Pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran Memicu Ketegangan Baru. |
JAKARTA - Pada Sabtu (4/8), Garda Revolusi Iran mengumumkan bahwa Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok militan Palestina Hamas, tewas di Teheran akibat serangan proyektil jarak pendek dengan bahan peledak sekitar 7 kg.
Insiden yang terjadi pada Rabu (31/7) tersebut telah meningkatkan ketegangan di kawasan yang sudah terguncang oleh konflik yang berlangsung lama.
Pembunuhan Ismail Haniyeh ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik langsung antara Teheran dan Israel, yang merupakan musuh bebuyutan Iran.
Ketegangan di Timur Tengah semakin memanas, terutama setelah perang Israel di Gaza dan meningkatnya konflik di Lebanon.
Garda Revolusi Iran bersumpah akan membalas dendam atas pembunuhan ini. Mereka menyatakan bahwa balasan akan "berat dan dilakukan pada waktu, tempat, dan cara yang tepat." Dalam pernyataannya, mereka menyalahkan "rezim teroris Zionis" Israel atas kematian Haniyeh dan menuduh mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Serangan Bom yang Mengejutkan
Hamas dan Iran menuduh Israel melakukan serangan yang menewaskan Ismail Haniyeh hanya beberapa jam setelah ia menghadiri pelantikan presiden baru Iran.
Ledakan yang menewaskan Haniyeh dilaporkan terjadi karena bom yang diselundupkan secara diam-diam ke wisma tempat ia menginap di Teheran dua bulan lalu.
Meskipun demikian, hingga saat ini pejabat Israel belum mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Namun, pernyataan dari pasukan elite Iran menuding "pemerintah kriminal Amerika Serikat (AS)" turut mendukung serangan ini, yang menurut media Iran, terjadi di pinggiran utara Teheran.
Pemakaman di Qatar
Ismail Haniyeh dimakamkan pada Jumat (2/8) di Qatar, tempat ia bertugas dalam beberapa waktu terakhir.
Kematian pemimpin Hamas ini tidak hanya berdampak pada hubungan Iran dan Israel, tetapi juga mempengaruhi dinamika politik di seluruh kawasan Timur Tengah.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS