Biden-Putin siap berdialog, AS perintahkan staf kedutaan untuk meninggalkan Ukraina | Borneotribun.com

Minggu, 13 Februari 2022

Biden-Putin siap berdialog, AS perintahkan staf kedutaan untuk meninggalkan Ukraina

Biden-Putin siap berdialog, AS perintahkan staf kedutaan untuk meninggalkan Ukraina
Prajurit terlihat di dekat Cillage of Zolote, daerah pelepasan pemerintah dan pasukan pemberontak yang didukung Rusia, di wilayah Ukraina timur Luhansk, Ukraina. (Foto: REUTERS/Gleb Garanich)

BorneoTribun.com - Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan berdialog pada Sabtu (12/2) di tengah peringatan oleh Amerika dan negara-negara Barat tentang kemungkinan perang di Ukraina yang bisa meletus kapan saja.

Washington memerintahkan sebagian besar staf kedutaannya untuk meninggalkan Ukraina pada Sabtu (12/2). Sebelumnya, seruan serupa dilakukan kepada warga AS untuk meninggalkan negara itu sesegera mungkin.

Selain itu, sekitar 150 tentara dari Garda Nasional Florida yang berada di Ukraina untuk melatih pasukan Ukraina juga telah meninggalkan negara itu karena meningkatnya ancaman invasi Rusia, kata dua pejabat AS kepada Reuters.

Presiden Joe Biden berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon dari kediaman pribadinya di Wilmington
Presiden Joe Biden berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon dari kediaman pribadinya di Wilmington, Del., Kamis, 30 Desember 2021. (Adam Schultz/The White House via AP)

Penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina dan gelombang aktivitas militer telah memicu kekhawatiran bahwa Rusia dapat menyerang. Moskow menyangkal rencana semacam itu.

Putin meminta panggilan telepon antara para pemimpin dilakukan Senin, kata seorang pejabat Gedung Putih. Tetapi Biden ingin melakukannya lebih cepat karena Washington merinci laporan yang semakin jelas tentang kemungkinan serangan Rusia ke Ukraina.

Australia, Selandia Baru, Jerman, Italia, dan Belanda pada Sabtu (12/2) bergabung dengan negara-negara yang mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina. Washington mengatakan pada hari Jumat bahwa invasi Rusia, termasuk kemungkinan serangan udara, dapat terjadi kapan saja.

Moskow telah berulang kali membantah versi peristiwa Washington, dengan mengatakan telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina untuk menjaga negaranya aman dari agresi oleh sekutu NATO-nya.

Rusia, yang menuduh negara-negara Barat menyebarkan kebohongan, mengatakan Sabtu bahwa pihaknya telah memutuskan untuk "mengoptimalkan" jumlah staf diplomatiknya di Ukraina, karena khawatir akan "provokasi" oleh Kyiv atau pihak lain.

Moskow tidak mengatakan apakah itu berarti pengurangan jumlah staf. Namun, ia menekankan bahwa kedutaan dan konsulat di Ukraina terus menjalankan fungsi utamanya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington akan menjatuhkan sanksi ekonomi yang cepat jika Moskow menyerang. [Ah]

Oleh: VOA Indonesia

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar