Rabu Abu Tanda Memasuki Masa Puasa dan Berpantang. |
Sanggau, Kalbar -- Tanggal 17 Februari adalah hari Rabu Abu bagi umat Katolik di dunia juga Indonesia. Rabu Abu merupakan hari pertama masa Pra-Paskah dalam liturgi tahun Gereja.
Dengan ditandai penerimaan abu di dahi ataupun di kepala maka itu merupakan tanda pertobatan, Rabu Abu juga merupakan hari pertama memasuki masa puasa dan berpantang.
Di Keuskupan Sanggau, dengan menerapi protokol kesehatan dari pemerintah, misa Rabu Abu berjalan baik dan dipimpin langsung oleh Uskup Sanggau Mgr.Giulio Mencuccini.
Rabu Abu yang dilaksanakan di Keuskupan Sanggau kali ini sedikit berbeda, meskipun dimasa pandemi Covid-19 namun itu sama sekali tidak mengurangi maknanya.
Uskup Sanggau Mgr. Giulio Mencuccini dalam khotbahnya mengatakan bahwa dahulu yang dimaksud dengan puasa adalah puasa keagamaan. Namun di zaman sekarang arti puasa ada banyak diantaranya : Pertama, puasa politis atau sosial, misalnya pemogokan dengan tidak makan minum sebagai aksi protes atas suatu kebijakan. Kedua, puasa kesehatan atau ideologis, misalnya puasa vegetarian atau diet. Ketiga, puasa estetis guna memelihara bentuk lansing tubuh. Keempat, puasa yang terpaksa yaitu puasa yang masih harus dialami oleh jutaan manusia, bagi mereka yang tidak memiliki atau kekurangan makanan dan minuman, sehingga akibatnya mereka ada yang mati kelaparan. Kemudian berpuasa medsos seperti Tiktok, Facebook dll. Aneka macam puasa itu, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan makna puasa keagamaan atau rohani atau puasa gerejawi.
Uskup menambahkan bahwa pada hari Rabu Abu ini umat Kristiani memulai masa puasa yang bersifat rohani gerejawi. Dalam masa puasa ini diharapkan kita dapat menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, berusaha berdoa, berpuasa dan berbuat amal kasih kepada sesama, dengan memberi sedekah.
Dalam nubuatnya Yoel menyampaikan kepada kita undangan Allah untuk kembali kepadaNya "Sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."(Yl 2:13). Seruan tobat tersebut semakin bermakna ketika kita sadar diri dan memiliki pertobatan batin, oleh karena itu kita tidak hanya bertobat secara lahiriah saja, tetapi juga bertobat secara rohaniah.
Ada tiga hal praktis yang diajarkan Kristus dalam bacaan hari ini : pertama, melakukan karya amal kasih. Kedua, kita harus giat berdoa. Ketiga, berpuasa dan berpantang.
Jika berpuasa jangan dilihat oleh orang bahwa kita sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapa yang ada di tempat tersembunyi maka Ia akan memberikan upahnya.
"Puasa dan pantang yang terbaik adalah kita jangan berbuat dosa di hadirat Tuhan," pesan Uskup, Rabu (17/2/2021).
(Liber/Sk)
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS