Protes Antikudeta di Myanmar Kembali Disertai Pertumpahan Darah | Borneotribun.com

Kamis, 04 Maret 2021

Protes Antikudeta di Myanmar Kembali Disertai Pertumpahan Darah

Protes Antikudeta di Myanmar Kembali Disertai Pertumpahan Darah
Para pengunjuk rasa berjongkok setelah polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan aksi protes anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 3 Maret 2021. Di antara mereka, Angel (kiri), yang juga dikenal sebagai Kyal Sin, berlindung sebelum dia tertembak di kepala. (REUTERS / Stringer)

BorneoTribun Myanmar, Internasional - Sejumlah orang tewas setelah berlangsung lagi demonstrasi hari Rabu (3/3) di seluruh Myanmar yang menentang junta militer negara itu.

Kantor berita Reuters mengatakan setidaknya sembilan orang tewas, termasuk lima orang di Monywa, kota di Myanmar Tengah, mengutip saksi mata dan laporan media. Baik Reuters dan Associated Press mengemukakan, seorang remaja laki-laki tewas di Myingyan, juga di Myanmar Tengah.

Sementara itu Reuters dan kantor berita Perancis AFP menyatakan setidaknya dua orang tewas di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar. AFP juga melaporkan kematian empat lainnya di kawasan Sagaing.

Pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan kerumunan pengunjuk rasa. Sejumlah saksi mata mengatakan peluru tajam juga digunakan untuk menghadapi para pengunjuk rasa. Beberapa orang dilaporkan mengalami cedera, termasuk di antaranya reporter VOA Htet Aung Khant, yang terkena peluru karet di lengannya saat meliput demonstrasi.

Myanmar telah dilanda kekacauan dan kekerasan sejak militer menggulingkan pemerintah sipil terpilih dan menahan para pejabat tinggi lainnya pada 1 Februari lalu. Lebih dari 20 orang di berbagai penjuru Myanmar tewas dalam demonstrasi, termasuk 18 orang hari Minggu (28/2), menurut Kantor Urusan HAM PBB.

Kekerasan yang meningkat telah mengundang kecaman dari negara-negara tetangganya dan komunitas internasional. Kesepuluh anggota ASEAN, termasuk Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam melangsungkan pertemuan informal melalui konferensi video, Selasa (2/3) untuk membahas situasi dengan mitra Myanmar mereka.

Ketua ASEAN mengeluarkan sebuah pernyataan setelah pertemuan yang “menyerukan semua pihak terkait untuk mencari solusi damai, melalui dialog membangun dan rekonsiliasi demi kepentingan rakyat dan kehidupan mereka.”

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi bersikap jauh lebih lterus terang dengan mengatakan rezim itu harus mengembalikan pemerintahan yang dipilih secara demokratis. “Mengembalikan demokrasi pada jalurnya harus diupayakan,” kata Menlu Marsudi.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya juga menuntut pembebasan Suu Kyi termasuk para pejabat tinggi lainnya, dan meminta junta untuk mengembalikan kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Dewan Keamanan PBB diperkirakan akan mengadakan pertemuan tertutup terkait situasi di Myanmar pada hari Jumat (5/3). [lj/uh]

Oleh: VOA Indonesia

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar