G7 Sepakat Setop Pendanaan Proyek Batu Bara | Borneotribun.com

Rabu, 26 Mei 2021

G7 Sepakat Setop Pendanaan Proyek Batu Bara

G7 Sepakat Setop Pendanaan Proyek Batu Bara
Asap dan uap membubung dari PLTU milik Indonesia Power, di sebelah Proyek PLTU Jawa 9 dan 10 di Suralaya, Banten, 11 Juli 2020. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan )

BorneoTribun Internasional -- Tujuh negara maju, Jumat (21/5) pekan lalu, sepakat untuk menghentikan pembiayaan internasional untuk proyek batu bara yang mengeluarkan karbon pada akhir tahun ini. Penghentian dukungan pendanaan tersebut juga berlaku bagi semua bahan bakar fosil untuk memenuhi target perubahan iklim yang disepakati secara global.

Melansir Reuters, menghentikan pendanaan untuk proyek bahan bakar fosil dipandang sebagai langkah besar yang dapat dilakukan dunia untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius di atas masa pra-industri. Para ilmuwan berpendapat hal tersebut akan dapat menghindari dampak perubahan iklim yang paling merusak.

Dengan mengikutsertakanJepang untuk mengakhiri pembiayaan internasional proyek batubara dalam waktu yang singkat, berarti negara-negara yang masih mendukung penggunaan batu bara, seperti China, semakin terisolasi dan bisa menghadapi lebih banyak tekanan untuk menghentikan kegiatan tersebut.

Dalam komunike, seperti yang telah dilaporkan Reuters sebelumnya, negara-negara Kelompok Tujuh, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang - ditambah Uni Eropa mengatakan "investasi internasional pada batu bara yang tak terkendali harus dihentikan sekarang.”

"(Kami) berkomitmen untuk mengambil langkah konkret menuju keputusan mutlak untuk memberikan dukungan secara langsung bagi pembangkit listrik tenaga batu bara termal internasional yang tak henti-hentinya pada akhir tahun 2021, termasuk melalui Bantuan Pembangunan Resmi, pembiayaan ekspor, investasi, dan dukungan promosi keuangan dan perdagangan."

Batu bara dianggap sangat merusak saat dibakar untuk menghasilkan listrik atau panas tanpa menggunakan teknologi untuk menangkap emisi yang dihasilkan. Sistem tersebut belum banyak digunakan dalam pembangkitan listrik.

Alok Sharma, presiden KTT iklim COP26, telah menjadikan penghentian pembiayaan batu bara internasional sebagai "prioritas pribadi" untuk membantu mengakhiri ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil. Ia menyerukan agar KTT PBB pada November menjadi salah satu konferensi yang "membuang batu bara menjadi sejarah.”

Dia meminta China untuk menetapkan "kebijakan jangka pendek yang kemudian akan membantu mencapai target jangka panjang dan seluruh sistem China perlu memenuhi apa yang telah ditetapkan oleh Presiden Xi Jinping sebagai tujuan kebijakannya".

Negara-negara G7 juga setuju untuk "bekerja dengan mitra global lainnya untuk mempercepat penyebaran kendaraan tanpa emisi", "secara luar biasa" melakukan dekarbonisasi sektor tenaga listrik pada 2030-an dan menjauh dari pembiayaan bahan bakar fosil internasional, meskipun tidak ada tanggal spesifik yang diberikan untuk tujuan tersebut.

Mereka menegaskan kembali komitmen mereka terhadap Perjanjian Paris 2015 yang bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu Bumi di angka hingga 1,5 derajat Celcius di atas masa pra-industri dan pada tujuan pendanaan iklim negara maju untuk memobilisasi US$ 100 miliar setiap tahun pada 2020 hingga 2025. [ah/ft]

Oleh: VOA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar