Bendera Merah-Putih berkibar di depan pintu gerbang Istana Kota Terlarang yang menghadap ke Lapangan Beijing saat kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo ke China pada 26 Juli 2026. |
BorneoTribun, Beijing - Juli hingga Agustus adalah waktu terbaik untuk berwisata ke China karena musim panas bertepatan dengan musim liburan akhir semester bagi mahasiswa.
Industri pariwisata tumbuh subur di musim panas maupun musim dingin yang bertepatan dengan liburan Tahun Baru Imlek.
Namun selama liburan musim panas tahun ini, suhu udara di berbagai belahan China begitu tinggi, bahkan menyentuh 40 derajat Celcius, hingga pemerintah setempat beberapa kali memperbarui peringatan dini akan datangnya gelombang panas.
Meski begitu, beberapa tempat wisata dan liburan outdoor masih ramai seolah mengabaikan peringatan tersebut.
Begitu juga dengan Istana Kota Terlarang yang berada persis di seberang Lapangan Tiananmen, tonggak nol kilometer Kota Beijing yang juga tercatat dalam sejarah tragedi berdarah 4 Juni 1989.
Pada hari Senin, semua atraksi di China, termasuk Istana Kota Terlarang di Beijing, ditutup untuk umum.
Sesuai dengan regulasi museum yang berlaku secara global, Senin merupakan waktu yang tepat bagi pengelola untuk melakukan berbagai pembenahan, perbaikan, dan perawatan.
Pemandangan Istana Kota Terlarang berselimutkan salju dilihat dari bukit Jingshan, Beijing, China, pada 22 Januari 2022. |
Apalagi untuk Istana Kota Terlarang yang luasnya mencapai 72 hektar, tentu perawatan dan perawatannya tidak sesederhana museum pada umumnya. Jika hari Senin tutup, maka hari Selasa akan menjadi puncak kunjungan wisatawan selain hari Minggu.
Pengunjung Istana Kota Terlarang tidak hanya dapat melihat bangunan kuno yang didirikan pada tahun 1406 hingga 1420 dari Dinasti Ming hingga Dinasti Qing.
Ada juga beberapa koleksi kuno, meskipun sangat terbatas karena kebanyakan dibawa oleh Chiang Kai Shek ke Taiwan setelah rezim Republik Tiongkok jatuh dan berubah menjadi Republik Rakyat Tiongkok di bawah kepemimpinan Mao Zedong.
Ketika situasi perang saudara yang melibatkan tentara komunis yang dipimpin oleh Mao Zedong melawan tentara nasional (Kuomintang) yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek memburuk pada tahun 1948, Museum Istana Nasional Beijing, yang menempati Kota Terlarang, mengambil keputusan untuk memindahkan sebagian besar koleksinya. ke Taiwan.
Hang Li Wu selaku direktur museum mengawasi pengangkutan benda-benda bersejarah yang berharga, seperti patung, peralatan rumah tangga, perhiasan, pakaian, peralatan perang dan sebagainya dari pelabuhan Nanjing di pantai timur daratan Cina ke pelabuhan Keelung di pantai utara Pulau Tawan selama bulan Desember 1948 sampai Februari 1949.
Pada saat komunis berhasil mendorong kaum nasionalis kembali sampai Chiang Kai Shek dan para pengikutnya menyeberang ke Taiwan, koleksi museum Istana Kota Terlarang sudah habis.
Karena banyaknya koleksi, pengunjung Museum Nasional Taiwan yang terletak di pinggiran Kota Taipei tidak akan dapat menemukan koleksi yang sama lagi dalam beberapa bulan atau tahun ke depan karena pengelola menampilkan koleksi tersebut secara bergantian dan berkala.
Saat ANTARA berkunjung ke Museum Nasional Taiwan pada tahun 2014, koleksi benda-benda bersejarah saat itu tidak akan ditemukan lagi pada kunjungan-kunjungan berikutnya.
Kembali ke Istana Kota Terlarang Beijing. Pengunjung masih bisa mendapatkan momentum yang tak kalah menarik yaitu pengibaran bendera kebangsaan China di Lapangan Tiananmen setiap sore oleh pasukan personel pengibaran bendera dari Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).
Satu hal lagi, wisatawan masih bisa mengunjungi makam di ujung selatan Lapangan Tiananmen. Di gedung megah inilah tubuh Mao Zedong, yang telah diawetkan dalam kaca kristal, dibaringkan.
Setelah lelah berjalan di sekitar Museum Istana Kota Terlarang dan berjalan di sepanjang Lapangan Tiananmen, pengunjung masih memiliki kesempatan untuk memanjakan lidah mereka di pusat jajanan tradisional Beijing kuno di Qianmen, yang berada tepat di seberang jalan raya dari mausoleum.
Mengapa Dilarang?
Banyak yang bertanya-tanya mengapa kompleks bangunan kuno di utara Lapangan Tiananmen di titik nol kilometer Beijing dinamai Kota Terlarang? Padahal nama resmi bahasa Mandarin dan orang Tionghoa sendiri menyebutnya Gugong Bowuyuan atau Museum Nasional.
Baik di Beijing maupun di Taipei, namanya sama dengan Gugong Bowuyuan sesuai dengan nama aslinya pada tahun 1925 ketika rezim Republik Tiongkok melakukan pemugaran Istana Kota Terlarang dan inventarisasi benda-benda bersejarah di dalamnya.
Beberapa literatur sejarah menyebut "Kota Terlarang" atau "Kota Terlarang" karena daerah itu dulunya pada masa kekaisaran Dinasti Ming dan Dinasti Qing sangat terlarang untuk masyarakat umum.
Hanya permaisuri, selir, keluarga, dan abdi dalem yang diizinkan memasuki area tersebut. Dikatakan bahwa ada begitu banyak selir, raja atau kaisar tidak memukul mereka satu per satu.
Namun, sejak kaum revolusioner yang dipimpin oleh Dr Sun Yat Sen berhasil menggulingkan sistem feodal yang terakhir dipegang Kaisar Puyi, Istana Kota Terlarang tidak lagi dilarang. Sejak tahun 1912 atau sejak berdirinya pemerintahan Republik China, masyarakat biasa sudah diperbolehkan memasuki kompleks Istana Kota Terlarang.
Istana Kota Terlarang yang terdiri dari 980 unit bangunan dan terbagi menjadi 8.886 kamar dan kamar telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sejak 1987. Sejak itu, Istana Kota Terlarang menjadi salah satu daya tarik yang dapat menarik wisatawan asing.
Istana Kota Terlarang beserta Tembok Besar yang sama-sama berada di Beijing namun berada di distrik yang berbeda menjadi ikon terbesar pariwisata Tiongkok yang juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara dari sektor pariwisata.
Sejak tahun 2012, Istana Kota Terlarang telah dikunjungi oleh 14 juta wisatawan setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2019 jumlah kunjungan sudah mencapai 19 juta.
Pada tahun 2018, Istana Kota Terlarang berhasil meraup pendapatan hingga 70 miliar dollar AS (jika dikonversikan dalam rupiah ke kurs saat ini bisa mencapai Rp 1,04 triliun) sehingga saat itu menjadi istana paling berharga di dunia. dunia serta harta paling berharga di dunia.
Namun era kunjungan fantastis dan penghasilan melimpah kini telah usai. Pembatasan jumlah pengunjung akibat penerapan kebijakan protokol kesehatan antipandemi COVID-19 yang terlalu ketat berdampak signifikan pada pundi-pundi Istana Kota Terlarang.
Jumlah pengunjung Istana Kota Terlarang dibatasi hanya 5.000 orang per hari. Bandingkan dengan sebelum pandemi yang bisa mencapai 80.000 pengunjung per hari.
Pengunjung harus membuat janji temu atau mengisi formulir kunjungan terlebih dahulu melalui aplikasi yang disediakan pengelola dengan mengunggah data diri, sertifikat vaksin booster COVID-19, dan hasil tes PCR negatif yang berlaku dalam waktu 72 jam.
Hanya pengunjung yang telah mendapatkan persetujuan dari administrator yang dapat memasuki kompleks istana kerajaan di pusat kota Beijing. Itupun durasi penjelajahan di lokasi sangat terbatas, tidak lebih dari dua jam.
Jadi, bagi yang tidak memenuhi syarat di atas pasti akan dilarang memasuki kawasan Istana Kota Terlarang, termasuk halaman luar, baik yang menghadap Lapangan Tiananmen maupun Bukit Jingshan.
Setidaknya ada tiga lapis satpam yang harus dilewati sebelum memasuki gerbang Istana Kota Terlarang. Lapisan terluar yang dijaga petugas keamanan berseragam hitam itu akan memeriksa kartu sehat yang meliputi tanda pengenal diri, kartu vaksin, hasil tes PCR, dan riwayat perjalanan.
Di lapisan kedua, petugas keamanan berseragam putih-hitam gelap akan melihat hasil scan persetujuan kunjungan dari pengelola Istana Kota Terlarang.
Kemudian lapisan ketiga yang dijaga oleh petugas polisi berseragam biru laut biru tua itu akan memotret wajah pengunjung melalui pemindai kamera, kartu tanda penduduk atau dokumen perjalanan, dan memeriksa barang-barang pengunjung menggunakan detektor logam.
"Di daerah ini juga dilarang untuk liputan media atau pemotretan kecuali dengan meminta izin terlebih dahulu kepada kami," kata petugas polisi yang bertanggung jawab atas keamanan Istana Kota Terlarang.
Polisi bermarga Yin-lah yang memfasilitasi ANTARA memasuki kawasan Istana Kota Terlarang untuk memotret bendera Merah Putih dalam kunjungan singkat Presiden RI Joko Widodo ke Beijing pada 26 Juli 2022 untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.
“Kami merasa sangat terhormat dapat membantu pekerjaan Anda dalam memperkuat hubungan bilateral Indonesia-China,” katanya sambil meminta maaf atas perlakuan petugas lapis kedua yang telah melarang ANTARA memasuki area Istana Kota Terlarang untuk tujuan penembakan. bendera Merah Putih.
(II/ANT)
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS