Perang Sesama Wartawan? | Borneotribun.com

Minggu, 23 Februari 2025

Perang Sesama Wartawan?

Perang Sesama Wartawan?
Gambar ilustrasi.
PONTIANAK – Perang Red Force vs GS Caltex telah berakhir. Namun, perang saudara sesama wartawan di Kalbar baru saja dimulai. Siapkan kopi pancong, wak. Yang suka keributan, ngumpul di sini dulu.

Di dunia ini ada banyak peperangan. Perang antar negara, perang dagang, perang opini, tapi siapa sangka, kini ada perang wartawan! Bukan cuma politisi yang bisa bikin kisruh, para pencari berita ini juga bisa bikin berita mereka sendiri! PWI Kalbar sedang panas seperti panasnya Hasto vs KPK. Kali ini mereka bukan cuma menulis berita, tapi juga masuk dalam berita!

Kisah ini bermula saat PWI Pusat versi Zulmansyah, dengan penuh khidmat dan seremoni (mungkin juga pakai background musik orkestra), mengangkat Wawan Daly Suwandi sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua PWI Bumi Khatulistiwa. Keputusan ini diambil dalam sebuah rapat sakral di Jakarta pada 21 Februari 2025, lengkap dengan gestur tegas dan tatapan penuh makna. Alasannya? Menertibkan kepengurusan PWI Kalbar yang katanya lebih ruwet dari benang kusut di dompet tukang jahit.

Tapi… Bam...! Keputusan itu langsung disambut dengan gelombang protes bagaikan tsunami! Ketua Umum PWI Pusat versi Hendry Ch Bangun, langsung menyambar mikrofon dan menyatakan, "Tidak! Ini ilegal! Cacat hukum! Tidak sah!" Tangannya mungkin mengepal ke udara seperti tokoh antagonis di drama kolosal. Menurutnya, keputusan itu diambil oleh pihak yang tidak punya wewenang. Ibarat laga sepak bola, ini seperti wasit yang datang dari tribun penonton dan tiba-tiba meniup peluit.

Lebih epik lagi, Hendry menuding bahwa Zulmansyah Sekedang, otak di balik pengangkatan Wawan, sudah dipecat dari PWI! Parahnya lagi, akta yang dipakai Zulmansyah untuk mengklaim kepemimpinan PWI sedang diperiksa oleh Bareskrim! Ini seperti seseorang mengklaim warisan kerajaan padahal silsilahnya saja belum jelas. "Keputusan yang diambilnya? Hanya seonggok kertas tanpa arti!" seru Hendry dengan aura kebesaran.

Tapi cerita belum selesai! Hendry lalu mempertanyakan kredibilitas Wawan. "Siapa dia? Dari mana asalnya? Mengapa dia diangkat?" Nada pertanyaannya mungkin selevel dengan seorang hakim yang sedang menginterogasi terdakwa dalam film thriller. Ternyata, Wawan tidak tercatat sebagai anggota PWI Kalbar, apalagi memiliki sertifikat kompetensi wartawan! Ini seperti seseorang mengaku koki profesional padahal masak air saja masih gosong.

Puncaknya, kartu PWI yang diberikan ke Wawan pun disebut ilegal. "Gimana ceritanya orang yang bukan anggota bisa dapat kartu organisasi? Ini kayak dapet SIM padahal nggak pernah belajar nyetir!" Hendry makin panas. Karena situasi semakin memanas bagaikan panggung debat calon presiden, Hendry menyerukan kepada anggota PWI yang sah untuk segera berkonsultasi dengan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKPBH).

"Jangan diam! Jika merasa dirugikan, laporkan! Bawa ke ranah hukum! Kita tidak bisa membiarkan keabsahan organisasi diinjak-injak!" serunya, mungkin sambil menatap kamera seperti di adegan terakhir film investigasi.

Dari drama ini, kita belajar bahwa dunia wartawan tak kalah dramatis dari retret Prabowo. Jika biasanya mereka yang menulis berita panas, kali ini mereka sendiri yang jadi headline! Akankah ini berakhir dengan damai, atau justru berlanjut ke episode berikutnya? Kita tunggu saja kelanjutannya, sambil nyiapin kopi pancong di Suka Hati Jalan Tanjungpura Pontianak.

 #camanewak
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar