Berita Borneotribun.com: Abu Sayyaf Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Abu Sayyaf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Abu Sayyaf. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 April 2021

Kementerian Luar Negeri Serah Terimakan Empat ABK Korban Penyanderaan Abu Sayyaf ke Keluarga

Kementerian Luar Negeri Serah Terimakan Empat ABK Korban Penyanderaan Abu Sayyaf ke Keluarga
Kemlu mengembalikan 4 ABK korban penyanderaan Abu Sayyaf ke keluarga, Senin (05/04/2021), di Jakarta. (Foto: Humas Kemlu)

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyerahterimakan empat anak buah kapal (ABK) korban penyanderaan Kelompok Abu Sayyaf kepada pihak keluarga. Keempat sandera tersebut berhasil dibebaskan setelah disandera 1 tahun 3 bulan.​ Dengan terbebasnya keempat sandera tersebut, maka tidak ada lagi warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban penyanderaan.

Menlu Retno Marsudi menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah membantu proses pembebasan tersebut. Hal tersebut disampaikannya saat acara serah terima di Kantor Kementerian Luar Negeri, Senin (05/04/2021).

“Saya ingin menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi kepada seluruh pihak yang telah membantu proses pembebasan, khususnya teman-teman dari TNI dan juga dari BIN [Badan Intelijen Negara]. Apresiasi juga kami sampaikan kepada Pemerintah Filipina, yaitu melalui Western Mindanao Command (Westmincom) yang telah membantu bekerja sama dalam pembebasan sandera ini,” ujarnya.

Sejak tahun 2016, tercatat 44 WNI telah menjadi korban penyanderaan Kelompok Abu Sayyaf. Menlu menekankan bahwa ke depan aspek pencegahan harus diperkuat, antara lain dengan meningkatkan pengamanan di Perairan Sabah oleh Otoritas Malaysia bekerja sama dengan otoritas Indonesia dan Filipina.

“Selain itu, kehati-hatian nelayan kita yang bekerja di kapal ikan Malaysia juga penting untuk terus ditingkatkan. Kita juga akan melakukan komunikasi yang lebih intensif kepada pemilik kapal di Malaysia. Dan tentunya pengembangan ekonomi di daerah asal juga penting untuk terus dikembangkan,” tegasnya.

Sementara itu, Zulimin Syma selaku wakil dari pihak keluarga para sandera menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia atas upayanya membebaskan keluarga mereka.

Keempat WNI ABK tersebut diculik oleh kelompok bersenjata di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia pada 16 Januari 2020. Keempatnya kemudian dibawa ke wilayah Sulu di Filipina Selatan dan disandera oleh kelompok bersenjata yang mengklaim diri sebagai Kelompok Abu Sayyaf.

Tiga ABK WNI berhasil dibebaskan pada 18 Maret 2021 sedangkan satu WNI lainnya dibebaskan pada 21 Maret 2021 setelah disandera selama lebih dari 427 hari. Keempatnya kemudian diterbangkan ke Zamboanga, Filipina, untuk selanjutnya kembali diterbangkan ke Manila dengan penerbangan khusus pada tanggal 21 Maret 2021 ke Phillipines Air Force Base, Manila, Filipina.

Mereka tiba di Tanah Air pada tanggal 30 Maret 2021 kemudian menjalani karantina wajib dan tes PCR sebelum bertemu dengan keluarga sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku. Dengan diselamatkannya keempat WNI tersebut, maka seluruh WNI korban sandera Kelompok Bersenjata Abu Sayyaf yang tersisa telah berhasil diselamatkan. 

(HUMAS KEMLU/UN)

Kamis, 25 Maret 2021

Juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah Sebut 4 Eks Sandera Abu Sayyaf Asal Indonesia dalam Keadaan Sehat

Juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah Sebut 4 Eks Sandera Abu Sayyaf Asal Indonesia dalam Keadaan Sehat
Polisi Filipina bersenjata mengawal warga negara Indonesia eks sandera Abu Sayyaf, Muhamad Sofyan (tengah) ketika meninggalkan rumah sakit di kota Jolo, Provinsi Sulu, pulau Mindanao, Filipina selatan tahun 2016 (foto: ilustrasi).

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Pemerintah Filipina telah menyerahkan empat eks sandera Abu Sayyaf asal Indonesia kepada pemerintah Indonesia. Keempat WNI itu dinyatakan dalam kondisi sehat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada VOA, Rabu (24/3) memastikan empat eks sandera Abu Sayyaf asal Indonesia dalam keadaan sehat.

“Kemarin (23/3) sudah diserahkanterimakan oleh pemerintah Filipina kepada pemerintah Indonesia dan mereka dalam kondisi sehat, sudah menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk memastikan terkait Covid-19," kata Faizasyah.

Namun, Faizasyah belum dapat memastikan kapan keempat warga Indonesia itu dipulangkan ke tanah air untuk dikembalikan pada keluarga masing-masing.

Serah terima eks sandera itu dilakukan oleh Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana yang didampingi oleh Kepala Kepolisian Filipina Letnan Jenderal Guillermo Eleazar kepada Duta Besar Indonesia untuk Filipina Widya Rahmanto. Serah terima tersebut dilakukan di ibu kota Manila hari Selasa (23/3).

Keempat warga Indonesia yang baru yang dibebaskan dari sekapan Abu Sayyaf selama setahun lebih itu adalah AK (30 tahun), AD (42 tahun), AR (26 tahun), dan KR (14 tahun).

Mereka diterbangkan menggunakan pesawat militer Filipina dari Zamboanga di selatan Filipina ke Manila pada hari Minggu lalu (21/3).

Untuk mengantisipasi penculikan lain oleh Abu Sayyaf, lanjut Faizasyah, pihak keamanan dari tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina - telah bekerjasama dalam hal pertukaran informasi intelijen dan patroli keamanan laut.

Dia menambahkan pemerintah meminta nelayan yang biasa menangkap ikan hingga perairan internasional untuk menghindari daerah-daerah rawan yang menjadi basis kegiatan Abu Sayyaf di laut.

Menurut Faizasyah, pihak keamanan Filipina juga sudah memperingatkan kapal-kapal penangkap ikan asal Malaysia untuk tidak melintasi wilayah-wilayah yang rawan di sekitar Kepulauan Sulu.

Daerah Kepulauan Sulu Dikenal Sebagai Sarang Perompak

Peneliti perbatasan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sandy Raharjo menjelaskan dari sisi sejarah, daerah sekitar Kepulauan Sulu memang terkenal sebagai sarang perompak. Selain itu, sejak lama sudah ada kegiatan lintas batas yang melibatkan warga dari ketiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Hanya saja tidak pernah ada kejadian penculikan warga Indonesia oleh perompak yang beroperasi di perairan Kepulauan Sulu karena adanya kedekatan budaya, ras, dan agama.

Sandy menambahkan penculikan terhadap warga Indonesia oleh Abu Sayyaf mulai marak setelah pemerintah Indonesia dan pemilik kapal memberi uang tebusan untuk membebaskan warga Indonesia yang tidak sengaja ditangkap Abu Sayyaf sekitar tahun 2016.

Karena pemberian uang tebusan tersebut, menurut Sandy, Abu Sayyaf kerap mengulangi tindakan menyandera warga Indonesia yang bekerja sebagai nelayan atau anak buah kapal ketika kapal mereka berlayar di sekitar Kepulauan Sulu.

"Akhirnya kemudian pola itu, dari titik dibayar uang tebusan, jadi semacam pemicu untuk melakukan kasus yang berulang lagi. kalau misalnya kita bisa menangkap WNI itu, kemungkinan besar mereka tetap akan membayar kita. Titik itu yang kemudian jadi krusial, kenapa terus menerus penculikan terhadap warga negara kita, teruatama para ABK yang bekerja di kapal-kapal banyak beroperasi di sekitar Laut Sulawesi itu," ujar Sandy.

Menurutnya faktor kemiskinan, ketertinggalan pembangunan, politik identitas dan tidak adanya pengakuan membuat Abu Sayyaf dan kelompok perompak itu masih terus bercokol. Jika pemerintah Filipina mau mengakui, menghormati, dan mengakomodasi politik identitas warga Muslim di Filipina Selatan, sambil sekaligus memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat, peneliti LIPI ini menilai masalah Abu Sayyaf dapat diselesaikan.

Militer Filipina Bebaskan Sandera

Militer Filipina pada Sabtu malam pekan lalu (20/3) terlibat baku tembak dengan kelompok Abu Sayyaf yang menyandera empat warga Indonesia. Dalam pertempuran tersebut, pemimpin Abu Sayyaf yang menyekap keempat warga Indonesia, Majan Sahidjuan alias Apo Mike, luka parah.

Apo Mike kemudian berusaha kabur menggunakan perahu menuju Tawi-Tawi, namun perahu mereka terbalik setelah dihantam ombak besar. Hal itu memberi kesempatan pasukan keamanan Filipina untuk menyelamatkan tiga dari empat warga Indonesia yang disandera, yakni AK, AD, dan AR. Sedangkan KR ditemukan pasukan Filipina di desa tempat kontak tembak dengan kelompok Abu Sayyaf. [fw/em]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno