KETAPANG (BT) - Anggaran proyek bernama Operasi dan Pemeliharaan Kanal Banjir milik dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Ketapang diyakini melampaui batas kewajaran sehingga berpeluang menjadi temuan penyimpangan pengelolaan APBD Ketapang.
Proyek tersebut menggunakan dana APBD tahun 2023 dilelang melalui LPSE Ketapang dengan sistem lelang terbuka berdasarkan harga terendah dengan nilai kontrak sebesar Rp 384.282.000 dimenangkan oleh CV Lovia Kayong Husadana.
Dari pantauan dibeberapa titik lokasi, proyek itu terletak di Rukun Tetangga (RT) 29 kelurahan Mulia Baru kecamatan Delta Pawan Ketapang dikerjakan kontraktor secara menyebar di beberapa titik lokasi dengan rata-rata satu titik lokasi sepanjang 500-700 meter dengan lebar parit sekitaran 2 hingga 4 meter.
Warga dan Ketua RT (Rukun Tetangga) mengaku janggal lantaran nilai proyek dan jenis pekerjaan tersebut diyakini tidak akan memberikan dampak bagi pencegahan banjir luapan air hujan ataupun air sungai Pawan dilingkungan mereka.
Rossi (30) salah satu warga dilokasi proyek itu mengatakan, saat pelaksanaan pekerjaan, dirinya tidak melihat alat berat misalkan exsavator sebagai alat pekerjaan proyek tersebut.
"Sepenglihatan saya yang kerja orang-orang hanya bersihkan parit semak pakai cangkul, parang. Ada juga yang naikan rumput dan lumpur dalam parit, naikan ke pinggir parit. Saye kire ini proyek desa macam gotong royong, endak tau kalau ini proyek pemda Ketapang," katanya, (11/09/23).
Sedangkan Kholik selaku Ketua RT 29 saat dihubungi mengatakan tidak tahu jika ada proyek pembersihan parit di lingkungan mereka dari dinas PUPR.
Kebiasanya, kata Dia, jika ada kegiatan proyek yang masuk ke lingkunganya, pelaksana proyek sering memberitahukan kepada dirinya. "Dulu ada kerjaan di lingkungan saya, pemborongnya silaturahmi, nyampaikan kalau mau mulai kerja," ujarnya.
Meskipun demikian, Ia pun tidak mempermaslahkan jika ada proyek pembersihan parit tersebut dilingkunganya meskipun kata dia, jenis pekerjaan proyek itu menurutnya tidak wajar karena tidak akan bertahan lama dan belum mampu mencegah banjir luapan air hujan ataupun air sungai.
"Rumput-rumput ataupun tanah yang dinaikan ke pinggir parit itu paling sebulan airnya lancar ngalir, nanti timbul semak lagi. Jadi sayanglah duit negara hanya untuk proyek macam itu. Tapi kami udah bersyukurlah ada proyek itu," kata Kholik, Rabu (13/09/23).
Kepala bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Ketapang, Hendrika, menjelaskan, proyek itu dikerjakan dengan pola menyebar pada sejumlah titik lokasi parit kecamatan Delta Pawan, utamanya di kelurahan Mulia Baru.
Dia melanjutkan, proyek tersebut dilaksanakan secara manual alias tidak memakai alat berat.
"Pekerjaannya banyak jalur pak, kemarin sdh kami suruh perbaiki. Pekerjaannya manual," kata Hendrika, dikonfirmasi pagi ini.
Hendrika mengaku tidak hapal dengan panjang proyek pembersihan parit tersebut lantaran belum baca Rencana Anggaran Biaya (RAB). Namun, Ia menyampaikan telah menyuruh kontraktor untuk memperbaiki proyek tersebut.
"Saya masih rapat. Tunggu saya cek RAB-nya. Karena itemnya banyak. Kemarin sudah kami suruh perbaiki," tandasnya.
Guna menyesuaikan kepatutan dan manfaat proyek tersebut, salah satu kontraktor yang minta tidak dituliskan namanya sudah dimintai pendapat oleh Borneo Tribun dengan menunjukan foto-foto serta video hasil proyek dimaksud.
Menurut dia, sesuai dengan pengalamanya, diperkirakan panjang proyek tersebut bisa mencapai lebih dari 5 kilometer, apalagi jika dikerjakan secara manual menggunakan tenaga manusia.
"Dulu saya pernah kerja pakai alat dengan kontrak 900 jutaan, panjangya 9 kilometer lebih. Pakai alat lagi. Jadi asumsinya 1 kilo bisa diangka 100 jutaan. Endak taulah sekarang, bagaimana perencanaan dan desain PU lagi pada proyek ini," katanya, Rabu siang (13/09/23) saat dijumpai di seputaran kota Ketapang.
Proyek seperti itu lanjut dia biasanya bertujuan mengurangi dampak banjir pada daerah tertentu. Tetapi jika dilihat dari foto, Ia mengatakan tujuan tersebut tidak akan tercapai.
"Iya kalau dilihat dari foto, ini mirip-mirip proyek gotong royong dana desa lah. Besok lusa pasti penuh rumput dan lumpur lagi dalam parit tersebut," ucapnya.
"Kalau jenis pekerjaan manual, menurut saya potensi lebihnya di pos belanja upah pekerjaan dan volume. Itu bisa disiasati. Kontraktor untung besar," katanya sambil tersenyum.
Penulis: Muzahidin
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS