID-19.

Saat ini, Pemerintah DKI Jakarta juga telah memperbolehkan semua masyarakat yang berdomisili maupun bekerja di Jakarta untuk mendapatkan vaksin. 

Sebagai platform layanan kesehatan, Halodoc juga terus berupaya untuk membantu pemerintah untuk mempercepat vaksinasi, di antaranya dengan memperluas layanan vaksinasi yang dapat diakses melalui aplikasi Halodoc.

"Kami juga terus menggalakkan edukasi secara intensif terkait dengan COVID-19 pada anak, mulai dari gejala secara medis, tips pencegahan, hingga penanganan pertamanya," katanya.

Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh orangtua untuk memberikan perlindungan tambahan bagi anak-anak di rumah:

1. Batasi anak untuk melakukan aktivitas di luar rumah dan menghindari kerumunan di ruang publik.

Foto: Pixabay

2. Jika terpaksa membawa anak keluar rumah, anak 2-18 tahun wajib menggunakan masker dan menerapkan jarak fisik 2 meter dengan orang-orang lainnya. Jika memungkinkan, kenakan face shield sebagai bentuk perlindungan maksimal.

3. Berikan pengertian kepada anak untuk tidak terlalu sering memegang mulut, mata, dan hidung. Jika baru pulang dari luar rumah, segera mandi dan bersihkan barang-barang.

4. Jauhkan anggota keluarga yang sakit dari anak, bila perlu lakukan isolasi pada anak untuk menjauhkan diri dari kerabat yang sedang sakit tersebut dan menghindari risiko paparan penyakit.

5. Manfaatkan telehealth untuk mendapatkan solusi apabila ada keluhan mengenai anak karena datang ke rumah sakit juga cukup berisiko. Orangtua bisa berkonsultasi dengan dokter secara daring dan memberikan penanganan pertama bagi buah hati.

Di Halodoc sendiri, ratusan dokter spesialis anak dalam ekosistem Halodoc selalu siap memberikan layanan konsultasi yang dapat diakses kapanpun dan dari manapun.

6. Selain menjaga kesehatan fisik, kesehatan mental anak juga harus dijaga. 

"Saat ini, para orang tua juga dituntut untuk dapat mengenali tanda ketika sang anak mengalami tekanan emosional karena pandemi," kata dokter Irwan.

Berikut tujuh tanda-tanda stres pada anak yang patut dikenali orang tua di tengah pandemi:

1. Rewel dan lekas marah, lebih mudah terkejut dan menangis, dan lebih sulit untuk dihibur

Foto: istock

2. Tertidur dan lebih sering terbangun di malam hari

3. Kecemasan perpisahan, tampak lebih melekat, menarik diri, atau ragu-ragu untuk mengeksplorasi

4. Memukul, frustrasi, menggigit, dan amukan yang lebih sering atau intens

5. Hilangnya minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati

6. Perubahan nafsu makan, berat badan atau pola makan, seperti tidak pernah lapar atau makan sepanjang waktu

7. Mengalami masalah dengan memori, pemikiran, atau konsentrasi.

Sumber: Antaranews

Kamis, 24 Juni 2021

Kematian Anak Akibat COVID-19 di Indonesia Tertinggi di Dunia

Kematian Anak Akibat COVID-19 di Indonesia Tertinggi di Dunia
Anak-anak memakai masker pelindung berbaris saat kegiatan belajar mengajar di tengah wabah COVID-19 di Lebak, Provinsi Banten. (Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas/via Reuters)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan seluruh orang tua untuk waspada dan lebih menjaga anak-anak seiring meningkatnya jumlah kematian anak akibat pandemi virus corona, yang mencapai tingkat tertinggi di dunia.

“Saya malu sebenarnya. Ketika saya olahraga rame-rame di Wisma Atlet, di tengah pasien yang banyak itu, saya merasa kenapa mesti ada di sini. Seperti nyesek aja di dalam hati, kenapa bisa kecolongan," ujar Renata Silalahi, penyintas COVID-19.

Padahal, katanya, Indonesia sudah melewati pandemi lebih dari setahun dan ia termasuk orang yang serius dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Anak-anak bilang saya 'prokes bawel' karena aku terlalu bawel dan terlalu khawatir. Jadi kecolongan ini bikin saya sakit hati karena kita sudah menjaga sedemikian rupa," tuturnya.

Renata Silalahi adalah ibu dua anak yang baru saja diizinkan kembali ke rumah setelah menjalani perawatan selama dua minggu di Wisma Atlet Jakarta. Renata, yang berusia 46 tahun, baru merasakan gejala tertular COVID-19 ketika indra penciumannya mati rasa.

“Seminggu sebelum kita di-swab di puskesmas, anak saya sudah demam menggigil, tapi dikasih paracetamol demamnya hilang. Meski mereka tetap tidak mau makan," katanya.

"Lalu sakit tenggorokan, pilek sedikit, tidak ada batuk. Mereka masih tidak apa-apa. Seminggu setelah gejala itu, saya merasa tidak bisa merasakan apa-apa ketika mencium benda-benda yang biasa dipakai, seperti minyak telon atau minyak kayu putih," tambah Renata.

Ia bergerak cepat. Ia mendatangi puskesmas di Jagakarsa, yang langsung memisahkannya dari pasien lain dan melakukan uji swab. Hasilnya ia dan kedua anaknya yang berusia 7 dan 5 tahun dinyatakan positif COVID-19. Puskesmas memberinya dua alternatif, yaitu melakukan isolasi mandiri di rumah, tetapi pihak puskesmas tidak dapat membantu jika kondisi memburuk atau muncul penyakit lain; atau ia harus dirawat di rumah sakit. Beruntung ada tempat kosong di Wisma Atlet sehingga pada 4 Juni ia dapat dirawat di sana.​

Kematian Anak Akibat COVID-19

Dalam konferensi pers perhimpunan lima profesi dokter Indonesia pada 18 Juni, Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI mengatakan di tengah lonjakan kasus baru harian COVID-19, terjadi pula peningkatan tajam penularan dan bahkan kematian pada anak-anak.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan mengatakan data nasional menunjukkan konfirmasi COVID-19 pada anak berusia 0-18 tahun mencapai 12,5 persen.

“Artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi COVID-19 adalah anak-anak. Data IDAI juga menunjukkan case mortality (tingkat kematian.red) mencapai 3 persen – 5 persen, jadi kita memiliki tingkat kematian tertinggi di dunia,” ujar Aman Pulungan. Ditambahkannya, dari seluruh data anak yang meninggal itu, 50 persen adalah balita.​

Kematian Anak Akibat COVID-19 di AS

Sebagai perbandingan dengan Amerika Serikat (AS), American Academy of Pediatrics pekan ini melaporkan bahwa sejak pandemi merebak hingga 17 Juni lalu, jumlah anak-anak yang tertular mencapai 14,2 persen dari total orang yang tertular di seluruh negara bagian, atau berarti sekitar 4,02 juta anak. Namun tingkat kematian anak akibat COVID-19 di AS adalah 0,22 persen. Tujuh negara bagian bahkan melaporkan tidak ada anak yang meninggal karena COVID-19.

Oleh karena itu Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan menggarisbawahi pentingnya orang tua menjaga anak-anak mereka lebih ketat lagi. “Kapan lagi kita jadi orang tua menyayangi anak? Jadilah orang tua saat pandemi! Dampingi anak-anak kita. Hindari membawa anak ke luar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak," tukasnya.

Ia menekankan pentingnya anak-anak untuk tinggal di rumah. Jikapun harus berkegiatan di luar rumah, hindari area dengan ventilasi tertutup, kepadatan dan risiko kontak erat.

"Penuhi hak anak untuk hidup dan untuk sehat, secara fisik dan mental, untuk masa depan yang lebih baik. Kita hidup untuk apa kalau bukan untuk anak? Jaga anak kita! Jaga anak kita! Jangan sampai ada yang sakit,” tegasnya.

IDAI juga mengajak warga untuk berperan aktif bersama pemerintah, mengawasi protokol kesehatan di tempat-tempat umum.

Renata Silalahi – yang tetap merasa “kecolongan” karena selama ini senantiasa mendampingi kedua anaknya belajar dan beraktivitas di rumah, serta memberikan makanan bergizi dan vitamin – mengatakan sempat pilu ketika harus menjalani isolasi dan perawatan di Wisma Atlet selama dua pekan. Namun ia menguatkan diri dengan memberi semangat pada anak-anaknya dan selalu berdoa. Terlebih karena dari enam anggota keluarganya, lima dinyatakan positif dan dirawat di lokasi berbeda.

“Ketika berangkat ke Wisma Atlet saya bawa bola, mainan, skuter anak-anak, buku. Apapun yang bisa membuat mereka gembira, karena kegembiraan juga obat.. Kalau malam saya ajak anak-anak naik ke lantai atas Wisma Atlet," katanya.

"Mereka suka karena kelihatan gedung-gedung tinggi Jakarta yang indah banget. Saya bilang sama anak-anak, anggap saja kita lagi liburan. Nikmati saja. Kami juga sempat merayakan ulang tahun bersama para perawat," ujar Renata.

Tak lupa ia menekankan perlunya berdoa. " Doa menguatkan kita untuk gak bernafsu akan hal apapun, menjaga dan memagari diri dengan doa," pungkasnya. [em/ah]

Sumber : VOA

Selasa, 10 November 2020

Polisi Sahabat Anak, Jaga Generasi Muda dan Himbau Pilkada Dengan Spanduk


Kasium Polsek Belitang, Bripka Erik memberi edukasi kepada anak-anak tentang Covid-19 (DK/BT)

Borneotribun I Belitang, Sekadau - Untuk menghilangkan rasa takut sekaligus mendekatkan diri dengan masyarakat, personel Polsek Belitang rutin melaksanakan patroli dan menyapa anak-anak di Rt Ensopang dusun C desa Belitang Satu, Selasa (10/11/2020).

Lokasi tersebut salah satu daerah pelosok di desa Belitang Satu yang belum ada jalan aspal dan listrik, kemudian masyarakat sebagian jalan kaki untuk beraktivitas setiap hari.

Menyikapi hal tersebut, personel Polsek Belitang melaksanakan patroli ke daerah tersebut sekaligus memberi edukasi kepada anak-anak dalam mencegah Virus Corona / Covid-19.

Dengan humanis Kasium Polsek Belitang Bripka Erik menyampaikan pesan protokol kesehatan agar anak-anak terhindar dari Covid-19 yakni dengan cara 3M memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Sambil berjalan kaki Bripka Erik juga memberikan pemahaman tentang Polisi Sahabat anak serta jangan lagi takut apabila bertemu dengan Polisi.

Kemudian anak-anak juga dipesan agar tidak mudah percaya kepada orang yang baru kita kenal, hati-hati jangan sampai menjadi korban penculikan dan kejahatan lainnya serta fokus belajar walaupun saat ini situasi masih pandemi Covid-19.

Ditempat terpisah Kapolsek Belitang IPDA M. Suyatman menuturkan dengan kegiatan ini diharapkan dapat menghilangkan rasa takut anak terhadap sosok Polisi.

Polisi sekarang lebih humanis selain sahabat anak-anak seorang Polisi juga sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Dan mengajak seluruh elemen untuk bersinergi membangun stabilitas kamtibmas.

"Marilah bersama-sama kita bangun sinergi antara Kepolisian dengan masyarakat dari anak-anak sampai orang tua untuk menjaga stabilitas Kamtibmas," pungkas Kapolsek.

Spanduk himbauan pilkada di halaman Mapolres Belitang (DK/BT)

Terkait situasi jelang pilkada, jajaran polsek belitang juga telah memasang spanduk di halaman Mapolsek Belitang yang bertuliskan himbauan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sekadau tahun 2020 secara damai.

"Pilihlah Paslon sesuai hati nurani dan siapapun yang terpilih nantinya merupakan hasil pesta demokrasi rakyat yang tentunya akan menjadi Bupati dan Wakil Bupati Sekadau," pungkas Kapolsek.


Penulis : Daiky
Editor    : Hermanto

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno