Pontianak - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Barat (Kalbar) menerapkan langkah-langkah strategis untuk mencegah masuknya daging ilegal dan penyebaran virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika di wilayah Kalbar menjelang perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.
"Untuk mencegah masuknya daging ilegal dan penyebaran Flu Babi Afrika, kami akan bekerja sama dengan instansi terkait untuk memperketat pengawasan di perbatasan. Kita sudah membahas ini dan nanti petugas akan melakukan langkah-langkah pencegahan agar daging ilegal tidak masuk ke Kalbar karena ini sangat merugikan peternak kita," kata Penjabat Gubernur Kalbar Harisson, di Pontianak, Kamis.
Harisson juga mengungkapkan kasus ASF di Kalbar bukanlah hal baru. Dua tahun lalu banyak ternak babi lokal yang mati akibat virus tersebut. Karena itu pihaknya telah berupaya menutup akses masuk virus melalui pintu-pintu perbatasan.
Namun laporan terbaru menunjukkan adanya peningkatan kasus ASF di wilayah perbatasan Sarawak, Malaysia.
"Kami sudah menerima laporan bahwa di daerah Sarawak, Malaysia, kasus Flu Babi mulai meningkat. Oleh karena itu kami harus memastikan bahwa karantina hewan kita bekerja maksimal untuk mencegah masuknya ternak babi yang terinfeksi virus ini," tuturnya.
Harisson menjelaskan virus ASF tidak menular kepada manusia, tetapi sangat mematikan bagi babi. Penyebarannya yang cepat dapat menyebabkan kerugian ekonomi besar bagi peternak.
"Virus ini memang tidak menular ke manusia, tetapi dia sangat menular di antara ternak babi. Jika terkena, babi akan mati, dan peternak mengalami kerugian besar. Ini yang harus kita cegah bersama-sama," katanya.
Pemprov Kalbar kini tengah memperkuat koordinasi dengan karantina hewan dan instansi terkait untuk mencegah penyebaran virus dan masuknya daging ilegal.
Harisson mengimbau masyarakat, khususnya peternak, untuk melaporkan segera jika menemukan gejala pada ternak babi mereka atau aktivitas mencurigakan terkait distribusi daging ilegal.
"Langkah ini diharapkan dapat melindungi sektor peternakan babi lokal dari dampak ekonomi yang merugikan dan menjaga kesehatan hewan di Kalbar," katanya.
Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS