Sukadana (BT) - Penyaluran BBM jenis solar dari SPBU 3T (Terluar, Terdepan, Terjauh) Kompak bernomor 66.788.004 masih dikeluhkan puluhan nelayan yang tergabung dalam organisasi Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) kabupaten Kayong Utara.
HNSI bilang, sudah dua bulan ini, solar asal SPBU itu macet karena tidak disediakan SPBU. Kejadianya pun berulang kali, membaik saat ada aksi protes dan hilang minyaknya saat nelayan diam.
Kendati sudah ada kesepakatan yakni nelayan Pulau Maya akan dapat 60 kiloliter (kl) setiap bulan dengan harga 8.500 perliter dari SPBU yang dikelola oleh PT Dusun Maya Abadi tersebut.
HNSI menduga ada indikasi praktek culas yang dilakukan pengelola SPBU karena peristiwanya berulang kali terjadi. Bagus penyaluranya saat nelayan protes, dan hilang saat nelayan diam.
"Ini udah seperti lingkaran setan, bahasa kasarnya seperti itu. Kalau rapat kami udah jemu, bahkan saya pernah dimintai keterangan oleh Reskrim Polres soal ini. Bagus sebentar tapi berulang lagi," ungkap Kasrin ketua DPC HNSI Kayong Utara melalui pesan suara yang diterima pada, Senin (22/05/23).
Lebih lanjut, Kasrin mengatakan, meskipun terjadi perbedaan harga antara harga resmi pertamina dengan harga beli di SPBU kompak 3T tersebut, tetapi nelayan tak mau mempersoalkanya.
Yang penting, kata Kasrin, pasokan BBM dari pengelola tersebut lancar diterima nelayan,
"Cukuplah toleransi kami yang begini begitu yang seharusnya harga pertaminanya hanya 6.800 perliter khususnye solar. Tapi kenyataanya kami sepakati 8.500 perliter, dak masalah, yang penting minyak cukup, kami masih mau beli asalkan jatah tiap bulan cukup dan tetap ada," kata Kasrin.
HNSI mengaku kesal sekaligus jemu atas ulah pengelola SPBU yang dianggap tidak komitmen dan transparan. Karena sangat meresahkan dan mengganggu kegiatan melaut para nelayan di Pulau Maya.
Sebagai ketua HNSI, Ia berharap agar Polisi dan Pemkab memberikan tindakan nyata dan serius agar kejadian yang ditimpa nelayan tidak berulang setiap bulan.
"Karena tiap masalah ini kami ungkap dan keluhkan, pengelola mulai berlaku baik, ada mediasi, solar mudah dibeli dan (mereka) penuhi kebutuhan nelayan. Tapi selepas itu, mereka ingkar lagi, berulah lagi," kata Kasrin.
Oleh: Muzahidin
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS