Ilustrasi - Operasi pemasangan Deep Brain Stimulation (DBS) pada Pasien Parkinson. |
JAKARTA - Parkinson merupakan salah satu penyakit neurodegeneratif yang sering muncul seiring dengan proses penuaan sistem saraf di otak, terutama ketika kadar dopamin mengalami penurunan hingga 30 persen.
Penyakit ini dapat menyerang tidak hanya pada usia lanjut tetapi juga pada usia lebih muda, mulai dari 50, 40, bahkan 30 tahun.
Menurut dr. Rocksy Fransisca V. Situmeang, Sp.N, dokter spesialis saraf RS Siloam Lippo Village Tangerang, secara teoritis, 15 persen penyakit Parkinson dipengaruhi oleh faktor genetik.
"Namun, dengan pemahaman yang semakin baik mengenai pengaruh genetik dalam penyakit Parkinson, faktor genetik dapat berperan dalam menurunkan risiko terkena penyakit ini,” jelas dr. Rocksy, mengutip Ted Dawson, M.D, Ph.D, Director of the Institute for Cell Engineering John Hopkins Medicine, dalam sebuah siaran pers pada Jumat.
Gejala, Perawatan, dan Pola Hidup
Dr. Rocksy menjelaskan bahwa gejala Parkinson sering disingkat TRAP, yaitu tremor, kekakuan (rigidity), gerakan lambat (akinesia), dan ketidakstabilan postur (postural instability).
Selain itu, ada gejala non-motorik seperti susah tidur, gangguan penciuman, gangguan buang air besar, dan susah menelan.
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera hubungi dokter spesialis saraf untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup pasien Parkinson secara signifikan.
Menurut dr. Rocksy, pola hidup sehat dapat meminimalkan risiko terkena Parkinson.
“Konsumsi makanan bergizi, cukup air mineral, buah dan sayur tanpa pestisida, serta menjaga lingkungan yang bersih dapat membantu,” ujar dr. Rocksy. Mengontrol tingkat stres juga penting karena stres dapat memicu gejala Parkinson.
Jenis Pengobatan
Ada tiga jenis pengobatan utama untuk Parkinson: obat-obatan, terapi fisik, dan metode operasi. Obat-obatan adalah metode utama untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dokter dapat meresepkan berbagai obat seperti Antikolinergik untuk mengurangi tremor, Levodopa untuk mengatasi gangguan gerak tubuh, dan Agonis Dopamin untuk menggantikan fungsi dopamin di otak.
Fisioterapi juga penting dalam manajemen Parkinson. Terapis fisik bekerja sama dengan pasien untuk mengembangkan program latihan khusus guna meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi gerakan.
Latihan conditioning dan keseimbangan membantu pasien meningkatkan kemampuan bergerak dan mengurangi risiko jatuh.
Prosedur bedah Deep Brain Stimulation (DBS) juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala yang tidak terkontrol dengan obat-obatan.
"DBS dilakukan pada tahap awal Parkinson agar penyakit tidak bertambah parah,” jelas dr. Frandy Susatia, Sp.S, RVT, dokter spesialis saraf di RS Siloam Kebon Jeruk.
Teknologi Bantu
Teknologi modern seperti wearable device kini menjadi tren dalam membantu penderita Parkinson.
Jam tangan pintar dapat membantu mengatur waktu tidur, mengingatkan jadwal konsumsi obat, dan mengontrol jumlah getaran yang dialami.
"Penggunaan wearable device dapat sangat membantu dalam manajemen sehari-hari pasien Parkinson,” kata dr. Frandy.
RS Siloam menyediakan perawatan komprehensif untuk Parkinson dengan dukungan tenaga medis profesional dan peralatan medis canggih.
Untuk konsultasi lebih lanjut, calon pasien dapat memesan jadwal melalui situs siloamhospitals.com/cari-dokter, aplikasi MySiloam, atau contact center 1-500-181.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS