JAKARTA – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mendorong pemanfaatan bahan bakar bioetanol di sektor transportasi guna meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan. Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, mengungkapkan bahwa meskipun Indonesia telah sukses dengan program biosolar hingga B35 dan segera ke B40, upaya tersebut masih belum cukup untuk menyelesaikan transisi energi.
"Transisi energi atau transformasi energi belum selesai, kita masih bergantung pada bahan bakar fosil. Oleh karena itu harus dilengkapi oleh bioetanol ini," kata Bob dalam sebuah acara di Jakarta pada Selasa (9/7).
Bioetanol di Negara Lain
Bob menjelaskan bahwa di beberapa negara, penggunaan bahan bakar etanol sudah umum, seperti E10 dan E20 di Amerika Serikat.
Mesin-mesin Toyota juga sudah dirancang agar bisa menggunakan campuran bahan bakar tersebut tanpa memerlukan perubahan spesifikasi signifikan.
Harapan untuk Bioetanol di Indonesia
Toyota berharap bioetanol bisa menjadi salah satu pilar utama dalam transisi menuju penggunaan energi terbarukan di Indonesia.
Meskipun saat ini Indonesia belum memproduksi etanol secara massal, Bob menyebutkan bahwa kebutuhan jenis bahan bakar ini bisa dipenuhi dengan impor.
"Kita bisa melakukan impor tapi di-trade off dengan ekspor. Jadi, sebenarnya membuka peluang bagi ekonomi kita untuk tumbuh dengan adanya etanol ini dengan melakukan trade off," kata Bob.
Dia menambahkan, "Makanya kita segera komunikasi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, bahwa ini bisa trade off dengan negara lain."
Kendaraan Berbahan Bakar Fleksibel (FFV)
Dalam upaya mendukung penggunaan bioetanol di sektor transportasi, Toyota menyiapkan kendaraan berbahan bakar fleksibel (flex fuel vehicle/FFV). FFV adalah mobil yang dirancang dapat menggunakan campuran bensin dan bahan bakar alternatif, seperti etanol.
Kendaraan ini memiliki mesin yang dapat beroperasi dengan berbagai kombinasi bensin dan etanol atau etanol 100 persen, yang menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca selama pembakaran.
Salah satu contoh teknologi FFV adalah mobil konsep Kijang Innova Zenix Hybrid FFV. Kendaraan ini menggunakan motor listrik yang dipadukan dengan mesin pembakaran dalam berbahan bakar etanol, sehingga lebih ramah lingkungan.
Mobil konsep ini dapat menggunakan etanol yang berasal dari berbagai sumber seperti tebu, sorgum, jagung, singkong, dan lain-lain tergantung pada ketersediaan sumber daya di wilayah setempat. Selain itu, teknologi ini juga diterapkan pada Toyota Fortuner FFV.
Apresiasi dan Dukungan Pemerintah
Toyota mengapresiasi upaya pemerintah dalam menerbitkan regulasi-regulasi untuk mempromosikan penggunaan bioetanol.
Dukungan terus-menerus dari pemerintah memperkuat komitmen Toyota untuk memperkenalkan teknologi yang lebih baik dan lebih bersih yang sesuai untuk Indonesia.
"Kita ingin industri otomotif Indonesia itu maju dan untuk maju itu kita harus bergerak duluan sebelum ada perubahan," kata General Manager Engineering Management Division PT TMMIN, Irwin Tristanto.
"Mudah-mudahan dengan adanya teknologi di otomotif ini juga bisa mempercepat diversifikasi energi di Indonesia demi pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia," tambahnya.
Inisiatif PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia dalam mendorong penggunaan bioetanol di sektor transportasi merupakan langkah penting dalam transisi energi menuju penggunaan energi baru terbarukan.
Dengan dukungan dari pemerintah dan teknologi kendaraan berbahan bakar fleksibel, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mempercepat diversifikasi energi demi masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS