Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan, Indonesia membutuhkan museum film sebagai tempat penyimpanan artefak dan ekosistem dengan beberapa layanan seperti studio untuk menonton sehingga mampu memperkenalkan film-film masa lampau bagi generasi selanjutnya.
Dia pun mengungkapkan tengah mencari dan akan menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk perusahaan negara dalam hal ini BUMN yang memiliki gedung bersejarah namun pemanfaatannya belum maksimal untuk dijadikan sebagai museum film.
"Memang ini menjadi pikiran kita juga, kita belum memiliki museum film Indonesia. Ada memang artefaknya di Sinematek tetapi milik yayasan. Mungkin lebih kepada storage ya, storage film itu pun menurut saya perlu tempat yang lebih proporsional, lebih layak. Kalau kita lihat museum film di negara lain itu hebat," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Pihaknya sudah memetakan bakal melakukan pertemuan dengan Perusahaan Film Negara terkait upaya untuk merealisasikan museum film yang representatif.
"Ada memang sebetulnya (perusahaan) BUMN yang sebenarnya terkait seni budaya pertama PFN itu film, kedua musik itu Lokananta, sastra itu Balai Pustaka," jelasnya.
Di Kementerian Kebudayaan, lanjut dia, ada program yang bertujuan untuk merestorasi film lama dan digitalisasi, tercatat hingga kini terdapat 100 film yang telah direstorasi dan digitalisasi.
Ia juga mengakui tengah berproses mengakuisisi sekitar 300 film Indonesia dengan salah satu yayasan. Namun, bila secara mandiri, Kementerian Kebudayaan memiliki sekitar 100 film yang telah direstorasi dengan anggaran negara.
"Ini PR kita, merawat artefak dari seluloitnya aja luar biasa, agak lebih mudah kalau musik. Musik itu ada di piringan hitam, atau di dalam master real to real yang menurut saya lebih mudah menjaganya ketimbang seluloit. Tapi film, saya kira banyak film Indonesia yang hilang yang mulai dari film pertama Lutung Kasarung sudah tidak jelas lagi di mana jejaknya, film 1930 an sudah tidak ada lagi," ujarnya pula.
Dengan tantangan tersebut, ia pun menegaskan pentingnya peran museum untuk merestorasi dan promosi film-film Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) 56 Marcella Zalianty mengatakan, sinergi antara aktor film dan pemerintah dibutuhkan untuk perkembangan film Indonesia sehingga mampu menghadirkan ekosistem film yang sehat dan inovatif.
"Kami menyampaikan apresiasi mendalam atas dukungan penuh pemerintah yang terus mendorong terciptanya ekosistem perfilman yang sehat, inovatif dan tetap mengakar pada nilai-nilai kebangsaan," kata Marcella.
Pewarta : Sinta Ambarwati/ANTARA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS