Indonesia Menambang Harta Karun Langka: Potensi Ekonomi Zirkonium dan Thorium | Borneotribun.com

Selasa, 07 Maret 2023

Indonesia Menambang Harta Karun Langka: Potensi Ekonomi Zirkonium dan Thorium

Indonesia Menambang Harta Karun Langka: Potensi Ekonomi Zirkonium dan Thorium
Indonesia Menambang Harta Karun Langka: Potensi Ekonomi Zirkonium dan Thorium. (Foto ilustrasi)
Jakarta -- Indonesia semakin serius menggarap 'harta karun super langka' berupa hasil tambang berjenis zirkonium dan thorium. Hal ini diungkapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Kepala Balai Besar Pengujian Mineral dan Batu Bara ESDM, Julian Ambassadeur Shiddiq, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan pilot plan atau produksi pra-komersial untuk tambang zirkonium dan thorium.

Julian mengatakan bahwa pada tahun lalu, pihaknya sudah menindaklanjuti perjanjian yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan PT Timah untuk mengekstraksi monasit, zirkonium, dan thorium.

"Tahun kemarin kita sudah menindaklanjuti perjanjian tersebut dengan membangun demo plan, atas inisiasi Kemenko Marves, BRIN, dan PT Timah untuk ekstraksi monasit, zirkon, thorium," ujar Julian dalam CNBC Indonesia Energy & Mining Outlook di Jakarta, dikutip pada Selasa (7/3/2023).

Selain itu, kata dia, proses pilot plant saat ini sudah dilakukan dan diharapkan selesai dalam kurun waktu tahun 2023. Sehingga pihaknya berencana bahwa di tahun depan, proses produksi sudah dapat berjalan dengan menghitung seberapa besar nilai ekonomisnya. "Kita harap pilot plant selesai tahun ini, tahun depan produksi apakah cukup ekonomis thorium dari monasit," tambahnya.

Mengutip buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" yang diterbitkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM pada tahun 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu mineral strategis dan termasuk dalam kategori "critical mineral" yang terdiri dari kumpulan unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu), dan yttrium (Y).

Keterdapatan LTJ umumnya ditemukan dalam sebaran yang jumlahnya tidak besar dan menyebar secara terbatas. Seperti halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu), kedua unsur ini merupakan dua unsur yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi, tetapi 200 kali lebih banyak dibandingkan kelimpahan emas (Au).

Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sulit untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.

Mineral yang mengandung elemen Tanah Jarang (LTJ) utama antara lain adalah bastnaesit, monasit, xenotim, zirkon, dan apatit.

Menurut hasil penelitian di Bayan Obo, Tiongkok, LTJ dapat terbentuk melalui proses pergantian batuan karbonat yang awalnya merupakan endapan sedimen. Namun, larutan hidrotermal yang mengandung unsur LTJ juga dapat berasal dari serangkaian batuan intrusi karbonat alkalin seperti yang telah dijelaskan dalam buku karya Drew (1991) yang terdapat di dalam "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia 2019".

Selain ditemukan di China, mineral LTJ juga tersebar di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, dengan kawasan Mountain Pass, dan di Australia Selatan yang memiliki cadangan besar unsur tanah jarang dan uranium di Olympic Dam yang ditemukan pada tahun 1980-an. Mineral LTJ juga ditemukan di beberapa negara lain seperti Rusia, Asia Selatan, Afrika bagian selatan, dan Amerika Latin.

Editor: Yakop

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar